Dibuka Menguat, Rupiah Kok Balik Arah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 January 2020 08:27
Dibuka Menguat, Rupiah Kok Balik Arah?
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Faktor domestik sepertinya bakal menjadi beban tetapi sentimen eksternal masih mampu mengangkat mata uang Tanah Air.

Pada Kamis (2/1/2020), US$ 1 setara dengan Rp 13.865 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Tahun Baru.

Namun rupiah tetap mesti waspada karena setidaknya ada dua sentimen domestik yang mempengaruhi pergerakannya. Satu, rupiah sudah menguat signifikan sepanjang 2019. Tahun lalu, penguatan rupiah mencapai 3,44% terhadap dolar AS dan menjadi mata uang terbaik ketiga di Asia.




Ini membuat rupiah rentan terserang virus ambil untung (profit taking). Aksi jual terhadap rupiah demi mencari cuan bisa terjadi kapan saja karena penguatan rupiah yang begitu tajam.

Dua, pelaku pasar menantikan rilis data inflasi 2019 yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada pukul 11:00 WIB. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Desember adalah 0,51% secara month-on-month (MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) adalah 2,93% dan inflasi inti tahunan adalah 3,125%.

Pada Desember, inflasi tahunan sama dengan tahun kalender atau year-to-date. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa inflasi sepanjang 2019 adalah 2,93%. Jika inflasi 2019 benar-benar 2,93%, maka akan lebih lambat ketimbang inflasi tahun sebelumnya yaitu 3,13%. Tidak hanya lebih rendah dibandingkan 2018, tetapi juga menjadi yang terendah sejak 2009 atau 10 tahun terakhir.

 


Benar saja, rupiah tidak mampu berlama-lama bertahan di jalur hijau. Pada pukul 08:23 WIB, US$ 1 sudah setara dengan Rp 13.880, sama seperti posisi penutupan perdagangan terakhir. Rupiah sudah tidak lagi menguat, meski belum sampai melemah.

Sementara mata uang utama Asia bergerak mixed di hadapan dolar AS. Memasuki perdagangan perdana pada 2020, sepertinya mata uang utama Benua Kuning masih mencari bentuk permainan terbaik.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:24 WIB:



Sejatinya ada sentimen yang bisa mengangkat pasar keuangan Asia, karena sudah ada kejelasan soal damai dagang AS-China. Jelang Tahun Baru, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa perjanjian damai dagang Fase I akan diteken pada 15 Januari di Washington.

"Saya akan menandatangani perjanjian Fase I yang sangat besar dan komprehensif dengan China pada 15 Januari. Seremoni akan dilakukan di Gedung Putih. Delegasi tingkat tinggi dari China akan datang. Selepas itu, saya akan datang ke Beijing dan memulai pembicaraan Fase II," cuit Trump di Twitter.



Damai dagang AS-China memang baru masuk Fase I. Namun dengan hubungan kedua negara yang semakin harmonis, maka langkah menuju fase-fase selanjutnya bisa berjalan mulus. Semoga nantinya AS-China bisa mencapai damai dagang yang hakiki.

Perang dagang AS-China yang berlangsung selama lebih dari setahun terakhir menyebabkan rantai pasok global setengah lumpuh. Volume perdagangan dan investasi jauh melambat, gara-gara dua perekonomian terbesar di planet bumi saling hambat.

Dengan terciptanya damai dagang, maka ada harapan besar rantai pasok global akan pulih. Pertumbuhan ekonomi tidak lagi seret, siap melaju pada 2020.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular