AS-China Adem Ayem, Kok Harga Minyak Malah Turun?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 December 2019 10:38
Harga minyak turun di awal perdagangan hari karena target pertumbuhan ekonomi China yang ditetapkan lebih rendah cukup mengkhawatirkan
Foto: Infografis/Cadangan Migas Indonesia/Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah global terkoreksi pada pagi ini setelah ditutup menguat pada Jumat pekan lalu bertepatan dengan pengumuman bahwa Amerika Serikat dan China sepakati perjanjian dagang fase pertama.

Senin (16/12/2019), harga minyak mentah kontrak berjangka jenis Brent melemah 0,35% ke level US$ 65/barel. Sementara itu harga minyak mentah acuan Amerika Serikat WTI mengalami penurunan sebesar 0,4% ke level US$ 59,83/barel.

Harga minyak ditutup menguat seiring dengan tercapainya kesepakatan dagang fase satu antara Amerika Serikat dan China.

Melansir Reuters, China sepakat akan mengimpor produk dan jasa Amerika senilai US$ 200 miliar dalam dua tahun ke depan. Beijing berkomitmen akan membeli produk pertanian AS tambahan hingga US$ 32 miliar dalam dua tahun.

Artinya Negeri Panda akan membeli produk pertanian AS seperti gandum, jagung dan padi serta produk lain senilai US$ 16 miliar dalam setahun. Atas komitmen tersebut AS menangguhkan tarif baru yang akan dikenakan pada 15 Desember kemarin. Tak hanya itu AS juga mengurangi tarif lainnya.

Dokumen kesepakatan dagang setebal 86 halaman tersebut direncanakan akan ditandatangani pada minggu awal Januari di Washington oleh kedua kepala negosiator masing-masing negara.

"Kita telah menyepakati perjanjian perdagangan tahap pertama yang sangat signifikan dengan China" kata Presiden AS Donald Trump melalui akun twitternya.

Kabar gembira tersebut harusnya membuat harga si emas hitam merangkak naik. Namun yang ditemui pada pagi ini berbeda. Harga minyak mentah tak melanjutkan euforianya di awal perdagangan pekan ini.

[Gambas:Video CNBC]


Kabar terbaru yang menjadi perhatian pelaku pasar terutama pasar minyak mentah adalah kemungkinan adanya perlambatan permintaan minyak mentah China lantaran tahun depan Negeri Panda berencana untuk menetapkan target pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari tahun ini.

Pada tahun ini, China menetapkan target pertumbuhan ekonomi berada di angka 6-6,5%. Paling anyar, Reuters melaporkan bahwa di tahun 2020 China menargetkan pertumbuhan ekonomi berada di angka 6%.

Jika pertumbuhan ekonomi China tumbuh dan permintaan minyak melambat, maka harga minyak ikut terdampak. Pasalnya China merupakan negara importir minyak terbesar di dunia dan konsumsi minyak mentah terbesar kedua di dunia dengan total konsumsi lebih dari 10 juta barel per hari (bpd)


TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article OPEC Ramal Defisit Pasokan Tahun Depan, Harga Minyak Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular