Kabar dari China Bikin Harga Batu Bara Nyungsep

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
07 January 2020 10:59
Harga batu bara melemah kemarin, selain karena aktivitas perdagangan belum pulih, sentimen negatif datang dari China.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batu bara berjangka kembali tertekan pada perdagangan kemarin. Selain aktivitas perdagangan belum pulih benar, sentimen negatif lain yang datang dari China juga turut menekan batu bara.

Harga batu bara kontrak berjangka ICE Newcastle turun 0,57% ke level US$ 69,3/ton. Harga batu bara masih berada di zona nyaman sejak awal September. Pada periode tersebut harga batu bara bergerak sideways.

Pada akhir tahun, aktivitas perdagangan batu bara global bisa dikatakan sepi. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator seperti Indeks Baltic Capesize yang mengukur aktivitas perdagangan batu bara dan bijih besi menggunakan jalur laut.

Berdasarkan Refinitiv, Indeks Baltic menyentuh level terendah dalam 8 bulan terakhir pada Jumat pekan kemarin. Penurunan terjadi diakibatkan oleh melemahnya permintaan dari berbagai jenis kapal tanker yaitu supramax, panamax dan capesize.

Indeks Baltic Capesize pada Jumat menunjukkan penurunan 139 poin atau 8,4% ke evel 1.507. Angka tersebut merupakan angka terendah sejak Mei 2019. Pendapatan rata-rata harian kapal tanker jenis Capesize yang memuat hingga 180.000 ton bijih besi dan batu bara turun US$ 1.151 menjadi US$ 10.825.

Hal tersebut juga tercermin dari pasar kargo komoditas melalui jalur laut di China yang juga juga menurun. China merupakan negara dengan konsumsi batu bara terbesar di dunia. China banyak mengimpor batu bara dari berbagai negara seperti Australia dan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan batu bara domestiknya (pembangkit listrik dan industri baja).

Menurut data Shanghai Shipping Exchange, untuk sub-indeks pengiriman batu bara turun 7,8% pada minggu lalu ke level 1.103,35. Hal tersebut mengindikasikan bahwa di awal tahun aktivitas perdagangan batu bara masih belum pulih benar.

Selain itu, sebuah studi yang dilakukan oleh institusi riset yang dukung pemerintah China, Negeri Panda harus membatalkan pembangunan pembangkit listrik bertenaga batu bara jika ingin mencapai tujuan jangka panjang terutama dalam meminimalkan dampak perubahan iklim.

Saat ini ekonomi Tiongkok sedang berada di level terendahnya dalam tiga puluh tahun Beijing terus menyetujui pembangunan pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara. Hal ini ditakutkan akan semakin membuat China jauh dari Perjanjian Paris 2015.

Dalam laporan ilmiah tersebut, China diharapkan mampu untuk berhenti membangun pembangkit yang baru dan mulai menutup pembangkit tua yang sudah tidak efisien. Hal ini turut menjadi sentimen yang memberatkan harga batu bara. 


[Gambas:Video CNBC]



TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg) Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular