Kurs Yuan Tertahan Lagi di Bawah Rp 2.000/CNY

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 December 2019 16:44
Dalam kesepakatan dagang fase I, tambahan bea masuk produk China yang sejatinya berlaku pada 15 Desember dibatalkan
Foto: Ilustrasi Yuan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yuan China (CNY) tertahan di bawah level Rp 2.000/CNY pada perdagangan Rabu (18/12/2019). Kesepakatan dagang fase I antara Amerika Serikat (AS) dengan China belum mampu mengangkat nilai tukar mata uang yang juga disebut renminbi ini.

Pada pukul 15:10 WIB, CNY 1 setara Rp 1.998,97, yuan menguat tipis 0,02% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Berikut kurs jual beli yuan yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 15:15 WIB.

BankKurs BeliKurs Jual
Bank BRI1.932,012.073,31
Bank Mandiri1.985,002.015,00
Bank BTN1.891,002.113,00
Bank BCA1.995,102.002,10
CIMB Niaga2.001,002.004,00


Perang dagang AS-China memang sudah memasuki babak baru, kedua negara sudah mencapai kesepakatan dagang fase I pada Jumat (13/12/2019) lalu. Di awal pekan ini, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, dan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence Kudlow kompak menyatakan jika kesepakatan fase I sudah sepenuhnya selesai, sebagaimana diwartakan Reuters.



Lighthizer dalam acara Face the Nation yang ditayangkan di CBS mengungkapkan bahwa naskah kesepakatan damai dagang AS-China tinggal menunggu pemeriksaan yang sifatnya rutin saja. Tidak ada perubahan yang mendasar karena semua sudah disepakati.

Sementara Kudlow berharap Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping dari China akan menandatangani perjanjian tersebut pada awal Januari. Selepas itu, AS-China akan memulai negosiasi damai dagang fase II.



Dalam kesepakatan dagang fase I, tambahan bea masuk produk China yang sejatinya berlaku pada 15 Desember dibatalkan, dan AS juga menurunkan sebagian bea masuk importasi produk senilai US$ 120 miliar dari sebelumnya 15% menjadi 7,5%.

Sebagai gantinya, China dikatakan berkomitmen untuk membeli barang dan jasa AS senilai US$ 200 miliar dalam kurun waktu dua tahun ke depan. Negeri Tiongkok juga akan membeli produk pertanian AS senilai US$ 32 miliar. Selain itu, China juga akan melakukan pembelian produk pertanian senilai US$ 5 miliar di luar angka-angka tersebut.



Patut diingat, AS masih menerapkan bea masuk yang tinggi, yakni 25% terhadap produk China senilai US$ 250 miliar, begitu juga dengan China yang belum mencabut atau mengurangi bea masuk importasi produk dari AS. Sehingga pada dasarnya perang dagang masih berlangsung, hanya tidak lagi tereskalasi.

Harapan akan bangkitnya perekonomian China pasca penandatanganan kesepakatan dagang memang sedang membuncah, tetapi tetap saja hal tersebut masih perlu dibuktikan dengan data ekonomi. Seperti halnya pada hari Senin, yuan mampu kembali ke atas Rp 2.000/CNY setelah menunjukkan produksi industri November tumbuh 6,2% year-on-year (YoY), dari bulan sebelumnya 4,7% YoY.

Pada periode yang sama penjualan ritel tumbuh 8% YoY, dibandingkan bulan sebelumnya 7,2% YoY. Artinya, perekonomian di Negeri Tiongkok sudah mulai bergeliat lagi dikala belum ada kesepakatan dagang fase I dengan AS. 

Efek data tersebut hanya sehari, sejak Selasa kemarin yuan kembali turun ke bawah Rp 2.000/CNY.

TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/pap) Next Article AS-China Teken Trade Deal Pekan Ini, Kurs Yuan Malah Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular