Saat Tiket Pesawat Naik, Penumpang Garuda Anjlok 20%

Monica Wareza, CNBC Indonesia
27 December 2019 15:16
PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) menyebutkan jumlah penumpang maskapai tersebut turun.
Foto: REUTERS/Darren Whiteside

Tangerang, CNBC Indonesia - Manajemen PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) menyebutkan jumlah penumpang maskapai tersebut sepanjang tahun ini hingga akhir September 2019 turun 20,6% dibanding dengan periode yang sama tahun sebelum.

Penurunan penumpang ini karena adanya peralihan (shifting) pengguna pesawat sejak diberlakukannya penyesuaian tarif pesawat.

Plt. Direktur Utama Garuda Indonesia Fuad Rizal mengatakan menurut catatan perusahaan, terjadi penurunan penumpang menjadi 8,2 juta penumpang, turun dari 10,3 juta penumpang secara year on year (YoY).


"Karena penyesuaian harga, penumpang turun 20,6%," kata Fuad di kawasan bandara Soekarno-Hatta, Jumat (27/12/2019).

Namun demikian, kata Fuad, tak terjadi penurunan pendapatan karena meski jumlah penumpang turun sebab penyesuaian harga telah dilakukan sejak beberapa waktu lalu dengan memaksimalkan tarif batas atas (TBA) yang diberikan pemerintah.

Dia menjelaskan, sejak 2018 perusahaan telah melakukan penyesuaian tarif sebesar 25% dari TBA yang berlaku untuk penerbangan Garuda Indonesia. Sedangkan untuk maskapai Citilink, yang merupakan anak usaha GIAA, terjadi penyesuaian tarif sebesar 40% dari tarif sebelumnya.

Dengan demikian, jika sebelumnya tarif Garuda Indonesia sebesar 60% dari TBA, saat ini tarif sudah mencapai 85% dari TBA. Sedangkan untuk Citilink, sebelumnya tarif yang dikenakan kepada penumpang sebesar 30% dari TBA, ketika dilakukan penyesuaian menjadi 70% dari TBA.

"Sejak beberapa bulan lalu kita sudah memberikan fleksibilitas untuk rute tidak sibuk dan jam yang tidak sibuk diberikan diskon TBA sampai 40%. Menurut kita itu penting diketahui, jadi kita tidak gelap mata semuanya ditetapkan TBA," jelas Fuad yang sebelumnya menjabat Direktur Keuangan Garuda ini.

Dengan tarif yang berlaku saat ini saja, Fuad mengklaim tarif pesawat yang dikenakan masih lebih murah ketimbang dengan jenis transportasi lainnya.

Dia mencontohkan, jika dengan TBA tiket pesawat dikenakan sebesar Rp 2.520/kilometer per orang, dengan perbandingan yang sama maka TBA tarif ojek online mencapai Rp 2.600/kilometer per orang.

Tarif pesawat ini juga disebut jauh lebih rendah ketimbang taksi dengan tarif Rp 6.500/kilometer per orang.

Selain dari tarif pesawat yang meningkat, Fuad menyebut perusahaan terus berupaya untuk menjaga margin laba bersih. Upaya yang dilakukan perusahaan adalah dengan menurunkan tingkat konsumsi bahan bakar.

"Dari produksi dioptimalkan misal dari 10 kali penerbangan sehari menjadi tujuh kali sehari, jadi sisa tiga flight itu hemat fuel. Jadi walau harga bahan bakar sudah mendekati tahun sebelumnya, tapi karena pengurangan volume bahan bakar kita tetap efisiensi bahan bakar," jelas dia.

[Gambas:Video CNBC]


(tas/tas) Next Article Garuda Indonesia (GIAA) Mau Tambah 8 Pesawat, Keluarkan Kocek Segini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular