
Andai Ikutan Bantu, Kuatkah Taspen Menanggung Jiwasraya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian BUMN tengah mempersiapkan pembentukan holding BUMN asuransi yang direncanakan akan menjadi juru selamat bagi PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Targetnya, holding ini akan selesai setidaknya pada pertengahan 2020 mendatang.
Hanya saja, belum jelas bagaimana konsep penyelamatan yang akan diusung oleh holding ini nantinya. Kementerian hanya menyebutkan, pembentukan holding ini menjadi salah satu jalan agar Jiwasraya bisa memperbaiki kinerja keuangannya dan membayarkan kerugian nasabah.
Pengamat asuransi Hotbonar Sinaga mengatakan meski adanya holding, penyelamatan Jiwasraya pun diperkirakan akan memakan waktu yang cukup panjang, setidaknya selama 3 tahun.
Apalagi saat ini belum jelas bagaimana konsep holding ini dan siapa yang akan menjadi induk usahanya nanti.
"Butuh waktu di atas 3 tahun. Konsepnya saja belum rampung," kata Hotbonar kepada CNBC Indonesia, pekan ini.
Selain itu, sempat dikabarkan bahwa Taspen melalui Taspen Life yang akan menyelamatkan Jiwasraya. Taspen akan menjadi induk dari Holding. Namun penyelamatan melalui Taspen ini dikhususkan untuk nasabah ritel bukan produk JS Saving Plan, produk bancassurance yang gagal bayar tahun ini mencapai Rp 12,4 triliun.
Nasabah ritel ini nantinya 'diakuisisi' Taspen. Adapun jumlah nasabah ritel ini mencapai 7 juta.
Namun Hotbonar menegaskan kapasitas Taspen Life terlalu kecil untuk menangani Jiwasraya. "Taspen Life kekecilan. Keduanya berbeda, enggak bisa berkolaborasi, yang satu asuransi sosial [Taspen] yang satu lagi [asuransi] komersial [Taspen Life]," tegas mantan Dirut Jamsostek ini.
Situs resminya mencatat, Taspen Life atau PT Asuransi Jiwa Taspen hadir dengan berbagai produk yakni program kesejahteraan karyawan, perencanaan hari tua, asuransi jiwa kumpulan, asuransi jiwa kredit dan program pensiun.
Kepemilikan saham Taspen Life sebesar 99,97% dipegang oleh PT TASPEN (Persero) sebagai induk perusahaan, dan 0,03% saham milik koperasi karyawan Taspen.
Adapun TASPEN atau Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri adalah BUMN yang bergerak di bidang asuransi tabungan hari tua dan dana pensiun bagi ASN dan pejabat negara.
Mengacu laporan keuangan, aset Taspen Life per September 2019 yakni Rp 4,36 triliun sementara ekuitas yakni Rp 568,43 miliar. Sementara TASPEN mencatat aset tahun 2018 yakni Rp 231,87 triliun dengan pendapatan usaha Rp 16,53 triliun.
Seperti diketahui Jiwasraya saat ini dililit persoalan gagal bayar polis asuransi JS Saving Plan senilai Rp 12,4 triliun. Dugaan tindak pidana korupsi juga sudah disidik oleh Kejaksaan Agung.
Menurut Hotbonar, hal ini disebabkan karena kesalahan dalam mengelola investasi yang membuat Risk Base Capital (RBC) Jiwasraya minus 800%. Padahal sebelumnya, RBC Jiwasraya positif di atas 120%, sesuai ketentuan minimum OJK 120%.
RBC adalah rasio solvabilitas yang menunjukkan kesehatan keuangan perusahaan asuransi. Jika RBC kian besar, semakin sehat pula kondisi finansialnya.
"Kan diindikasikan juga ada pemain lama pasar modal yang ikut dalam hal ini sehingga terjadi penurunan nilai investasi dan menyebabkan kerugian Jiwasraya pada 2018. Ini menyebabkan istilah asuransinya, likuiditas asuransi Jiwasraya jadi makin parah," katanya.
Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan dengan adanya holding dinilai akan memperkuat posisi perusahaan sehingga dengan mudah bisa memperoleh pendanaan dari pihak eksternal.
"Gini ketika digabung ada yang kuat kan, kan [Jiwasraya] di bawah. Bisa menyuntikkan [modal dari holding] atau ambil dari anak yang lain," kata Arya di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (23/12/2019).
(tas/tas) Next Article Terungkap! 12 Masalah Pemicu Gagal Bayar Jiwasraya Rp 12,4 T
