AS-China Katanya Sudah Damai? Kok Mata Uang Asia Melemah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 December 2019 08:22
AS-China Katanya Sudah Damai? Kok Mata Uang Asia Melemah?
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah tipis di perdagangan pasar spot hari ini. Namun harapan rupiah untuk berbalik rupiah cukup besar di tengah euforia damai dagang AS-China yang tercapai akhir pekan lalu.

Pada Senin (16/12/2019), US$ 1 setara dengan Rp 13.990 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Sepanjang minggu kemarin, rupiah menguat 0,38% di hadapan dolar AS. Mengawali pekan yang baru, start rupiah agak kurang mulus.


Sementara mata uang utama Asia lainnya juga senasib dengan rupiah, melemah terbatas. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:09 WIB:




Akhir pekan lalu, datang kabar yang cukup mengejutkan. Tanpa aba-aba, tanpa pertanda, comes from nowhere, tiba-tiba datang pengumuman dari AS.

Pada Jumat malam waktu Indonesia, Presiden AS Donald Trump bercuit di Twitter. Eks pembawa acara reality show The Apprentice itu mengungkapkan bahwa AS sudah mencapai kesepakatan dagang fase I dengan China.

"Kami telah menyetujui kesepakatan fase I yang begitu besar dengan China. Mereka sepakat untuk melakukan berbagai perubahan struktural dan pembelian besar-besaran terhadap produk pertanian, energi, dan manufaktur AS. Bea masuk dengan tarif 25% tetap tidak berubah, tetapi sisanya (turun) menjadi 7,5%.

"Rencana pengenaan bea masuk baru pada 15 Desember tidak akan terjadi karena pada kenyataannya kami sudah membuat kesepakatan. Kami akan memulai negosiasi untuk fase II sesegera mungkin, tidak menunggu setelah Pemilu 2020. Ini adalah kesepakatan yang luar biasa bagi kita semua. Terima kasih!" cuit Trump dalam utas (thread) di Twitter.


Robert Lighthizer, Kepala Kantor Perwakilan Dagang AS, menyebutkan kesepakatan ini mencakup komitmen China untuk membeli barang dan jasa AS senilai US$ 200 miliar dalam kurun waktu dua tahun ke depan. Plus komitmen pembelian produk pertanian AS senilai US$ 32 miliar, juga dalam dua tahun ke depan. Ada lagi, Beijing pun akan menambah pembelian produk pertanian senilai US$ 5 miliar di luar angka-angka tersebut.

"Ini adalah sebuah langkah yang sangat-sangat penting dalam menyeimbangkan hubungan dagang AS-China. Ini adalah waktu yang tepat bagi mereka untuk membeli," kata Lighthizer, dikutip dari Reuters.

Apa yang ditunggu selama berbulan-bulan akhir datang juga. Walau ada pasang-surut, panas-dingin, ternyata AS-China akhirnya berhasil mencapai damai dagang. Meski baru fase I, tetapi jalan menuju tahapan berikutnya menjadi lebih mulus.

Namun, masih ada yang mengganjal. Lighthizer mengatakan kesepakatan dagang dengan China memang sudah tercapai secara prinsip, tetapi naskah perjanjiannya belum selesai. Masih perlu sedikit revisi di sejumlah butir kesepakatan.

Nah, penantian terhadap revisi ini yang membuat investor belum terlalu berani bermain agresif. Masih ada sedikit rasa wait and see, yang membuat arus modal belum mengalir deras ke pasar keuangan Asia.

"Pengumuman akhir pekan lalu adalah langkah yang tepat bagi kedua negara. Akan tetapi, tidak sepenuhnya bisa menghapus risiko friksi akan terjadi kembali," tulis riset ANZ, sebagaimana diberitakan Reuters.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular