
Sudah Awal Tahun, Harga Batu Bara Masih di Zona Nyaman
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 January 2020 10:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batu bara kontrak ditutup melemah pada penutupan perdagangan minggu kemarin. Harga batu bara masih belum dari zona nyamannya saat ini.
Jumat (3/1/2020), harga batu bara melemah 0,29% ke level US$ 69,7/ton. Harga batu bara masih mondar-mandir di level US$ 66 - US$ 72 per ton sejak awal September 2019.
Walau sudah memasuki awal tahun 2020, aktivitas perdagangan komoditas batu bara belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator seperti Indeks Baltic Capesize yang mengukur aktivitas perdagangan batu bara dan bijih besi menggunakan jalur laut.
Berdasarkan Refinitiv, Indeks Baltic menyentuh level terendah dalam 8 bulan terakhir pada Jumat pekan kemarin. Penurunan terjadi diakibatkan oleh melemahnya permintaan dari berbagai jenis kapal tanker yaitu supramax, panamax dan capesize.
Indeks Baltic Capesize pada Jumat menunjukkan penurunan 139 poin atau 8,4% ke evel 1.507. Angka tersebut merupakan angka terendah sejak Mei 2019. Pendapatan rata-rata harian kapal tanker jenis Capesize yang memuat hingga 180.000 ton bijih besi dan batu bara turun US$ 1.151 menjadi US$ 10.825.
Hal tersebut juga tercermin dari pasar kargo komoditas melalui jalur laut di China yang juga juga menurun. China merupakan negara dengan konsumsi batu bara terbesar di dunia. China banyak mengimpor batu bara dari berbagai negara seperti Australia dan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan batu bara domestiknya (pembangkit listrik dan industri baja).
Menurut data Shanghai Shipping Exchange, untuk sub-indeks pengiriman batu bara turun 7,8% pada minggu lalu ke level 1.103,35. Hal tersebut mengindikasikan bahwa di awal tahun aktivitas perdagangan batu bara masih belum pulih benar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Sampai Akhir 2019, Harga Batu Bara Tak Kunjung Beranjak
Jumat (3/1/2020), harga batu bara melemah 0,29% ke level US$ 69,7/ton. Harga batu bara masih mondar-mandir di level US$ 66 - US$ 72 per ton sejak awal September 2019.
Berdasarkan Refinitiv, Indeks Baltic menyentuh level terendah dalam 8 bulan terakhir pada Jumat pekan kemarin. Penurunan terjadi diakibatkan oleh melemahnya permintaan dari berbagai jenis kapal tanker yaitu supramax, panamax dan capesize.
Indeks Baltic Capesize pada Jumat menunjukkan penurunan 139 poin atau 8,4% ke evel 1.507. Angka tersebut merupakan angka terendah sejak Mei 2019. Pendapatan rata-rata harian kapal tanker jenis Capesize yang memuat hingga 180.000 ton bijih besi dan batu bara turun US$ 1.151 menjadi US$ 10.825.
Hal tersebut juga tercermin dari pasar kargo komoditas melalui jalur laut di China yang juga juga menurun. China merupakan negara dengan konsumsi batu bara terbesar di dunia. China banyak mengimpor batu bara dari berbagai negara seperti Australia dan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan batu bara domestiknya (pembangkit listrik dan industri baja).
Menurut data Shanghai Shipping Exchange, untuk sub-indeks pengiriman batu bara turun 7,8% pada minggu lalu ke level 1.103,35. Hal tersebut mengindikasikan bahwa di awal tahun aktivitas perdagangan batu bara masih belum pulih benar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Sampai Akhir 2019, Harga Batu Bara Tak Kunjung Beranjak
Most Popular