
IHSG Merah, 4 Saham Ini Mampu Meroket hingga 26%

JSKY
Saham JSKY melesat 26% di level Rp 252/saham, dengan nilai transaksi Rp 59,7 miliar dan volume perdagangan 250,94 juta sahan. Saham ini pernah disuspensi atau dihentikan sementara perdagangan oleh BEI pada 21 November, tapi kemudian dibuka lagi pada 25 November lalu. Saham JSKY ini sempat masuk pengawasan BEI karena harganya turun tajam.
JSKY merupakan perusahaan energi milik keluarga Tandiono. Perusahaan ini tercatat di bursa pada 28 Maret 2018 dengan menawarkan saham di pasar perdana senilai Rp 400/saham. Sebulan terakhir, saham JSKY menguat 32%, sementara year to date atau tahun berjalan saham perusahaan minus 51%.
PURE
Saham PURE menguat 25,53% di level Rp 264/saham dengan nilai transaksi lebih rendah yakni Rp 9,62 miliar dan volume perdagangan 38,75 juta saham. Sempat beredar saham ini terkait dengan PT Narada Aset Manajemen yang tengah disuspensi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkaitan dengan penjualan reksa dana.
Namun Direktur Utama Trinitan Richard Tandiono menegaskan bahwa pihaknya mengklarifikasi rumor yang beredar tersebut bahwa perusahaan aset manajemen tersebut tidak memiliki saham PURE.
"Manajemen telah memeriksa DPS atau daftar pemegang saham PURE dan kami menyatakan bahwa perusahaan tersebut [Narada] tidak memiliki saham PURE. Kami juga tidak melakukan komunikasi langsung maupun tidak langsung dengan Narada Aset Manajemen," tegas Richard, dalam suratnya kepada investor dan broker-dealer, dikutip dari situs resmi BEI, Rabu ini (20/11/2019).
PURE yang berbisnis pengolah logam dan bahan mineral, tercatat di papan perdagangan BEI pada 9 Oktober silam dengan harga penawaran perdana Rp 300/saham. Sebulan terakhir saham PURE naik 2,33%.
NIKL
Saham NIKL menguat 24,48% di level Rp 600/saham, dengan nilai transaksi Rp 35,72 miliar dan volume perdagangan 62,91 juta saham. Hingga akhir September 2019, Latinusa mampu mengantongi keuntungan sebesar US$ 1,84 juta atau setara Rp 26,13 miliar (asumsi kurs Rp 14.200/US$).
Ini merupakan capaian yang sangat baik karena pada periode yang sama tahun sebelumnya, NIKL membukukan rapor merah dengan menorehkan rugi bersih mencapai US$ 3,2 juta atau setara Rp 45,5 miliar. Sebulan terakhir, saham NIKL minus 23% dan year to date ambles 83%.
INAF
Saham INAF melesat 24,30% di level Rp 665/saham dengan nilai transaksi Rp 19,74 miliar dan volume perdagangan 31,39 juta saham. Sebulan saham INAF minus 22% dan year to date ambles 90%.
Emiten farmasi ini, bersama PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF), tergabung dalam rencana holding BUMN Farmasi di bawah kendali PT Bio Farma (Persero). Presiden Jokowi pada 15 Oktober 2019 sudah meneken Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 76 Tahun 2019 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bio Farma terkait dengan holding ini.
Dalam surat jawaban perseroan kepada BEI pekan ini, Arie Genipa Suhendi, Corporate Secretary INAF, menjelaskan bahwa perseroan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal.
"Perseroan tidak mengetahui adanya aktivitas dari pemegang saham tertentu. Perseroan tidak memiliki rencana untuk melakukan tindakan korporasi dalam waktu dekat, termasuk rencana korporasi yang akan berakibat terhadap pencatatan saham perseroan di Bursa," katanya.
Di sisi lain, saham dengan aksi beli bersih asing terbanyak yakni dipegang oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebanyak Rp 137,23 miliar, dengan penguatan tipis harga saham 1% di level Rp 7.600/saham, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 78,17 miliar dengan koreksi harga saham 1,14% di level Rp 4.350/saham.
Sementara saham dengan aksi jual asing terbanyak yakni saham Grup MNC, PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) sebesar Rp 159,34 miliar, dengan koreksi harga saham minus 1,90% di level Rp 515/saham, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Rp 135,72 miliar, dengan koreksi saham 2,26% Rp 3.900/saham.
