
Semesta Mendukung, Harga Saham BUMI Melesat 10,6%
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
03 January 2020 17:12

Jakarta, CNBC Indonesia- Saham emiten batu bara dengan cadangan terbesar, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menguat 10,61% pada penutupan pasar, Jumat (03/01/2019). Emiten batu bara terbesar ini menutup perdagangan dengan harga Rp 73 per saham, melesat dari penutupan sebelumnya Rp 66 per saham.
Mengutip daya RTI, beli bersih asing (all market) senilai Rp 726,32 juta dan turn over senilai Rp 43 miliar. Adapun rincian transaksi, asing mulai masuk ke anak usaha Bakrie ini senilai Rp 3,3 miliar dan jual asing tercatat Rp 2,6 miliar.
Sementara beli domestik tercatat Rp 39,7 miliar dan jual domestik Rp 40,4 miliar. RTI juga mencatat saham BUMI diperdagangkan 4.814 kali dengan volume 584,26 juta lembar saham.
Harga komoditas batu bara berjangka ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Walau mengalami kenaikan, harga batu bara masih dibayangi oleh fundamental yang belum kuat.
Di awal 2020 harga batu bara berjangka ICE Newcastle menguat 1,23% ke level US$ 69,9/ton. Sejak awal September hingga awal tahun 2020, harga batu bara kontrak berjangka bergerak sideways di rentang US$ 66 - US$ 72 per ton.
Harga batu bara saat ini memang belum bisa dikatakan mencerminkan kondisi fundamental yang membaik. Apalagi dalam bulan terakhir tahun 2019, ketika China memberlakukan pembatasan impor batu bara karena telah mengimpor batu bara dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibanding tahun 2018.
Impor batubara India di bulan Desember tahun ini mencapai 14,5 juta ton, menurun dibanding tahun lalu yang mencapai 16,1 juta ton. Total persediaan batu bara di berbagai pembangkit listrik di India naik menjadi 31,5 juta ton atau setara dengan 18 hari penggunaan.
Saat ini India sebagai negara dengan konsumsi batu bara terbesar kedua setelah China tengah bergulat dengan kebijakan pemerintah yang mewajibkan adanya instalasi fasilitas pengendali polusi sulfur oksida.
Dari 11 pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batu bara, baru satu yang memiliki fasilitas pengendali polutan tersebut. Sementara sisanya belum. Jika tidak segera melakukan instalasi fasilitas tersebut, maka pemerintah India tak segan untuk menutup unit operasi pembangkit listrik. Pengetatan kebijakan yang pro lingkungan di India menjadi faktor lain yang juga memberatkan harga batu bara di akhir tahun ini.
(dob/dob) Next Article Naik Tajam, Laba Bersih Bumi Resources (BUMI) Melonjak 45,5% di 2024
Mengutip daya RTI, beli bersih asing (all market) senilai Rp 726,32 juta dan turn over senilai Rp 43 miliar. Adapun rincian transaksi, asing mulai masuk ke anak usaha Bakrie ini senilai Rp 3,3 miliar dan jual asing tercatat Rp 2,6 miliar.
Sementara beli domestik tercatat Rp 39,7 miliar dan jual domestik Rp 40,4 miliar. RTI juga mencatat saham BUMI diperdagangkan 4.814 kali dengan volume 584,26 juta lembar saham.
Harga komoditas batu bara berjangka ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Walau mengalami kenaikan, harga batu bara masih dibayangi oleh fundamental yang belum kuat.
Di awal 2020 harga batu bara berjangka ICE Newcastle menguat 1,23% ke level US$ 69,9/ton. Sejak awal September hingga awal tahun 2020, harga batu bara kontrak berjangka bergerak sideways di rentang US$ 66 - US$ 72 per ton.
Harga batu bara saat ini memang belum bisa dikatakan mencerminkan kondisi fundamental yang membaik. Apalagi dalam bulan terakhir tahun 2019, ketika China memberlakukan pembatasan impor batu bara karena telah mengimpor batu bara dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibanding tahun 2018.
Impor batubara India di bulan Desember tahun ini mencapai 14,5 juta ton, menurun dibanding tahun lalu yang mencapai 16,1 juta ton. Total persediaan batu bara di berbagai pembangkit listrik di India naik menjadi 31,5 juta ton atau setara dengan 18 hari penggunaan.
Saat ini India sebagai negara dengan konsumsi batu bara terbesar kedua setelah China tengah bergulat dengan kebijakan pemerintah yang mewajibkan adanya instalasi fasilitas pengendali polusi sulfur oksida.
Dari 11 pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batu bara, baru satu yang memiliki fasilitas pengendali polutan tersebut. Sementara sisanya belum. Jika tidak segera melakukan instalasi fasilitas tersebut, maka pemerintah India tak segan untuk menutup unit operasi pembangkit listrik. Pengetatan kebijakan yang pro lingkungan di India menjadi faktor lain yang juga memberatkan harga batu bara di akhir tahun ini.
(dob/dob) Next Article Naik Tajam, Laba Bersih Bumi Resources (BUMI) Melonjak 45,5% di 2024
Most Popular