IHSG ke Zona Hijau Pascalibur Natal, Santa Claus Rally?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 December 2019 09:35
IHSG ke Zona Hijau Pascalibur Natal, Santa Claus Rally?
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini, Kamis (26/12/2019), di zona merah.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG melemah 0,05% ke level 6.303,06. Beruntung, dengan cepat IHSG bisa berbalik ke zona hijau. Hingga pukul 09:15 WIB, IHSG menguat 0,28% ke level 6.323,57.

IHSG berhasil menguat pascaperdagangan di bursa saham tanah air diliburkan dalam 2 hari terakhir guna memperingati hari raya Natal.

IHSG menguat kala bursa saham utama kawasan Asia sedang ditransaksikan bervariasi. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei naik 0,4%, indeks Shanghai menguat 0,3%, indeks Straits Times terkoreksi 0,3%, dan indeks Kospi turun 0,09%. Sebagai informasi, perdagangan di bursa saham Hong kong pada hari ini diliburkan seiring dengan peringatan hari raya Natal.


Perkembangan positif yang menyelimuti hubungan AS-China di bidang perdagangan menjadi sentimen utama pada perdagangan hari ini.

Seperti yang diketahui, AS dan China sebelumnya telah mengumumkan bahwa mereka berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu yang sudah begitu dinanti-nantikan pelaku pasar saham dunia.

Dalam wawancara dengan CNBC International, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa dirinya optimistis kesepakatan dagang akan bisa diteken pada bulan Januari.

Kemudian, cuitan Trump kini semakin mempertegas bahwa kesepakatan dagang akan benar-benar bisa diteken. Pada hari Jumat waktu setempat (20/12/2019), Trump mem-posting sebuah cuitan yang isinya mengatakan bahwa dirinya telah melangsungkan "pembicaraan yang sangat baik" dengan Presiden China Xi Jinping terkait dengan beberapa hal, termasuk kesepakatan dagang kedua negara. Pembicaraan tersebut dilakukan melalui sambungan telepon.


"Telah melangsungkan pembicaraan yang sangat baik dengan Presiden Xi dari China terkait kesepakatan dagang kami yang begitu besar. China telah memulai pembelian produk agrikultur dan produk-produk lainnya secara besar. Formalisasi kesepakatan dagang sedang disiapkan. Juga berbicara mengenai Korea Utara, di mana kami bekerja sama dengan China, & Hong Kong (progres!)," cuit Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump.

Dari kubu Beijing, ada juga perkembangan yang positif. Melansir CNBC International yang mengutip kantor berita Xinhua, Xi mengatakan bahwa kesepakatan dagang tahap satu dengan AS akan menguntungkan kedua belah pihak.

"Kesepakatan dagang tahap satu yang telah dicapai antara AS dan China merupakan sebuah hal yang baik bagi AS, China, dan seluruh dunia," kata Xi, seperti dilansir dari CNBC International.

"Baik pasar [keuangan] AS maupun China, beserta dengan [pasar keuangan] dunia, telah merespons dengan sangat positif hal ini [disepakatinya kesepakatan dagang tahap satu]. AS berniat untuk menjaga komunikasi secara intens dengan China dan berjuang untuk menandatangani dan mengimplementasikannya secepat mungkin."

Sebagai catatan, hingga kini teks kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China memang belum ditandatangani. Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalisasi kesepakatan dagang tahap satu tersebut pada pekan pertama Januari 2020.

Sebelumnya, sempat terdapat kekhawatiran terkait dengan peluang ditekennya kesepakatan dagang tahap satu. Walaupun Trump menyebut bahwa nilai pembelian produk agrikultur oleh China akan mencapai US$ 50 miliar, pihak Beijing yang diwakili oleh Wakil Menteri Pertanian dan Pedesaan Han Jun hanya menyebut bahwa mereka akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan, tanpa menyebut nilainya.

Pada hari Selasa (24/12/2019), Trump mengatakan bahwa AS telah kian dekat untuk menuntaskan kesepakatan dagang dengan China. Menurut Trump, nantinya akan ada seremoni penandatanganan kesepakatan dagang bersama dengan Presiden Xi.

Jika kesepakatan dagang tahap satu dengan China benar diteken nantinya, laju perekonomian AS dan China di tahun-tahun mendatang bisa terus dipertahankan di level yang relatif tinggi.

Mengingat posisi AS dan China sebagai dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi, tentu prospek ditekennya kesepakatan dagang yang semakin nyata menjadi sentimen positif bagi pasar saham Asia.

Pada hari-hari terakhir perdagangan di tahun 2019, pelaku pasar saham tanah air perlu mencermati dimulainya periode Santa Claus Rally.

Jika dihitung sejak akhir bulan November hingga penutupan perdagangan hari Selasa, indeks Dow Jones sudah melejit 1,65%, indeks S&P 500 melesat 2,62%, dan indeks Nasdaq Composite menguat 3,32%.


Bulan Desember lantas terbukti kembali menjadi bulan yang bersahabat bagi Wall Street. Dalam 18 tahun terakhir, indeks S&P 500 yang merupakan indeks saham terbaik guna merepresentasikan pergerakan pasar saham AS hanya membukukan imbal hasil negatif secara bulanan di bulan Desember sebanyak enam kali.



Memasuki hari-hari terakhir di bulan Desember sekaligus tahun 2019, Wall Street masih bisa terus membukukan apresiasi. Pasalnya, periode Santa Claus rally sudah tiba.

Untuk diketahui, Santa Claus rally merupakan sebuah reli di pasar saham AS yang terjadi pada lima perdagangan terakhir di bulan Desember hingga dua hari perdagangan pertama di bulan Januari.

Melansir CNBC International yang mengutip Stock Trader’s Almanac, secara rata-rata sejak tahun 1950, indeks S&P 500 membukukan imbal hasil sebesar 1,3% pada periode lima perdagangan terakhir di bulan Desember hingga 2 hari perdagangan pertama di bulan Januari.

Dalam 10 tahun terakhir, fenomena Santa Claus rally terbukti masih terus terjadi. Dalam 10 tahun terakhir, berdasarkan data Stock Trader’s Almanac yang kami kutip dari CNBC International, indeks S&P 500 hanya membukukan koreksi sebanyak dua kali selama periode Santa Claus rally, yakni di tahun 2014 dan 2015.



Ada beberapa penjelasan di balik fenomena Santa Claus rally, seperti optimisme meyambut tahun baru dan investasi dari bonus musim liburan misalnya. Selain itu, ada juga teori yang mengatakan bahwa beberapa investor institusi besar yang cenderung lebih pesimistis terhadap pasar saham sedang berlibur pada periode ini, sehingga pasar didominasi oleh investor ritel yang cenderung lebih optimistis.

Dengan melihat kinerja Wall Street yang begitu oke sejauh ini, tentu tak salah jika pelaku pasar berharap bahwa fenomena Santa Claus rally akan kembali didapati. Sebagai catatan, perdagangan di Wall Street pada hari Selasa menjadi awal dari periode Santa Claus rally tahun 2019.

Selain Santa Claus rally, ada satu fenomena lain yang juga berpotensi mengerek kinerja Wall Street menjelang akhir tahun, yakni window dressing.

Melansir Investopedia, window dressing merupakan teknik yang dilakukan oleh para manajer investasi menjelang akhir kuartal dalam mempercantik performa produk investasi yang menjadi kelolaannya.

Di pasar saham, window dressing dilakukan dengan menjual saham-saham yang membebani kinerja produk investasi dan kemudian membeli saham-saham yang telah melesat sebelumnya. Saham-saham yang dibeli tersebut otomatis akan masuk ke dalam komposisi portofolio untuk kemudian dilaporkan kepada investor.

Jika benar kinerja Wall Street masih akan oke di penghujung tahun 2019, tentu saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), terutama yang kapitalisasi pasarnya besar, berpotensi memberikan bonus akhir tahun bagi para investornya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

 


(ank/tas) Next Article Besok AS-China Deal! IHSG Nyaman di Zona Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular