
Pekan Pertama 2020, Juaranya adalah RD Pendapatan Tetap

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan pertama di 2019 masih memberikan angin segar bagi reksa dana (RD) pendapatan tetap yang memiliki aset dasar (underlying asset) mayoritas di obligasi pemerintah dan korporasi ini.
Pada periode 27 Desember 2019-3 Januari 2020, reksa dana ini memberikan imbal hasil (return) rerata 0,31%, tercermin dari indeks reksa dana pendapatan tetap Infovesta.
Berdasarkan data dari Infovesta, indeks acuan yang digunakan untuk reksa dana ini adalah Infovesta Government Bond Index dan Infovesta Corporate Bond Index yang masing-masing mengalami penguatan 0,26% dan 0,09%.
Reksa dana lainnya yang juga mengalami penguatan adalah reksa dana pasar uang yang naik 0,09%.
Selanjutnya, reksa dana campuran juga tercatat pada pekan pertama 2020 ini memberikan imbal hasil sebesar 0,02% yang tercermin dari indeks reksa dana campuran milik Infovesta.
Reksa dana saham
Sementara itu, reksa dana saham satu-satunya yang memiliki kinerja negatif sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pekan lalu masih memberikan kinerja negatif 0,09%.
Indeks reksa dana saham Infovesta menunjukkan kinerja negatif yang lebih dalam yakni 0,53%.
Namun demikian, Infovesta menyebut angin segar untuk reksa dana dalam negeri tahun ini. Indonesia menempati peringkat tertinggi sebagai negara tujuan investasi untuk instrumen saham maupun obligasi pada tahun 2020.
Tak hanya itu, ketegangan antara Amerika Serikat dan China tahun ini mulai mereda dengan rencana kedua negara akan perjanjian dagang fase pertama dengan China pada tanggal 15 Januari mendatang.
"Jika fase pertama perjanjian perang dagang ini tercapai, maka akan mengakibatkan outlook positif pada pasar modal di Indonesia dan negara lainnya," tulis Infovesta, dikutip CNBC Indonesia, Senin (6/1/2020).
Sayangnya kabar kurang sedap datang dari hubungan politik Amerika Serikat (AS) dan Iran yang berdampak pada kenaikan harga minyak baik jangka pendek maupun jangka panjang. Harga minyak telah meningkat hampir 4% pada tanggal serangan dan kemungkinan akan naik lebih lanjut kecuali situasinya berkurang.
Menurut Infovesta, Iran mungkin dapat menutup Strait Hormuz, akses utama ke 1/5 dari konsumsi cairan minyak bumi global dan titik pemeriksaan paling penting di dunia. Dengan skenario itu, harga minyak mentah bisa naik hingga U$150 per barel dan memicu inflasi dunia.
(tas/tas) Next Article Reksa Dana Saham Sedang Hancur Lebur, Lalu Investasi di Mana?
