Pasar Masih Khawatir, Harga SUN Langsung Terkoreksi!

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
17 December 2019 11:57
Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi di awal perdagangan hari ini.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi di awal perdagangan hari ini, Selasa (17/12/2019) karena masih terpapar sentimen negatif data neraca perdagangan yang diumumkan masih terkontraksi kemarin.

Selain dari domestik, ketidakpastian damai dagang Amerika Serikat (AS)-China pada bulan depan serta rencana fast Brexit yang dijanjikan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson justru berdampak pada kekhawatiran pasar.

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). 


Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 4,3 basis poin (bps) menjadi 7,29%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Yield Obligasi Negara Acuan 17 Dec'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 16 Dec'19 (%)

Yield 17 Dec'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 16 Dec'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.62

6.636

1.60

6.6162

FR0078

10 tahun

7.253

7.296

4.30

7.2647

FR0068

15 tahun

7.721

7.753

3.20

7.7238

FR0079

20 tahun

7.811

7.837

2.60

7.8199

Sumber: Refinitiv

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.066,7 triliun SBN, atau 38,58% dari total beredar Rp 2.765 triliun berdasarkan data per 13 Desember.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 173,45 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.

Posisi itu mencerminkan investor asing sedang dalam posisi jual (defisit) sejak awal bulan ini, yaitu senilai Rp 1,1 triliun. Meskipun demikian, sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masih masuk ke pasar SUN senilai Rp 430 miliar.

Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas mengalami kenaikan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 16 Dec'19 (%)

Yield 17 Dec'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

6.77

6.875

10.50

China (A+)

3.217

3.237

2.00

Jerman (AAA)

-0.273

-0.273

0.00

Prancis (AA)

0.023

0.027

0.40

Inggris Raya (AA)

0.815

0.823

0.80

India (BBB-)

6.794

6.78

-1.40

Jepang (A)

-0.022

-0.013

0.90

Malaysia (A-)

3.449

3.447

-0.20

Filipina (BBB)

4.411

4.423

1.20

Rusia (BBB)

6.36

6.34

-2.00

Singapura (AAA)

1.755

1.753

-0.20

Thailand (BBB+)

1.605

1.605

0.00

Amerika Serikat (AAA)

1.889

1.868

-2.10

Afrika Selatan (BB+)

8.335

8.32

-1.50

Sumber: Refinitiv



TIM RISET CNBC INDONESIA

Menyimak rebalancing manajer investasi

[Gambas:Video CNBC]

 


(irv/tas) Next Article January Effect Sukses Angkat Harga SUN, Hari Ini Gimana?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular