Bursa Saham Asia Melemah, IHSG Perkasa di Zona Hijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 December 2019 16:39
Bursa Saham Asia Melemah, IHSG Perkasa di Zona Hijau
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka flat di level 6.197,31 pada perdagangan pertama di pekan ini, Senin (16/12/2019).

Selepas itu, IHSG dengan nyaman melaju di zona hijau. Per akhir sesi satu, apresiasi IHSG telah mencapai 0,46% ke level 6.225,49. Per akhir sesi dua, apresiasi IHSG menipis menjadi 0,23% ke level 6.211,59.

IHSG menutup hari di zona hijau kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia justru ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,29%, indeks Hang Seng melemah 0,65%, indeks Straits Times jatuh 0,11%, dan indeks Kospi terkoreksi 0,1%.

Bursa saham Benua Kuning melemah kala ada perkembangan yang positif terkait negosiasi dagang AS-China. Menjelang akhir pekan kemarin, AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu yang sudah begitu dinanti-nantikan pelaku pasar saham dunia.

Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Pembatalan eksekusi bea masuk tambahan tersebut menjadi elemen krusial dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi global di level yang relatif tinggi. Pasalnya, bea masuk tersebut, jika jadi dieksekusi, akan mengincar produk-produk konsumer yang diimpor oleh AS dari China seperti mainan, ponsel, hingga pakaian.

Pengenaan bea masuk tambahan akan membuat harga produk-produk konsumer tersebut lebih mahal sehingga berpotensi menekan permintaan. Padahal, AS tengah memasuki musim liburan di mana momen tersebut biasanya menghasilkan permintaan yang tinggi atas produk-produk konsumer.

Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk bagi senilai US$ 120 miliar produk impor asal China yang sebesar 15% nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang sedianya disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada hari Minggu.

Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Lebih lanjut, kesepakatan dagang tahap satu AS-China juga akan membereskan komplain dari AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam.
Sebagai catatan, hingga kini teks kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China belum ditandatangani. Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalisasi kesepakatan dagang tahap satu tersebut pada pekan pertama Januari 2020.

Adanya ketidakpastian yang menyelimuti kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China tampak menjadi faktor yang membuat pelaku pasar memilih memasang posisi defensif.

Walaupun Trump menyebut bahwa nilai pembelian produk agrikultur oleh China akan mencapai US$ 50 miliar, pihak Beijing yang diwakili oleh Wakil Menteri Pertanian dan Pedesaan Han Jun hanya menyebut bahwa mereka akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan, tanpa menyebut nilainya.
Selain karena ketidakpastian yang menyelimuti kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China, potensi eskalasi perang dagang antara AS dan Uni Eropa ikut menjadi faktor yang membebani kinerja bursa saham Benua Kuning.

CNBC International melaporkan bahwa AS sedang mempertimbangkan untuk menjatuhkan bea masuk hingga 100% terhadap produk-produk impor asal Eropa. Kantor Perwakilan Dagang AS telah menerbitkan dokumen terkait daftar barang-barang asal Eropa yang dipertimbangkan untuk dikenai bea masuk hingga 100%. Beberapa barang yang menjadi target di antaranya adalah wiski asal Irlandia, Scotch, serta Cognac.

Selain itu, minyak zaitun asal Spanyol, keju asal Prancis, pisau asal Jerman, hingga fillet ikan asal Portugal juga dipertimbangkan untuk dikenakan bea masuk hingga 100%.

Bea masuk ini merupakan buntut dari perselisihan kedua negara dalam hal pemberian subsidi ilegal oleh pemerintah Eropa untuk perusahaan pembuat pesawat terbang Airbus. Untuk diketahui, AS telah lama menuduh bahwa subsidi yang diberikan Uni Eropa untuk Airbus merugikan produsen pesawat terbang AS, Boeing. AS juga mengatakan Uni Eropa telah melanggar peraturan World Trade Organization (WTO) dalam hal pemberian subsidi itu, di mana WTO sendiri telah memenangkan AS dalam gugatannya melawan Uni Eropa.

WTO memutuskan AS menang dalam tuntutannya terhadap Uni Eropa dan membiarkan pemerintahan Presiden Trump menjatuhkan bea masuk sebagai balasan atas pemberian subsidi ilegal oleh Uni Eropa kepada Airbus.

Pada Oktober lalu, AS telah mengenakan bea masuk sebesar 10% untuk pesawat sipil besar dan 25% untuk produk agrikultur dari Eropa. Penerapan bea masuk tersebut diumumkan setelah AS mendapatkan izin dari WTO.

"Sebagai akibat dari kegagalan Uni Eropa untuk menangani subsidi ini, pada 18 Oktober, Amerika Serikat mengenakan bea masuk 10% pada pesawat sipil besar dan 25% pada produk agrikultur dan lainnya dari Uni Eropa," tulis Kantor Perwakilan Dagang AS dalam dokumen yang dipublikasikan pada tanggal 2 Desember. Sentimen positif dari dalam negeri sukses mengerek kinerja IHSG. Pada siang hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengadakan konferensi pers terkait rilis data perdagangan internasional periode November 2019.

Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa nilai ekspor mencapai US$ 14,01 miliar, turun 5,67% jika dibandingkan nilai pada November 2018. Kontraksi tersebut lebih dalam ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan ekspor terkontraksi atau tumbuh negatif 2,05% secara tahunan.

Sementara itu, nilai impor sepanjang November 2019 tercatat senilai US$ 15,34 miliar, turun 9,24% jika dibandingkan nilai pada November 2018. Kontraksi impor lebih tipis jika dibandingkan dengan konsensus yang memproyeksikan kontraksi hingga 13,41% secara tahunan.

Pelaku pasar tampak lega melihat fakta bahwa impor Indonesia tidak terkontraksi hingga dua digit seperti yang diperkirakan para ekonom. Hal ini lantas menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi di tanah air masih relatif bergeliat.

Sebelum data perdagangan internasional dirilis, investor asing hanya membukukan beli bersih sekitar Rp 20 miliar di pasar reguler. Per akhir sesi satu, nilainya telah melonjak menjadi Rp 132,5 miliar. Per akhir sesi dua, nilainya kembali bertambah besar menjadi Rp 160,8 miliar.

Saham-saham yang banyak dikoleksi investor asing di pasar reguler di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 547 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 60,5 miliar), PT Bank Permata Tbk/BNLI (Rp 52,4 miliar), PT Sarana Menara Nusantara Tbk/TOWR (Rp 14,8 miliar), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 11,3 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular