
Rupiah Lemas di Kurs Tengah BI dan Spot, Ini Sebabnya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 December 2019 10:06

Investor sepertinya belum terlalu yakin untuk masuk ke aset-aset berisiko di pasar keuangan Asia. Walau ada kabar gembira di mana AS-China berhasil menyepakati perjanjian damai dagang fase I.
"Kami telah menyetujui kesepakatan fase I yang begitu besar dengan China. Mereka sepakat untuk melakukan berbagai perubahan struktural dan pembelian besar-besaran terhadap produk pertanian, energi, dan manufaktur AS. Bea masuk dengan tarif 25% tetap tidak berubah, tetapi sisanya (turun) menjadi 7,5%.
"Rencana pengenaan bea masuk baru pada 15 Desember tidak akan terjadi karena pada kenyataannya kami sudah membuat kesepakatan. Kami akan memulai negosiasi untuk fase II sesegera mungkin, tidak menunggu setelah Pemilu 2020. Ini adalah kesepakatan yang luar biasa bagi kita semua. Terima kasih!" cuit Trump dalam utas (thread) di Twitter.
Robert Lighthizer, Kepala Kantor Perwakilan Dagang AS, menyebutkan kesepakatan ini mencakup komitmen China untuk membeli barang dan jasa AS senilai US$ 200 miliar dalam kurun waktu dua tahun ke depan. Plus komitmen pembelian produk pertanian AS senilai US$ 32 miliar, juga dalam dua tahun ke depan. Ada lagi, Beijing pun akan menambah pembelian produk pertanian senilai US$ 5 miliar di luar angka-angka tersebut.
"Ini adalah sebuah langkah yang sangat-sangat penting dalam menyeimbangkan hubungan dagang AS-China. Ini adalah waktu yang tepat bagi mereka untuk membeli," kata Lighthizer, dikutip dari Reuters.
Namun, masih ada yang mengganjal. Lighthizer mengatakan kesepakatan dagang dengan China memang sudah tercapai secara prinsip, tetapi naskah perjanjiannya belum selesai. Masih perlu sedikit revisi di sejumlah butir kesepakatan.
Penantian terhadap revisi ini yang membuat investor belum terlalu berani bermain agresif. Masih ada sedikit rasa wait and see, yang membuat arus modal belum mengalir deras ke pasar keuangan Asia.
(aji/aji)
"Kami telah menyetujui kesepakatan fase I yang begitu besar dengan China. Mereka sepakat untuk melakukan berbagai perubahan struktural dan pembelian besar-besaran terhadap produk pertanian, energi, dan manufaktur AS. Bea masuk dengan tarif 25% tetap tidak berubah, tetapi sisanya (turun) menjadi 7,5%.
"Rencana pengenaan bea masuk baru pada 15 Desember tidak akan terjadi karena pada kenyataannya kami sudah membuat kesepakatan. Kami akan memulai negosiasi untuk fase II sesegera mungkin, tidak menunggu setelah Pemilu 2020. Ini adalah kesepakatan yang luar biasa bagi kita semua. Terima kasih!" cuit Trump dalam utas (thread) di Twitter.
Robert Lighthizer, Kepala Kantor Perwakilan Dagang AS, menyebutkan kesepakatan ini mencakup komitmen China untuk membeli barang dan jasa AS senilai US$ 200 miliar dalam kurun waktu dua tahun ke depan. Plus komitmen pembelian produk pertanian AS senilai US$ 32 miliar, juga dalam dua tahun ke depan. Ada lagi, Beijing pun akan menambah pembelian produk pertanian senilai US$ 5 miliar di luar angka-angka tersebut.
"Ini adalah sebuah langkah yang sangat-sangat penting dalam menyeimbangkan hubungan dagang AS-China. Ini adalah waktu yang tepat bagi mereka untuk membeli," kata Lighthizer, dikutip dari Reuters.
Namun, masih ada yang mengganjal. Lighthizer mengatakan kesepakatan dagang dengan China memang sudah tercapai secara prinsip, tetapi naskah perjanjiannya belum selesai. Masih perlu sedikit revisi di sejumlah butir kesepakatan.
Penantian terhadap revisi ini yang membuat investor belum terlalu berani bermain agresif. Masih ada sedikit rasa wait and see, yang membuat arus modal belum mengalir deras ke pasar keuangan Asia.
(aji/aji)
Next Page
Investor Tunggu Data Perdagangan
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular