Khawatir World War III, Akankah Harga Emas Antam Melesat?

Putu Agus Pransuamitra & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 January 2020 06:53
Khawatir World War III, Akankah Harga Emas Antam Melesat?
Foto: Demo memprotes tindakan militer AS terhadap Iran (AP Photo/Damian Dovarganes)

Jakarta, CNBC Indonesia -  Harga emas di pasar spot global berpotensi terus terkerek naik. Pasalnya, pada Minggu pagi waktu Indonesia (5/1/2020) atau Sabtu malam waktu AS (4/1/2020), tensi antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran semakin memanas. Sumbu api 'perang dunia ketiga' tampaknya mulai menyala.

Presiden AS Donald Trump memperingatkan Iran untuk tidak melakukan balasan atas pembunuhan Soleimani yang diotorisasi sendiri oleh dirinya. Kalau sampai peringatan tersebut tak diindahkan, Trump menyatakan akan menyerang sebanyak 52 wilayah sebagai balasan.

Qasem Soleimani atau Ghasem Soleimani adalah perwira militer senior Iran dalam Pasukan Pengawal Revolusi Islam, Quds Force.


Peringatan tersebut diumumkan oleh Trump melalui serangkaian cuitan di akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump. Menurut Trump, beberapa dari 52 wilayah tersebut merupakan lokasi yang sangat penting bagi Iran. Dipilihnya 52 wilayah tersebut melambangkan jumlah tawanan asal AS yang disandera oleh Iran di masa lalu.

World War 3 di Depan Mata, Harga Emas Antam Siap Meroket?Foto: Twitter Donald Trump

Sejauh ini, setidaknya ada tiga institusi keuangan ternama yang memprediksi bahwa harga emas akan mencapai US$ 1.600/troy ons di tahun 2020. Melihat posisi pada perdagangan terakhir di pekan ini di level US$ 1.551,4/troy ons, target tersebut sejatinya berpotensi dicapai dalam waktu dekat.

Tiga institusi yang memprediksi harga emas akan bergerak ke level US$ 1.600/troy ons pada tahun ini adalah Goldman Sachs, UBS, dan Citigroup.

Analis Goldman Sachs, Mikhail Sprogis, mengatakan bahwa ketika perekonomian global bangkit, maka mata uang utama lain akan menguat melawan dolar AS. Mata uang negara-negara berkembang di kawasan Asia juga diprediksi menguat melawan greenback.

Harga emas dibanderol dengan dolar AS dan ketika mata uang negeri Paman Sam melemah, harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain sehingga permintaan bisa meningkat.

UBS Group AG juga memprediksi harga emas mencapai level US$ 1.600/troy ons, level yang belum pernah disentuh sejak Mei 2013. UBS melihat Pemilihan Umum (Pemilu) AS pada tahun ini bisa memicu volatilitas harga emas.

Sementara itu, Direktur Citigroup Akash Doshi mengatakan bahwa harga emas bisa mencapai US$ 1.600/troy ons degan mempertimbangkan peluang bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan di tahun ini terbilang kecil. Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi global masih akan menurun, inflasi masih lemah, dan perang dagang sepertinya masih akan terus berlanjut.

Proyeksi yang lebih bullish menyebutkan bahwa harga emas dunia bisa melejit hingga ke level US$ 2000/troy ons pada tahun ini itu atau melewati rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920/troy ons yang dicapai pada September 2011.


Pada Juli 2019 silam, David Roche selaku presiden dan ahli strategi global di Independent Strategy yang berbasis di London, juga menjadi salah satu analis yang yang sangat bullish terhadap komoditas emas di tahun 2020, dengan memproyeksikan harga emas akan bergerak ke level US$ 2.000/troy ons.

John Roque, analis teknikal di Wolfe Research juga memprediksi harga emas akan mencetak rekor tertinggi baru di tahun ini.

"Kami percaya emas akan (a) menembus resisten/tahanan atas di level US$ 1.577/troy ons, (b) bergerak menuju US$ 1.650/troy ons, dan (c) mencetak rekor tertinggi baru" tulis Roque dalam risetnya, sebagaimana dilansir dari Barron's.

Salah satu faktor yang bisa mendukung harga emas terus bergerak naik adalah bank sentral yang terus menyerap emas dari pasar. Secara kolektif, pada periode 2011 sampai 2018 bank sentral secara rata-rata membeli emas lebih dari 500 metrik ton, berdasarkan data dari World Gold Council.


Di awal tahun 2019, bank sentral masih menunjukkan jumlah pembelian yang sama dan tren tersebut diprediksi masih akan berlanjut di tahun 2020 oleh George Milling-Stanley selaku kepala strategi komoditas emas di State Street, seperti dilansir dari Barron's.

Dengan mencermati perkembangan yang ada di mana tensi antara AS dengan Iran kian memanas saja setiap harinya, memang potensi bergeraknya harga emas di pasar spot ke level US$ 2.000/troy ons menjadi tak bisa dikesampingkan.

Ketika harga emas di pasar spot melejit dengan signifikan, pastilah harga emas Antam akan ikut terkerek naik.

[Gambas:Video CNBC]



Harga emas Antam menguat signifikan di sepanjang pekan ini.

Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Butik Emas LM - Pulo Gadung yang diperoleh dari situs logammulia milik Antam, harga tiap gram emas per tanggal 27 Desember 2019 berada di level Rp 762.000.

Pada perdagangan Sabtu (4/1/2020), satu gram emas Antam sudah dihargai senilai Rp 774.000. Di sepanjang pekan ini, harga emas Antam menguat sebesar 1,57%.

Posisi harga emas Antam pada perdagangan kemarin merupakan level tertinggi dalam setidaknya 6 bulan terakhir.

World War 3 di Depan Mata, Harga Emas Antam Siap Meroket?Foto: Harga Emas Antam


Adapun jika mengacu pada harga emas antam acuan yakni 100 gram, harga emas Antam dibanderol Rp 71,70 juta atau Rp 717.000/gram pada Sabtu (4/1/2020). 

Harga tersebut sama dengan level harga pada Jumat lalu (3/1/2020) yakni Rp 71,7 juta, menguat dari harga Kamis sebelumnya yakni Rp 71,3 juta per batang. 

Harga emas Antam menguat seiring dengan apresiasi yang terjadi pada harga emas di pasar spot. Melansir data Refinitiv, harga emas di pasar spot melejit hingga 2,71% pada pekan ini, dari level US$ 1.510,42/troy ons menjadi US$ 1.551,4/troy ons.

Harga emas di pasar spot melejit menyusul memanasnya tensi geopolitik antara AS dengan Iran.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas) Next Article Emas Dunia Meroket, Emas Antam Tembus Rekor, Gimana Hari Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular