
Hoaks Emisi Utang RI US$ 2 M hingga Ancaman Resesi Jepang

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2019 sudah berakhir. Banyak peristiwa sepanjang tahun lalu yang mengejutkan dan membuat pasar modal bergejolak. Aksi emiten yang kondisi perang dagang AS-China yang membuat pasar berfluktuasi tinggi tahun lalu layak untuk kembali disimak.
Dari sekian banyak peristiwa di market yang terjadi sepanjang tahun ini, CNBC Indonesia merangkum kembali berita-berita terpopuler selama 2019, dimulai dari peristiwa yang terjadi di pasar sepanjang Januari 2019.
1. Sunarso, Dirut Pegadaian yang Kembali Jadi Wadirut BRI
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) (3/1/2019). Dalam hajatan ini pemegang saham memutuskan untuk merombak susunan Direksi dan Komisaris BRI.
Direktur Konsumer Bank BRI Handayani, mengatakan RUPSLB memutuskan memberhentikan Jeffry Wurangian sebagai Komisaris dan Kuswiyoto sebagai Direktur di BRI dengan hormat.
"RUPSLB juga menambah nomenklatur Wakil Direktur Utama. Mengangkat Sunarso sebagai Wakil Direktur Utama BRI," ujar Handayani di Gedung BRI, Kamis (3/1/2019).
2. Hoax of the Day: Sri Mulyani Utang US$2 M, Yield 11,625%
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berencana untuk menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) hingga US$2 miliar. Adapun yield atau imbal hasil yang ditawarkan hingga 11,625%.
Kabar tersebut beredar di grup WhatsApp, Senin (28/1/2019). Bahkan, Mantan Menteri Koordinator Bidang Maritim Rizal Ramli mempublikasikannya di laman media sosial Twitter miliknya. Berikut lengkapnya :
"Indonesia akan ngutang lagi $2 milyar dengan yield 11,625%, issued 4 Maret 2019. Yield tertinggi di kawasan, padahal Vietnam keluarkan surat utang hanya dengan yield 5%. Penguatan Rupiah didukung oleh peningkatan pinjaman dengan bunga super tinggi !! Kreditor pesta pora, rakyat semakin terbebani. Menkeu semakin ngawur," tulis pesan berantai tersebut.
3. Setelah Freeport, Vale Indonesia Siap Divestasi Saham
PT Vale Indonesia (INCO) menyatakan bersedia menawarkan divestasi saham kepada pemerintah Indonesia. Untuk itu, Vale Indonesia sudah menyampaikan surat kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait hal ini.
"PT Vale akan memenuhi kewajiban divestasinya sesuai dengan Perjanjian Amandemen Kontrak Karya Vale Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PT Vale telah menyampaikan surat kepada Menteri ESDM sehubungan dengan proses pelaksanaan divestasi PT Vale," kata Senior Manager Communication PT Vale, Suparam Bayu Aji melalui pesan singkat, Sabtu (5/1/2019).
4. Jual Saham Inter Milan, Erick Thohir Borong Saham VIVA?
Setelah resmi melepaskan saham klub sepakbola FC Internazionale Milano atau Inter Milan, pengusaha nasional Erick Thohir dikabarkan akan membeli saham PT Visi Media Asia Tbk (VIVA).
Menurus sumber yang mengetahui rencana transaksi ini, dana yang diperoleh Erick dari penjualan saham Inter Milan akan digunakan untuk membeli saham VIVA milik keluarga Bakrie, seiring dengan kesulitan keuangan yang sedang dialami perusahaan tersebut.
Belum diketahui berapa nilai transaksi pembelian tersebut. Namun yang jelas Erick akan mendapatkan dana sekitar Rp 2,4 triliun dari penjualan Inter Milan.
5. Kalau Jepang Resesi (Amit-amit), Ini Dampaknya ke Indonesia
Ketidakpastian ekonomi global kembali meningkat. Setelah ancaman sengkarut Brexit dan penutupan sebagian (partial shutdown) pemerintahan Amerika Serikat (AS), kini pelaku pasar mulai mengkhawatirkan perkembangan di Jepang. Ada peluang Jepang bakal mengalami resesi.
Resesi adalah kontraksi ekonomi (tumbuh negatif) yang terjadi dalam dua kuartal atau lebih secara berturut-turut dalam setahun. Mengutip Reuters, jajak pendapat kepada para ekonom memperkirakan Jepang masih bisa menghindari resesi pada tahun fiskal 2019, yang dimulai pada April.
Namun berdasarkan jajak pendapat terhadap 38 ekonom, risiko resesi di Jepang meningkat dibandingkan polling tiga bulan lalu. Pasalnya, data-data ekonomi di Jepang seolah mendukung terjadinya bencana tersebut.
(tas/tas) Next Article 10 Saham Ini Diserok Asing Sepekan, Punya Gak Sahamnya?
