
Timur Tengah Perang Lagi! Harga Minyak Mendidih
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
03 January 2020 10:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak mentah berjangka melesat sesaat setelah personil militer Iran tewas dalam serangan yang terjadi di Bandara Baghdad.
Jumat (3/1/2020), harga minyak mentah berjangka Brent melesat hingga 3,61% ke posisi US$ 68,64/barel dan minyak mentah Amerika Serikat, WTI juga naik 3,55% ke level US$ 63,35/barel.
Harga minyak naik setelah tersiar kabar Jenderal Qassim Soleimani yang memimpin pasukan elite Iran, Quds Force, dikabarkan terbunuh. Bersama Qassim Soleimani, Abu Mahdi al-Muhandis selaku Wakil Komandan pasukan militer Iran atau dikenal dengan Popular Mobilization Forces (PMF) juga dikabarkan tewas dalam serangan udara di Baghdad.
"Deputi Abu Mahdi al-Muhandis dan pemimpin Angkatan Militer Quds, Qasem Soleimani terbunuh dalam serangan AS yang menargetkan mobil mereka di Bandara Internasional Baghdad," kata Hashed sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (3/1/2020).
Hashed sendiri adalah jaringan unit bersenjata yang sebagian besar didominasi kelompok Syiah. Syiah merupakan salah satu aliran yang dianut Muslim, selain Sunni. Hashed memiliki hubungan dekat dengan Iran. Namun sudah resmi menjadi bagian dari pasukan keamanan Irak.
Televisi pemerintah menyiarkan berita kematian Soleimani dalam tayangan berita. PMF menyalahkan AS atas serangan udara yang terjadi di Bandara Internasional Baghdad. Namun sampai saat ini belum ada komentar resmi dari pihak AS.
Serangan AS tersebut membuat pihak Irak kecewa karena telah melanggar kedaulatan negara tersebut. Akibat konflik tersebut, Irak kembali mempertimbangkan kerja sama dengan koalisi internasional yang dipimpin AS untuk memerangi ISIS. Hal tersebut ditegaskan oleh Dewan Keamanan Irak Nasional melalui sebuah pernyataan.
Kembali memanasnya situasi di Timur Tengah membuat pasar khawatir. Jika perang benar-benar meletup maka akan ada risiko dari sisi pasokan minyak, mengingat negara-negara Timur Tengah merupakan negara produsen minyak.
"Risiko dari sisi pasokan masih tinggi dengan adanya ketegangan yang terjadi di Timur Tengah antara AS dan milisi Iran di Irak." Kata Edward Moya, analis OANDA, mengutip Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/tas) Next Article OPEC Ramal Defisit Pasokan Tahun Depan, Harga Minyak Naik
Jumat (3/1/2020), harga minyak mentah berjangka Brent melesat hingga 3,61% ke posisi US$ 68,64/barel dan minyak mentah Amerika Serikat, WTI juga naik 3,55% ke level US$ 63,35/barel.
"Deputi Abu Mahdi al-Muhandis dan pemimpin Angkatan Militer Quds, Qasem Soleimani terbunuh dalam serangan AS yang menargetkan mobil mereka di Bandara Internasional Baghdad," kata Hashed sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (3/1/2020).
Hashed sendiri adalah jaringan unit bersenjata yang sebagian besar didominasi kelompok Syiah. Syiah merupakan salah satu aliran yang dianut Muslim, selain Sunni. Hashed memiliki hubungan dekat dengan Iran. Namun sudah resmi menjadi bagian dari pasukan keamanan Irak.
Televisi pemerintah menyiarkan berita kematian Soleimani dalam tayangan berita. PMF menyalahkan AS atas serangan udara yang terjadi di Bandara Internasional Baghdad. Namun sampai saat ini belum ada komentar resmi dari pihak AS.
Serangan AS tersebut membuat pihak Irak kecewa karena telah melanggar kedaulatan negara tersebut. Akibat konflik tersebut, Irak kembali mempertimbangkan kerja sama dengan koalisi internasional yang dipimpin AS untuk memerangi ISIS. Hal tersebut ditegaskan oleh Dewan Keamanan Irak Nasional melalui sebuah pernyataan.
Kembali memanasnya situasi di Timur Tengah membuat pasar khawatir. Jika perang benar-benar meletup maka akan ada risiko dari sisi pasokan minyak, mengingat negara-negara Timur Tengah merupakan negara produsen minyak.
"Risiko dari sisi pasokan masih tinggi dengan adanya ketegangan yang terjadi di Timur Tengah antara AS dan milisi Iran di Irak." Kata Edward Moya, analis OANDA, mengutip Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/tas) Next Article OPEC Ramal Defisit Pasokan Tahun Depan, Harga Minyak Naik
Most Popular