
Analisis
Emas yang Malang, Mau Menguat Tapi Dijegal AS-China
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 December 2019 15:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali melemah pada perdagangan Jumat (13/12/2019) melanjutkan pelemahan Kamis kemarin. Padahal sebelumnya emas menunjukkan pergerakan menjanjikan setelah melewati level US$ 1.480/troy ons kemarin.
Pada pukul 14:38 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.466,56/troy ons, melemah 0,17% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Kamis kemarin, di awal perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) harga emas menguat 0,82% ke level US$ 1.486,8/troy ons. Pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Kamis dini hari menjadi penopang penguatan emas.
The Fed mempertahankan suku bunga 1,5-1,75% setelah melakukan pemangkasan tiga kali pemangkasan di tahun ini, masing-masing sebesar 25 basis poin (bps). Tetapi bank sentral paling powerful di dunia ini juga mengindikasikan suku bunga tidak akan dinaikkan pada tahun depan, dolar AS langsung rontok dan harga emas melesat 0,74%.
Emas global merupakan aset yang dibanderol mata uang Paman Sam, ketika dolar AS melemah maka harganya akan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan bisa meningkat.
Selain itu sebagai aset tanpa imbal hasil, suku bunga rendah akan membuat berinvestasi emas menjadi lebih menguntungkan karena opportunity cost (biaya yang ditanggung dalam berinvestasi di emas dan mengabaikan aset lainnya) menjadi rendah.
Namun, pergerakan menjanjikan emas tersebut seketika lenyap, logam mulai ini berbalik melemah setelah ada kabar bagus mengenai perundingan dagang dari AS.
CNBC International melaporkan secara prinsip AS dan China sudah mencapai kesepakatan dagang fase satu, dan sedang menunggu persetujuan dari Presiden AS Donald Trump.
Dalam kesepakatan dagang fase satu, AS akan membatalkan kenaikan bea masuk tambahan 15% terhadap importasi produk dari China senilai US$ 156 miliar. Selain itu bea masuk yang berlaku saat ini untuk produk senilai US$ 360 miliar akan dikurangi setengahnya, sebagaimana dilansir CNBC International yang mengutip dua orang sumber.
Sementara itu, Presiden Trump dikatakan berfokus pada produk pertanian AS yang akan dibeli China sebagai bagian dari kesepakatan fase satu. Pemerintah Beijing berkomitmen untuk membeli produk tersebut dengan total nilai US$ 40 miliar sampai US$ 50 miliar.
Setelah berhembus kabar tersebut, emas langsung berbalik arah, mengakhiri perdagangan Kamis di level US$ 1.469,33/troy ons atau melemah 0,37%. Pelemahan emas masih berlanjut hingga hari ini.
Pada grafik harian emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di kisaran bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), dan MA 125 hari (garis hijau).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak di wilayah negatif, sementara histogramnya masih di wilayah positif. Indikator ini menunjukkan emas masih berkonsolidasi.
Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8 dan MA 21 dan MA 125. Indikator Stochastic bergerak naik dan memasuki wilayah jenuh beli (overbought).
Emas kini di atas US$ 1.465/troy ons yang menjadi support (tahanan bawah) terdekat. Selama bertahan di atas level tersebut, emas berpeluang naik ke US$ 1,672/troy ons. Resisten (tahanan atas) jika level tersebut dilewati berada di US$ 1.472/troy ons.
Sebaliknya jika menembus ke bawah support, emas berisiko turun ke US$ 1,462/troy ons, Penembusan di bawah level tersebut akan membawa harga turun ke US$ 1.458/troy ons, atau lebih dalam ke US$ 1.453/troy ons.
Selama di bawah US$ 1.480/troy ons, emas masih cenderung melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Pada pukul 14:38 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.466,56/troy ons, melemah 0,17% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Kamis kemarin, di awal perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) harga emas menguat 0,82% ke level US$ 1.486,8/troy ons. Pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Kamis dini hari menjadi penopang penguatan emas.
The Fed mempertahankan suku bunga 1,5-1,75% setelah melakukan pemangkasan tiga kali pemangkasan di tahun ini, masing-masing sebesar 25 basis poin (bps). Tetapi bank sentral paling powerful di dunia ini juga mengindikasikan suku bunga tidak akan dinaikkan pada tahun depan, dolar AS langsung rontok dan harga emas melesat 0,74%.
Emas global merupakan aset yang dibanderol mata uang Paman Sam, ketika dolar AS melemah maka harganya akan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan bisa meningkat.
Selain itu sebagai aset tanpa imbal hasil, suku bunga rendah akan membuat berinvestasi emas menjadi lebih menguntungkan karena opportunity cost (biaya yang ditanggung dalam berinvestasi di emas dan mengabaikan aset lainnya) menjadi rendah.
Namun, pergerakan menjanjikan emas tersebut seketika lenyap, logam mulai ini berbalik melemah setelah ada kabar bagus mengenai perundingan dagang dari AS.
CNBC International melaporkan secara prinsip AS dan China sudah mencapai kesepakatan dagang fase satu, dan sedang menunggu persetujuan dari Presiden AS Donald Trump.
Dalam kesepakatan dagang fase satu, AS akan membatalkan kenaikan bea masuk tambahan 15% terhadap importasi produk dari China senilai US$ 156 miliar. Selain itu bea masuk yang berlaku saat ini untuk produk senilai US$ 360 miliar akan dikurangi setengahnya, sebagaimana dilansir CNBC International yang mengutip dua orang sumber.
Sementara itu, Presiden Trump dikatakan berfokus pada produk pertanian AS yang akan dibeli China sebagai bagian dari kesepakatan fase satu. Pemerintah Beijing berkomitmen untuk membeli produk tersebut dengan total nilai US$ 40 miliar sampai US$ 50 miliar.
Setelah berhembus kabar tersebut, emas langsung berbalik arah, mengakhiri perdagangan Kamis di level US$ 1.469,33/troy ons atau melemah 0,37%. Pelemahan emas masih berlanjut hingga hari ini.
Pada grafik harian emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di kisaran bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), dan MA 125 hari (garis hijau).
![]() Sumber: investing.com |
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak di wilayah negatif, sementara histogramnya masih di wilayah positif. Indikator ini menunjukkan emas masih berkonsolidasi.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8 dan MA 21 dan MA 125. Indikator Stochastic bergerak naik dan memasuki wilayah jenuh beli (overbought).
Emas kini di atas US$ 1.465/troy ons yang menjadi support (tahanan bawah) terdekat. Selama bertahan di atas level tersebut, emas berpeluang naik ke US$ 1,672/troy ons. Resisten (tahanan atas) jika level tersebut dilewati berada di US$ 1.472/troy ons.
Sebaliknya jika menembus ke bawah support, emas berisiko turun ke US$ 1,462/troy ons, Penembusan di bawah level tersebut akan membawa harga turun ke US$ 1.458/troy ons, atau lebih dalam ke US$ 1.453/troy ons.
Selama di bawah US$ 1.480/troy ons, emas masih cenderung melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular