
Erick Bersih-bersih, Gimana Nasib 26 Anak Usaha Garuda?

Tangerang, CNBC Indonesia - Manajemen PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) menyebutkan masih melakukan peninjauan kembali terkait dengan jumlah anak dan cucu usaha yang dimiliki perusahaan saat ini.
Pengambilan langkah selanjutnya terkait dengan anak usaha tersebut baru akan diputuskan oleh manajemen baru yang akan ditentukan bulan depan.
Plt. Direktur Utama Garuda Indonesia Fuad Rizal mengatakan manajemen yang dipimpinnya saat ini masih melakukan review dan hasil review tersebut baru akan disampaikan kepada komisaris perusahaan jelang rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang akan digelar tahun depan, 22 Januari 2020.
Adapun mengenai nasib anak usaha Garuda akan diputuskan oleh manajemen baru yang ditentukan dalam RUPSLB tersebut.
"Lagi review, setelah RUPSLB baru bisa diputuskan karena kita enggak tahu siapa direksi baru. Itu sama direksi baru saja. Saya mandatnya cuma untuk menjaga operasional sampai RUPSLB. Setelah di-review dan akan disampaikan ke komisaris sebelum RUPSLB," kata Fuad di kawasan bandara Soekarno-Hatta, Jumat (27/12/2019).
Perlu diketahui, saat ini direksi Garuda Indonesia hanya menyisakan dua orang yakni Fuad Rizal yang merangkap menjadi pelaksana tugas untuk empat jabatan sekaligus. Jabatan Plt. yang didudukinya antara lain direktur utama, direktur keuangan & manajemen risiko, direktur operasi dan direktur teknik & layanan.
Sementara itu, direktur lainnya adalah Pikri Ilham Kurniansyah yang menjadi Plt di tiga posisi yakni direktur niaga, direktur human capital serta direktur kargo dan pengembangan usaha.
Perusahaan akan melakukan RUPSLB pada Rabu, 22 Januari 2020. Dua agenda yang diketahui akan dibahas dalam rapat ini adalah penggantian direksi perusahaan dan persetujuan pemegang saham untuk melakukan penerbitan surat utang berdenominasi dolar.
Dalam informasi yang disampaikan manajemen kepada Bursa Efek Indonesia, Rabu (18/12/2019) ketiga opsi pendanaan bagi perusahaan yakni melalui penerbitan global sukuk, Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement dan melalui peer to peer lending.
Opsi pertama, perseroan berencana menerbitkan global sukuk dengan jumlah maksimal US$ 750 juta atau Rp 10,50 triliun. Tanggal jatuh tempo global sukuk paling lambat 2024.
Opsi kedua, perusahaan dengan kode saham GIAA ini bakal menambah modal lewat private placement dalam mata uang dolar AS maksimal senilai US$ 750 juta.
"Penggunaan dana untuk pembiayaan kembali sebagian utang yang jatuh tempo dalam setahun," tulis manajemen Garuda Indonesia, Rabu (18/12/2019) dalam prospektus yang dipublikasikan. Namun, tingkat pengembalian private placement ini masih dalam tahap negosiasi.
Opsi terakhir yang akan ditempuh perseroan adalah pinjaman dari peer to peer lending (P2P) dengan nilai maksimal US$ 500 juta atau Rp 7 triliun. Tingkat suku bunga masih dinegosiasikan dan tempo pembayaran bunga rencananya akan dibayarkan setiap 3 bulan.
Laporan keuangan Garuda per September 2019, mencatat, Garuda memiliki 26 anak usaha langsung dan tidak langsung, di antaranya PT Citilink Indonesia, PT GMF AeroAsia Tbk (GMFI), PT Sabre Travel Network Indonesia, PT Gapura Angkasa, PT Aero Wisata and Subsidiaries, PT Aerofood Indonesia, dan PT Belitung Intipermai.
Bahkan ada salah satu cucu perusahaan Garuda, PT Garuda Tauberes Indonesia sempat membuat publik ramai karena baru diketahui oleh Kementerian BUMN. Selain itu, dari jumlah itu ada dua biro wisata yakni Garuda Orient Holidays Korea Co, Limited (Korea) dan Garuda Orient Holidays Japan Co, Ltd (Jepang).
(tas/tas) Next Article Pendapatan Garuda Indonesia (GIAA) Naik 18,27%, Tembus US$ 1,62 M