
Fakta Jiwasraya: Sponsori City Hingga Beli Saham Gorengan
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
28 December 2019 15:46

Lagi-lagi Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga membeberkan penyeban Jiwasraya gagal bayar terhadap klaim dana nasabah. Salah satunya, Jiwasraya banyak berivestasi ke dalam instrumen saham, tetapi bukan sembarang saham melainkan saham gorengan.
"Mereka (Manajemen Jiwasraya) itu banyak investasi di saham gorengan. Kita tahu lah, itu saham-saham gorengan. Karena itu kita tanyakan kehati-hatiannya. Jadi kita ingin menanggulangi kerugian yang dialami nasabah dan pihak-pihak lain," jelas Arya.
Apa sih saham gorengan? Saham gorengan biasanya harga sahamnya dikerek naik sangat tinggi tetapi tanpa disertai fundamental yang jelas, volume transaksi meningkat tanpa alasan, meskipun ada aksi korporasi tetapi sebenarnya kurang signifikan mempengaruhi harga.
Investor pemula biasanya terjebak tanpa memperhatikan resiko kerugian yang sangat besar dibelakangnya. Perlu diketahui bahwa pergerakan harga saham gorengan ada yang menggerakkan alias ada bandarnya, sehingga risikonya sangat besar ketika mereka ingin menjual sahamnya.
Untuk harga saham yang pergerakannya tidak wajar, biasanya Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan saham tersebut ke dalam deretan kategori Unusual Market Activity (UMA), atau melakukan penghentian transaksi (suspensi).
Agar terhindar dari saham-saham gorengan, perhatikan ciri-ciri berikut ini:
1. Terindikasi Unusual Market Activity (UMA)
Merupakan aktifitas perdagangan saham yang tidak biasa, naik turun seperti roller coaster pada waktu tertentu yang menurut penilaian Otoritas Bursa berpotensi mengganggu atas terselenggaranya perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien.
2. Volumenya Turun-Naik Secara Drastis
Seringkali volume perdagangannya naik sangat tinggi seolah-olah sahamnya banyak diburu para pelaku pasar. Padahal dalam kesehariannya, saham tersebut terbilang sepi atau jarang diperdagangkan.
Volume tersebut biasanya terlihat pada grafik batang yang mencerminkan banyaknya transaksi di bawah grafik harga saham.
3. Berasal dari Saham Lapis Dua dan Tiga
Umumnya saham-saham non blue chip yang berasal dari lapis dua dan tiga yang kapitalisasi pasarnya (market cap) kecil, sehingga menjadi sasaran para bandar untuk dimanfaatkan dalam rangka mencari keuntungan.
4. Tidak Didukung Fundamental Perusahaan.
Umumnya pergerakan saham-saham gorengan tidak didasarkan faktor fundamental, maupun aksi korporasi yang dampaknya dapat signifikan mempengaruhi pergerakan harganya di bursa.
(dob/dob)
"Mereka (Manajemen Jiwasraya) itu banyak investasi di saham gorengan. Kita tahu lah, itu saham-saham gorengan. Karena itu kita tanyakan kehati-hatiannya. Jadi kita ingin menanggulangi kerugian yang dialami nasabah dan pihak-pihak lain," jelas Arya.
Apa sih saham gorengan? Saham gorengan biasanya harga sahamnya dikerek naik sangat tinggi tetapi tanpa disertai fundamental yang jelas, volume transaksi meningkat tanpa alasan, meskipun ada aksi korporasi tetapi sebenarnya kurang signifikan mempengaruhi harga.
Investor pemula biasanya terjebak tanpa memperhatikan resiko kerugian yang sangat besar dibelakangnya. Perlu diketahui bahwa pergerakan harga saham gorengan ada yang menggerakkan alias ada bandarnya, sehingga risikonya sangat besar ketika mereka ingin menjual sahamnya.
Untuk harga saham yang pergerakannya tidak wajar, biasanya Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan saham tersebut ke dalam deretan kategori Unusual Market Activity (UMA), atau melakukan penghentian transaksi (suspensi).
Agar terhindar dari saham-saham gorengan, perhatikan ciri-ciri berikut ini:
1. Terindikasi Unusual Market Activity (UMA)
Merupakan aktifitas perdagangan saham yang tidak biasa, naik turun seperti roller coaster pada waktu tertentu yang menurut penilaian Otoritas Bursa berpotensi mengganggu atas terselenggaranya perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien.
2. Volumenya Turun-Naik Secara Drastis
Seringkali volume perdagangannya naik sangat tinggi seolah-olah sahamnya banyak diburu para pelaku pasar. Padahal dalam kesehariannya, saham tersebut terbilang sepi atau jarang diperdagangkan.
Volume tersebut biasanya terlihat pada grafik batang yang mencerminkan banyaknya transaksi di bawah grafik harga saham.
3. Berasal dari Saham Lapis Dua dan Tiga
Umumnya saham-saham non blue chip yang berasal dari lapis dua dan tiga yang kapitalisasi pasarnya (market cap) kecil, sehingga menjadi sasaran para bandar untuk dimanfaatkan dalam rangka mencari keuntungan.
4. Tidak Didukung Fundamental Perusahaan.
Umumnya pergerakan saham-saham gorengan tidak didasarkan faktor fundamental, maupun aksi korporasi yang dampaknya dapat signifikan mempengaruhi pergerakan harganya di bursa.
(dob/dob)
Next Page
Langkah OJK dalam Penyehatan Jiwasraya
Pages
Most Popular