Goldman Sachs: Ekonomi AS Makin Tahan Resesi

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
02 January 2020 12:40
Pada tahun 2019 lalu isu mengenai ancaman resesi menghantui ekonomi dunia, utamanya Amerika Serikat (AS).
Foto: Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AP Photo/Andrew Harnik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada tahun 2019 lalu isu mengenai ancaman resesi menghantui ekonomi dunia, utamanya Amerika Serikat (AS). Apalagi setelah kurva imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS terbalik (inverted) pada Maret lalu.

Kurva imbal hasil terbalik berarti yield jangka pendek menjadi lebih tinggi dibandingkan jangka panjang. Adapun resesi adalah kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam setahun. 

Hal ini pun cukup mengkhawatirkan mengingat bila AS terjerat resesi, maka negara-negara lainnya di dunia juga terancam mengalami gangguan ekonomi. Ini dikarenakan resesi di Negeri Paman Sam bisa menyebabkan krisis keuangan global, sebagaimana yang pernah terjadi pada 2009 lalu.

Ekonom Goldman Sachs juga tidak menampik bahwa ekonomi AS, yang cenderung melambat beberapa waktu terakhir, saat ini lebih tahan terhadap resesi.


"Secara keseluruhan, perubahan yang mendasari Moderasi Besar tampak utuh, dan kami melihat ekonomi secara struktural lebih tahan terhadap resesi hari ini," tulis ekonom Goldman Jan Hatzius dan David Mericle, sebagaimana dikutip dari CNBC International, Kamis (2/1/2020).

"Meski risiko baru dapat muncul, tidak ada sumber utama resesi baru-baru ini - volatilitas (harga) minyak, inflasi terlalu tinggi, dan ketidakseimbangan keuangan - yang cukup mengkhawatirkan untuk saat ini. Hasilnya, prospek untuk penurunan yang rendah (a soft landing) terlihat lebih baik daripada yang dipikirkan secara luas."

Sejalan dengan mereka, Philipp Carlsson-Szlezak, kepala ekonom di AB Bernstein, juga mengatakan hal serupa dalam surat pemberitahuan awal bulan ini.

Ia mengatakan berbagai faktor yang menghambat pertumbuhan akan terjadi tahun depan, namun risiko AS terjerat resesi sangatlah kecil.

"Sebuah faktor yang berpotensi beracun terus berkembang tahun depan: pasar tenaga kerja yang ketat, kebijakan yang longgar, toleransi risiko institusional, serta potensi stimulus fiskal lebih lanjut dan pertumbuhan utang tertentu," kata Philipp. "Ini adalah kondisi yang baik bagi risiko struktural untuk tumbuh dalam jangka menengah."


Saat ini, (Bank Sentral AS The Federal Reserve) Fed New York memperkirakan risiko resesi yang mengancam AS selama 12 bulan ke depan cukup rendah, hanya 24,6%.

[Gambas:Video CNBC]


(dob/dob) Next Article Gawat Risiko Resesi di AS Meninggi, Masihkah Ada Harapan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular