Trump yang Dimakzulkan, Rupiah yang Terkapar
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 December 2019 13:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (19/12/2019), meski masih di bawah level psikologis Rp 14.000/troy ons.
Rupiah membuka perdagangan stagnan di level Rp 13.970/US$. Selepas itu, rupiah masuk ke zona merah, hingga melemah 0,14% ke level Rp 13.990/US$ sebelum tengah hari.
Pergerakan rupiah sama dengan mayoritas mata uang utama Asia lainnya yang melemah melawan dolar AS. Pemakzulan Presiden AS, Donald Trump, menjadi penyebab buruknya kinerja mata uang utama Benua Kuning.
House of Representatives (bagian dari Kongres AS) resmi memutuskan untuk memakzulkan Presiden Donald Trump.
Ada dua alasan yang membuat anggota DPR AS memutuskan untuk melengserkan Trump. Pertama, Trump didakwa telah menyalahgunakan kekuasaannya ketika menahan bantuan pendanaan bagi Ukraina guna mendorong Ukraina meluncurkan investigasi terhadap lawan politiknya, Joe Biden.
Pada tanggal 25 Juli lalu, Trump kedapatan melakukan panggilan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Dalam kesempatan itu Trump meminta Zelensky melakukan penyelidikan yang menargetkan Joe Biden dan putranya, Hunter Biden.
Untuk diketahui, Joe Biden merupakan mantan wakil presiden di era Barack Obama. Kini, Biden merupakan salah satu penantang utama Trump dalam pemilihan presiden yang akan digelar di tahun 2020.
Disebutkan bahwa dalam kesempatan itu, Trump menjadikan dana bantuan keamanan untuk Ukraina yang bernilai hampir US$ 400 juta sebagai senjata untuk menekan Zelensky agar mau menuruti permintaan Trump. Banyak pihak percaya alasan Trump melakukan ini adalah untuk memastikan kemenangannya di pemilu tahun depan.
Kemudian, Trump juga didakwa karena dianggap menghalangi Kongres dalam melakukan penyelidikan terhadap dirinya. Hal ini dilakukan oleh Trump dengan melarang para pembantunya di Gedung Putih untuk memberikan kesaksian di sidang penyelidikan Trump.
Anggota DPR AS menggolkan pasal penyalahgunaan kekuasaan dengan skor 230-197. Sementara itu, pasal kedua yang menyebut bahwa Trump telah menghalangi Kongres dalam melakukan penyelidikan terhadap dirinya, digolkan dengan skor 229-198. Sehingga Trump resmi dimakzulkan di House of Representatives.
Meski demikian, proses pemakzulan Trump masih belum selesai. Pengadilan pemakzulan Trump kini akan digelar di Senat AS, yang akan menentukan apakah Presiden AS ke-45 ini harus keluar dari Gedung Putih atau membebaskannya dari dua dakwaan yang membuatnya dimakzulkan di House of Representatives.
Berbeda dengan House of Representatives yang dikuasai Partai Demokrat selaku oposisi, Senat AS dikuasai oleh Partai Republik yang merupakan partai pemerintah di bawah Presiden Trump. Dari 100 kursi Senat, Partai Republik menguasai 53 kursi, dan untuk memakzulkan Trump dibutuhkan setidaknya 67 suara.
Dengan demikian, lengsernya Trump dari kursi AS 1 sepertinya kecil akan terjadi. Tetapi tetap saja sentimen pelaku pasar terlanjur memburuk, yang membebani kinerja mata uang utama Asia, termasuk rupiah.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan moneter pada siang ini,membuat pelaku pasar melakukan aksi wait and see yang membatasi pergerakan rupiah. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 5%.
Rupiah membuka perdagangan stagnan di level Rp 13.970/US$. Selepas itu, rupiah masuk ke zona merah, hingga melemah 0,14% ke level Rp 13.990/US$ sebelum tengah hari.
Pergerakan rupiah sama dengan mayoritas mata uang utama Asia lainnya yang melemah melawan dolar AS. Pemakzulan Presiden AS, Donald Trump, menjadi penyebab buruknya kinerja mata uang utama Benua Kuning.
House of Representatives (bagian dari Kongres AS) resmi memutuskan untuk memakzulkan Presiden Donald Trump.
Ada dua alasan yang membuat anggota DPR AS memutuskan untuk melengserkan Trump. Pertama, Trump didakwa telah menyalahgunakan kekuasaannya ketika menahan bantuan pendanaan bagi Ukraina guna mendorong Ukraina meluncurkan investigasi terhadap lawan politiknya, Joe Biden.
Pada tanggal 25 Juli lalu, Trump kedapatan melakukan panggilan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Dalam kesempatan itu Trump meminta Zelensky melakukan penyelidikan yang menargetkan Joe Biden dan putranya, Hunter Biden.
Untuk diketahui, Joe Biden merupakan mantan wakil presiden di era Barack Obama. Kini, Biden merupakan salah satu penantang utama Trump dalam pemilihan presiden yang akan digelar di tahun 2020.
Disebutkan bahwa dalam kesempatan itu, Trump menjadikan dana bantuan keamanan untuk Ukraina yang bernilai hampir US$ 400 juta sebagai senjata untuk menekan Zelensky agar mau menuruti permintaan Trump. Banyak pihak percaya alasan Trump melakukan ini adalah untuk memastikan kemenangannya di pemilu tahun depan.
Kemudian, Trump juga didakwa karena dianggap menghalangi Kongres dalam melakukan penyelidikan terhadap dirinya. Hal ini dilakukan oleh Trump dengan melarang para pembantunya di Gedung Putih untuk memberikan kesaksian di sidang penyelidikan Trump.
Anggota DPR AS menggolkan pasal penyalahgunaan kekuasaan dengan skor 230-197. Sementara itu, pasal kedua yang menyebut bahwa Trump telah menghalangi Kongres dalam melakukan penyelidikan terhadap dirinya, digolkan dengan skor 229-198. Sehingga Trump resmi dimakzulkan di House of Representatives.
Meski demikian, proses pemakzulan Trump masih belum selesai. Pengadilan pemakzulan Trump kini akan digelar di Senat AS, yang akan menentukan apakah Presiden AS ke-45 ini harus keluar dari Gedung Putih atau membebaskannya dari dua dakwaan yang membuatnya dimakzulkan di House of Representatives.
Berbeda dengan House of Representatives yang dikuasai Partai Demokrat selaku oposisi, Senat AS dikuasai oleh Partai Republik yang merupakan partai pemerintah di bawah Presiden Trump. Dari 100 kursi Senat, Partai Republik menguasai 53 kursi, dan untuk memakzulkan Trump dibutuhkan setidaknya 67 suara.
Dengan demikian, lengsernya Trump dari kursi AS 1 sepertinya kecil akan terjadi. Tetapi tetap saja sentimen pelaku pasar terlanjur memburuk, yang membebani kinerja mata uang utama Asia, termasuk rupiah.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan moneter pada siang ini,membuat pelaku pasar melakukan aksi wait and see yang membatasi pergerakan rupiah. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 5%.
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular