Koreksi Pasar Obligasi Masih Berlanjut, tapi Tekanan Mereda

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
18 December 2019 13:11
Koreksi disebabkan sentimen dari janji Brexit kilat yang dinyatakan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akhir pekan lalu.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah masih terkoreksi, di mana pelemahan di awal perdagangan hari ini mereda dibandingkan kemarin. Koreksi disebabkan sentimen dari janji Brexit kilat yang dinyatakan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akhir pekan lalu.

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 7,1 basis poin (bps) menjadi 7,82%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Kekhawatiran Brexit kilat disebabkan semakin melebarnya potensi non-deal Brexit yang akan merugikan seluruh pihak di dunia termasuk Eropa, terutama Inggris.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 18 Dec'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 17 Dec'19 (%)

Yield 18 Dec'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 17 Dec'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.649

6.643

-0.60

6.6389

FR0078

10 tahun

7.322

7.352

3.00

7.334

FR0068

15 tahun

7.753

7.824

7.10

7.7879

FR0079

20 tahun

7.861

7.886

2.50

7.8746

Sumber: Refinitiv



Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.067,26 triliun SBN, atau 38,6% dari total beredar Rp 2.765 triliun berdasarkan data per 16 Desember.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 174,01 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 560 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih defisit Rp 540 miliar.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, mayoritas mengalami penguatan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 17 Dec'19 (%)

Yield 18 Dec'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

6.875

6.97

9.50

China (A+)

3.235

3.245

1.00

Jerman (AAA)

-0.29

-0.289

0.10

Prancis (AA)

0.006

0.006

0.00

Inggris Raya (AA)

0.763

0.767

0.40

India (BBB-)

6.744

6.731

-1.30

Jepang (A)

-0.006

-0.012

-0.60

Malaysia (A-)

3.441

3.425

-1.60

Filipina (BBB)

4.438

4.45

1.20

Rusia (BBB)

6.29

6.32

3.00

Singapura (AAA)

1.746

1.736

-1.00

Thailand (BBB+)

1.575

1.56

-1.50

Amerika Serikat (AAA)

1.889

1.878

-1.10

Afrika Selatan (BB+)

8.29

8.295

0.50

Sumber: Refinitiv

 
TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular