Profit Taking dan No Deal Brexit Bebani Langkah Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 December 2019 08:28
Move On dari AS-China, Fokus Pasar Beralih ke Inggris
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Namun ternyata tidak hanya rupiah yang melemah. Mayoritas mata uang utama Benua Kuning pun terbenam di zona merah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:04 WIB:

 

Sepertinya sentimen kesepakatan damai dagang AS-China fase I yang (katanya) sudah tercapai akhir pekan lalu sudah mulai basi. Belum ada hitam di atas putih juga, perjanjian belum diteken oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.

Oleh karena itu, pelaku pasar mulai move on dari AS-China dan fokus ke perkembangan lain. Kebetulan situasi di Inggris sedikit bergejolak usai Pemilu pekan lalu.

Partai Konservatif kembali jadi penguasa di Negeri John Bull dengan perolehan 365 dari 650 kursi yang tersedia di parlemen. Artinya, Boris Johnson hampir pasti kembali ke posisi Perdana Menteri.


Dengan kursi mayoritas di parlemen, eks menteri luar negeri pada era pemerintahan Theresa May itu mencoba mengambil alih kemudi proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit). Johnson mencoba memaksakan agar Inggris menyepakati perjanjian dagang dengan Uni Eropa pada bulan ini, sebelum Brexit terlaksana pada 31 Januari 2020. Johnson juga disebut-sebut akan mengusulkan masa transisi Brexit harus selesai pada 2020, tidak lebih lama dari itu.

"Manifesto kami sudah jelas. Tidak ada perpanjangan implementasi masa transisi. Undang-undang Penarikan Diri akan melarang pemerintah untuk menyetujui perpanjangan lebih lanjut," ungkap salah seorang pejabat senior pemerintah, seperti diberitakan Reuters.

Perkembangan ini meresahkan berbagai kalangan. Sebab, ada risiko perjanjian dagang dengan Eropa belum bisa disepakati bulan ini sehingga Inggris terancam minggat tanpa kesepakatan apa-apa (No Deal Brexit/Hard Brexit).

"Kami belum memulai negosiasi, tetapi sudah ada tenggat waktu yang begitu ketat. Akan ada beberapa hal yang mungkin belum sempat dibahas," kata Valdis Dombrovskis, Wakil Presiden Uni Eropa, dikutip dari Reuters.

Jadi, ada kemungkinan perdagangan Inggris dengan Eropa nantinya akan mengikuti standar Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Tidak ada keistimewaan, arus barang harus melalui pemeriksaan dan membayar bea.

Risiko No Deal Brexit yang kembali mengemuka membuat investor cemas. Hasilnya, aliran modal masuk ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang menjadi terbatas. Mata uang Asia pun ramai-ramai melemah.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular