Kaleidoskop 2019

Hantu Resesi Merasuki Negara-negara Ini, Bagaimana 2020?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
01 January 2020 18:03
Fenomena kurva imbal hasil obligasi AS yang terbalik ini mengkhawatirkan, sebab menjadi salah satu penanda bahwa resesi akan datang.
Foto: Infografis/Negara-negara Ini Resmi Resesi Tapi Ada juga yang Lolos/Arie Pratama
Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2019 sudah berakhir. Namun ada catatan bagi ekonomi dunia sepanjang tahun lalu karena ada beberapa negara yang mengalami kesulitan dan masuk ke dalam jurang resesi.

Negara dengan kekuatan ekonomi terbesar seperti Amerika Serikat (AS) bahkan tak lepas dari ancaman resesi setelah kurva imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) terbalik (inverted).

Fenomena kurva imbal hasil obligasi AS yang terbalik ini mengkhawatirkan, sebab menjadi salah satu penanda bahwa resesi akan datang.

Sebagai informasi, normalnya imbal hasil obligasi jangka panjang lebih besar dari yield obligasi jangka pendek. Namun pada saat kurva terbalik, yield jangka pendek menjadi lebih tinggi dibandingkan jangka panjang. Pada Rabu (27/3/2019) pukul 11:28 WIB, imbal hasil (yield) obligasi tenor 3 bulan ada di 2,4586% sementara 10 tahun adalah 2,4159%.

Ancaman resesi ini bukan hanya mimpi buruk bagi AS, tapi juga bagi negara-negara lainnya di dunia mengingat dampak resesi bukan hanya akan menjangkit Negeri Paman Sam. Resesi bisa menyebabkan krisis keuangan global, sebagaimana yang pernah terjadi pada 2009 lalu.

Pada saat itu, krisis keuangan akibat meletusnya 'gelembung' sekuritisasi kredit perumahan (subprime mortgage) berdampak sistemik dan menjalar ke berbagai sendi perekonomian Negeri Paman Sam.

Ancaman resesi ini pun sangat serius diperhatikan karena terjadi di tengah-tengah perlambatan ekonomi global. Seperti diketahui, dalam setahun ini berbagai lembaga keuangan dunia telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global beberapa kali.

Pada Oktober lalu, lembaga Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di 2019, menjadi 3%, dari sebelumnya 3,2%.

Angka ini merupakan terendah sejak krisis keuangan global terjadi di 2008 lalu. IMF menyebut salah satu alasannya memangkas pertumbuhan ekonomi dunia adalah perang dagang yang masih berlangsung antara AS-China.

Beruntungnya, kinerja ekonomi AS yang kuat berhasil menepis isu resesi tahun ini. Berbagai lembaga dan tokoh keuangan juga menekankan bahwa kemungkinan resesi di AS masih sangat rendah. Bahkan untuk tahun depan kemungkinan hadirnya resesi juga kecil.

Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Cleveland memperkirakan probabilitas terjadinya resesi di Negeri Paman Sam dalam 12 bulan ke depan adalah 24,61%. Turun jauh dibandingkan proyeksi Agustus yang hampir 38%.

Sementara untuk global, lembaga ini memprediksi kemungkinan resesi terjadi dalam 12 bulan ke depan adalah 29,08%. Turun jauh dibandingkan perkiraan pada Agustus, yang mencapai nyaris 47%.

Namun begitu, beberapa negara lainnya di dunia, ternyata tidak bisa terhindar dariĀ  resesi tahun ini. Berikut adalah beberapa negara yang terjerat dalam resesi di tahun 2019:

1. Meksiko
Meksiko resmi memasuki resesi setelah dalam dua kuartal berturut mengalami kontraksi ekononomi. Pada kuartal III-2019 Meksiko membukukan kontraksi ekonomi (pertumbuhan negatif) 0,3%. Pada kuartal sebelumnya, ekonomi Negeri Telenovela ini terkontraksi 0,8%.

Meksiko menjadi negara anggota G20 kedua setelah Turki yang masuk ke jurang resesi. Perkembangan di Meksiko bisa menjadi sentimen negatif bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

2. Turki
Ekonomi Turki telah terjerat krisis sejak tahun lalu akibat krisis mata uang negara ini. Dalam basis tahun-ke-tahun (year-on-year), ekonomi Turki mencatatkan kontraksi 1,5% pada kuartal II- 2019. Namun begitu, angka itu lebih baik dari perkiraan.

Dibandingkan dengan kuartal I-2019, produk domestik bruto (PDB) Turki tumbuh 1,2% secara musiman dan calendar-adjusted, demikian menurut data Institut Statistik Turki yang dirilis akhir Agustus lalu.

"Ketika kegiatan yang menopang PDB dianalisis, total nilai tambah meningkat sebesar 3,4% di sektor pertanian, turun 2,7% di sektor industri dan 12,7% di sektor konstruksi dan 0,3% di sektor jasa (perdagangan grosir dan eceran, transportasi, penyimpanan, akomodasi dan kegiatan layanan makanan) dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu dalam indeks volume rantai terkait," kata lembaga itu, seperti dikutip dari Al-Jazeera.


3. Hong Kong

Hong Kong memang bukan negara, ia merupakan wilayah semi otonom yang merupakan bagian dari China. Tapi wilayah ini memiliki kebebasan tersendiri dalam mengatur ekonominya.

Hong Kong secara resmi tergelincir ke dalam resesi teknis pada kuartal III-2019, karena ekonomi menyusut 3,2% dari kuartal sebelumnya, yang merupakan kontraksi tahunan pertama sejak krisis keuangan terjadi 2009 lalu. Perlambatan ekonomi yang terjadi di Hong Kong disebabkan oleh demo anti-pemerintah yang sudah berlangsung sejak Juni lalu.

Akibat demo, Hong Kong juga telah merevisi perkiraan pertumbuhan ekonominya untuk tahun 2019.

Pemerintah memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) akan jatuh ke 1,3% di 2019, jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Hal ini ditegaskan pemerintah saat merilis perhitungan akhir untuk kuartal III 2019.

Revisi PDB ini merupakan yang kedua kalinya. Sebelum demonstrasi pecah di Agustus, pemerintah masih optimis PDB bisa mencapai 2% hingga 3% di sepanjang 2019.

[Gambas:Video CNBC]


Resesi Menghantui Negara-Negara Ini di 2019Foto: Infografis/Negara-negara Ini Resmi Resesi Tapi Ada juga yang Lolos/Arie Pratama

(hps/hps) Next Article Ekonomi Dunia di Ambang Resesi, Bagaimana Nasib RI?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular