
Fed Rate Tak Diubah Hingga 2020, Harga Obligasi RI Tertekan

Kali ini, pelemahan harga surat utang negara (SUN) terjadi signifikan, tidak seperti beberapa hari terakhir yang tipis-tipis. Sentimen negatif dari belum jelasnya langkah AS-China yang bertikai dalam perang dagang lebih mewarnai perdagangan hari ini.
Selain itu, informasi yang sempat beredar terkait dengan potensi dilebarkannya defisit anggaran sempat membebani harga surat utang negara (SUN) meskipun akhirnya dibantah pemerintah. Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 9,6 basis poin (bps) menjadi 7,66%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 12 Dec'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 11 Dec'19 (%) | Yield 12 Dec'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 12 Dec'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.532 | 6.571 | 3.90 | 6.5954 |
FR0078 | 10 tahun | 7.128 | 7.206 | 7.80 | 7.2015 |
FR0068 | 15 tahun | 7.571 | 7.667 | 9.60 | 7.6782 |
FR0079 | 20 tahun | 7.722 | 7.757 | 3.50 | 7.7836 |
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,75 poin (0,28%) menjadi 267,21 dari posisi kemarin 267,96.
Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 541 bps, melebar dari posisi kemarin 533 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun lagi 0,2 bps hingga 1,78% dari posisi kemarin 1,79%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.068,87 triliun SBN, atau 38,65% dari total beredar Rp 2.765 triliun berdasarkan data per 11 Desember.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 175,62 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 2,6 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 1,07 triliun.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, penguatan harga terjadi secara umum sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 11 Dec'19 (%) | Yield 12 Dec'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 6.77 | 6.78 | 1.00 |
China (A+) | 3.208 | 3.194 | -1.40 |
Jerman (AAA) | -0.322 | -0.331 | -0.90 |
Prancis (AA) | -0.009 | -0.019 | -1.00 |
Inggris Raya (AA) | 0.776 | 0.742 | -3.40 |
India (BBB-) | 6.76 | 6.77 | 1.00 |
Jepang (A) | -0.023 | -0.018 | 0.50 |
Malaysia (A-) | 3.44 | 3.432 | -0.80 |
Filipina (BBB) | 4.55 | 4.552 | 0.20 |
Rusia (BBB) | 6.39 | 6.35 | -4.00 |
Singapura (AAA) | 1.742 | 1.744 | 0.20 |
Thailand (BBB+) | 1.48 | 1.55 | 7.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 1.79 | 1.788 | -0.20 |
Afrika Selatan (BB+) | 8.39 | 8.35 | -4.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor