
Analisis
Rupiah Melemah Lagi Dekati Level Psikologis Rp 14.000/US$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 January 2020 13:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah cukup signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (6/1/2020). Memanasnya tensi di Timur Tengah mendorong pelaku pasar bermain aman dan meninggalkan aset-aset berisiko meski berimbal hasil tinggi.
Selain itu, rupiah yang sudah menguat 3,4% sepanjang tahun 2019 secara teknikal juga diterpa aksi ambil untung (profit taking).
Rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di level Rp 13.920/US$, tetapi tidak lama rupiah langsung masuk ke zona merah. Pelemahan Mata Uang Garuda semakin besar hingga 0,32% ke level Rp 13.965/US$ sebelum tengah hari. Rupiah kini mendekati lagi level psikologis Rp 14.000/US$.
Tensi di Timur Tengah memanas setelah AS pada Jumat (3/1/2020) melancarkan serangan udara di Baghdad yang menewaskan Jenderal Quds Force, pasukan elite Iran, Qassim Soleimani bersama wakil komandan milisi syiah di Irak atau yang dikenal dengan Popular Mobilization Forces (PMF).
Di hari yang sama Pentagon mengkonfirmasi melakukan serangan tersebut. "Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang diperlukan untuk melindungi personil AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani," tulis Pentagon dalam keterangan resminya.
Presiden AS Donald Trump mengklaim serangan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya perang, bulan memulai perang. Serangan tersebut dilakukan sebagai balasan dari serangan roket ke markas militer Irak di Kirkuk yang menewaskan kontraktor asal AS.
"Kami melakukan tindakan itu (penyerangan yang menewaskan Soleimani) untuk menghentikan perang. Kami tidak memulai perang. Jenderal Soleimani telah membunuh dan melukai ribuan orang AS dan berencana membunuh lebih banyak lagi. Namun dia ketahuan," tegas Trump, seperti diberitakan Reuters.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk keras tindakan AS. Dirinya menyatakan bahwa Iran tidak takut untuk membalas AS. "AS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan jahatnya," tegasnya melalui akun Twitter sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (3/1/2019).
Sementara pada Sabtu (4/1/2020) waktu AS, Presiden Trump, melalui akun Twitter-nya memperingatkan Iran untuk tidak melakukan balasan atas tewasnya Jendral Soleimani. Jika peringatan tersebut tidak dihiraukan, Trump akan menyerang sebanyak 52 wilayah Iran sebagai balasan.
Kini pelaku pasar dibuat cemas akan kemungkinan terjadi perang yang lebih besar, seandainya Iran melancarkan serangan balasan.
Eskalasi geopolitik tersebut juga berdampak pada kenaikan harga minyak mentah. Dalam dua hari perdagangan, minyak mentah jenis Brent sudah naik nyaris 7%. Kenaikan harga minyak mentah akan memberikan beban bagi Indonesia sebagai net importir, yang dapat berdampak ke neraca perdagangan serta defisit transaksi berjalan.
Selain itu, rupiah yang sudah menguat 3,4% sepanjang tahun 2019 secara teknikal juga diterpa aksi ambil untung (profit taking).
Rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di level Rp 13.920/US$, tetapi tidak lama rupiah langsung masuk ke zona merah. Pelemahan Mata Uang Garuda semakin besar hingga 0,32% ke level Rp 13.965/US$ sebelum tengah hari. Rupiah kini mendekati lagi level psikologis Rp 14.000/US$.
Tensi di Timur Tengah memanas setelah AS pada Jumat (3/1/2020) melancarkan serangan udara di Baghdad yang menewaskan Jenderal Quds Force, pasukan elite Iran, Qassim Soleimani bersama wakil komandan milisi syiah di Irak atau yang dikenal dengan Popular Mobilization Forces (PMF).
Di hari yang sama Pentagon mengkonfirmasi melakukan serangan tersebut. "Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang diperlukan untuk melindungi personil AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani," tulis Pentagon dalam keterangan resminya.
Presiden AS Donald Trump mengklaim serangan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya perang, bulan memulai perang. Serangan tersebut dilakukan sebagai balasan dari serangan roket ke markas militer Irak di Kirkuk yang menewaskan kontraktor asal AS.
"Kami melakukan tindakan itu (penyerangan yang menewaskan Soleimani) untuk menghentikan perang. Kami tidak memulai perang. Jenderal Soleimani telah membunuh dan melukai ribuan orang AS dan berencana membunuh lebih banyak lagi. Namun dia ketahuan," tegas Trump, seperti diberitakan Reuters.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk keras tindakan AS. Dirinya menyatakan bahwa Iran tidak takut untuk membalas AS. "AS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan jahatnya," tegasnya melalui akun Twitter sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (3/1/2019).
Sementara pada Sabtu (4/1/2020) waktu AS, Presiden Trump, melalui akun Twitter-nya memperingatkan Iran untuk tidak melakukan balasan atas tewasnya Jendral Soleimani. Jika peringatan tersebut tidak dihiraukan, Trump akan menyerang sebanyak 52 wilayah Iran sebagai balasan.
Kini pelaku pasar dibuat cemas akan kemungkinan terjadi perang yang lebih besar, seandainya Iran melancarkan serangan balasan.
Eskalasi geopolitik tersebut juga berdampak pada kenaikan harga minyak mentah. Dalam dua hari perdagangan, minyak mentah jenis Brent sudah naik nyaris 7%. Kenaikan harga minyak mentah akan memberikan beban bagi Indonesia sebagai net importir, yang dapat berdampak ke neraca perdagangan serta defisit transaksi berjalan.
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular