
AS-China Kian Mesra, Kurs Dolar Singapura Turun Lagi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 December 2019 11:37

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar dolar Singapura melemah melawan rupiah pada perdagangan Senin ini (23/12/2019) hingga ke level terlemah dalam 2 pekan terakhir.
Pada pukul 10:15 WIB, SG$ 1 setara dengan Rp 10.300,08, melemah 0,06% di pasar spot, melansir data Refinitiv, melanjutkan penurunan akhir pekan lalu. Sebelumnya di awal perdagangan hari ini mata uang Negeri Merlion ini melemah 0,18% ke level 10.287,81.
Pelemahan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli dolar Singapura di dalam negeri, berikut beberapa data yang diambil dari situs resmi beberapa bank nasional pada pukul 10:20 WIB.
Hubungan Amerika Serikat (AS) dan China yang kian mesra memberikan sentiment positif baik ke rupiah maupun dolar Singapura. Tetapi dampaknya lebih besar ke rupiah.
Seperti diketahui sebelumnya, pada Jumat (13/12/2019) kedua negara sudah mencapai kesepakatan dagang fase I, dan diperkirakan akan ditandatangani di awal tahun depan.
Sementara pada Jumat (20/12/2019) pekan lalu, Presiden AS Donald Trump melalui akun Twitternya menyatakan melakukan "pembicaraan yang sangat baik" dengan Presiden China, Xi Jinping. Hal tersebut menambah optimism pelaku pasar kesepakatan dagang fase I segera diteken.
Sementara itu pada hari ini, giliran China yang mengirim kabar bagus. CNBC International melaporkan Negeri Tiongkok akan menurunkan bea masuk terhadap 850 produk dari AS mulai 1 Januari.
Kabar bagus tersebut membuat sentiment pelaku pasar semakin membaik dan masuk ke aset-aset berisiko serta berimbal hasil tinggi. Rupiah menjadi salah satu yang mendapat rejeki.
Dolar Singapura sebenarnya juga mendapat sentiment positif, mengingat perekonomiannya mengalami pelambatan yang signifikan akibat perang dagang AS-China yang sudah berlangsung selama 18 bulan.
Pemerintah Singapura sampai harus memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 0-1% dibandingkan proyeksi sebelumnya 1,5-2,5%.
Dengan tercapainya kesepakatan dagang fase I, perekonomian global diharapkan akan kembali bangkit dan mengerek naik perekonomian Singapura.
Tetapi rupiah mendapat keuntungan yang lebih besar di kala sentiment pelaku pasar membaik, mengingat imbal hasil yang diberikan lebih tinggi, sehingga menjadi target para investor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
Pada pukul 10:15 WIB, SG$ 1 setara dengan Rp 10.300,08, melemah 0,06% di pasar spot, melansir data Refinitiv, melanjutkan penurunan akhir pekan lalu. Sebelumnya di awal perdagangan hari ini mata uang Negeri Merlion ini melemah 0,18% ke level 10.287,81.
Pelemahan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli dolar Singapura di dalam negeri, berikut beberapa data yang diambil dari situs resmi beberapa bank nasional pada pukul 10:20 WIB.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
Bank BNI | 10.284,00 | 10.342,00 |
Bank BRI | 10.406,07 | 10.267,30 |
Bank Mandiri | 10.277,00 | 10.330,00 |
Bank BTN | 10.170,00 | 10.482,00 |
Bank BCA | 10.301,05 | 10.321,47 |
CIMB Niaga | 10.056,23 | 10.571,00 |
Hubungan Amerika Serikat (AS) dan China yang kian mesra memberikan sentiment positif baik ke rupiah maupun dolar Singapura. Tetapi dampaknya lebih besar ke rupiah.
Seperti diketahui sebelumnya, pada Jumat (13/12/2019) kedua negara sudah mencapai kesepakatan dagang fase I, dan diperkirakan akan ditandatangani di awal tahun depan.
Sementara pada Jumat (20/12/2019) pekan lalu, Presiden AS Donald Trump melalui akun Twitternya menyatakan melakukan "pembicaraan yang sangat baik" dengan Presiden China, Xi Jinping. Hal tersebut menambah optimism pelaku pasar kesepakatan dagang fase I segera diteken.
Sementara itu pada hari ini, giliran China yang mengirim kabar bagus. CNBC International melaporkan Negeri Tiongkok akan menurunkan bea masuk terhadap 850 produk dari AS mulai 1 Januari.
Kabar bagus tersebut membuat sentiment pelaku pasar semakin membaik dan masuk ke aset-aset berisiko serta berimbal hasil tinggi. Rupiah menjadi salah satu yang mendapat rejeki.
Dolar Singapura sebenarnya juga mendapat sentiment positif, mengingat perekonomiannya mengalami pelambatan yang signifikan akibat perang dagang AS-China yang sudah berlangsung selama 18 bulan.
Pemerintah Singapura sampai harus memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 0-1% dibandingkan proyeksi sebelumnya 1,5-2,5%.
Dengan tercapainya kesepakatan dagang fase I, perekonomian global diharapkan akan kembali bangkit dan mengerek naik perekonomian Singapura.
Tetapi rupiah mendapat keuntungan yang lebih besar di kala sentiment pelaku pasar membaik, mengingat imbal hasil yang diberikan lebih tinggi, sehingga menjadi target para investor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular