
Anak Usaha KAI Punya Dua Hotel, Buat Apa?
Monica Wareza, CNBC Indonesia
12 December 2019 15:22

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengakui punya dua anak usaha yang mengelola bisnis hotel, yakni PT KA Pariwisata dan PT KA Properti Manajemen. Kepemilikan hotel oleh sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut sempat mendapat sorotan dari Menteri BUMN Erick Thohir.
Kepala Humas Kereta Api Indonesia Edy Kuswoyo mengatakan kedua anak usaha ini masing-masing memiliki satu hotel, yang berada di lokasi berbeda yakni Jakarta dan Bandung.
"Hotel Rail Transit Suite Gambir dikelola oleh anak usaha KAI yaitu PT KA Pariwisata yang juga mengelola kereta wisata, museum Ambarawa, museum Lawang Sewu dan MICE," jelas dia.
Sementara hotel kedua yang dikelola oleh KA Properti Manajemen baru saja dimulai pembangunannya di tahun ini dan berlokasi di Badung.
"Hotel yang ditargetkan selesai dalam waktu 18 bulan ini rencananya akan menjadi hotel bintang 4 dan akan memiliki 100 kamar. Target pengunjungnya adalah para wisatawan dan pebisnis yang berkunjung ke kota Bandung," tambah dia.
KAI lebih rinci menjelaskan, mengelola Hotel Rail Transit Suite Gambir yang berada di Stasiun Gambir. Hotel ini diresmikan pada 2 Juli 2015 yang terletak di sebelah selatan Stasiun Gambir.
Keberadaan Hotel tersebut untuk menunjang penumpang yang akan berangkat naik kereta atau baru saja tiba di Stasiun Gambir dan ingin beristirahat terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan.
Hotel Rail Transit Suite Gambir menyediakan 23 Kamar, 20 bed pod room (Kamar Kapsul). Hotel tersebut juga menyediakan layanan Shower dan Locker bagi para penumpang yang hanya ingin menyegarkan badan atau menyimpan barang di stasiun.
Hotel Rail Transit Suite Gambir dikelola oleh anak usaha KAI yaitu PT KA Pariwisata yang juga mengelola kereta wisata, museum Ambarawa, museum Lawang Sewu, dan MICE.
Hotel kedua ialah KAI Boutique Hotel di Cihampelas, Bandung yang groundbreakingnya baru dilakukan pada 27 September 2019. Pengembangan hotel ini dilakukan oleh anak usaha KAI PT KA Properti Manajemen pada aset KAI di Cihampelas.
Hotel yang ditargetkan selesai dalam waktu 18 bulan ini rencananya akan menjadi hotel bintang 4 dan akan memiliki 100 kamar. Target pengunjungnya adalah para wisatawan dan pebisnis yang berkunjung ke kota Bandung.
Keberadaan Hotel-hotel tersebut untuk memaksimalkan pendapatan KAI dari pengusahaan aset, serta peningkatan pelayanan kepada pengguna jasa kereta api khususnya di wilayah Jakarta dan Bandung, dimana hingga saat ini perjalanan kereta api dari Jakarta menuju Bandung mencapai 38 perjalanan (pp) perhari dari sebelumnya hanya 16 perjalanan (pp).
Beberapa waktu lalu Menteri BUMN Erick Thohir baru mengetahui bahwa banyak perusahaan pelat merah ternyata mengelola bisnis hotel, padahal tidak sejalan dengan core business perusahaan. Ia mengambil contoh PANN di lini bisnis pembiayaan pengadaan kapal, tapi malah memiliki dua hotel.
"Gimana perusahaan leasing kapal ini bisa hidup kalau sejarahnya ada leasing pesawat terbang, apalagi mohon maaf tiba-tiba ada bisnis hotel. Tentu di dalam BUMN-nya kita akan juga bikin yang namanya kembali ke core business. Saya rasa berat sekali. Saya tidak salahkan direksi PT PANN ketika beliau (direksi) masuk awal memang sudah ada core business yang sangat tidak fokus," ujar Erick pada Senin (2/12/2019).
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, sejatinya BUMN yang memiliki bisnis inti di bidang perhotelan hanyalah PT Hotel Indonesia Natour yang mengoperasikan beberapa hotel di bawah merek Inna Group Hotel.
"Tapi tahu enggak, ada 85 hotel dimiliki BUMN? Pertamina dan lain-lain. Lalu PT PANN Multifinance (Persero) punya hotel di Bandung besar. Apakah menguntungkan? 'Iya pak itu bantu kami bayar gaji-gaji'," ujar Arya di Jakarta, Selasa kemarin (10/12/2019).
"Ini tantangan kita. Kami baru temukan juga," lanjut eks juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf tersebut.
Selain bisnis hotel, banyak BUMN yang punya bisnis logistik. Padahal hanya satu BUMN yang punya bisnis inti di logistik, yaitu PT Pos Indonesia (Persero).
"Perkebunan ada, Pelindo, Garuda. Semua ada logistik. Ada 30-an punya logistik," kata Arya.
(hps/hps) Next Article Erick Thohir Rombak Kepemilikan 85 Hotel Milik BUMN
Kepala Humas Kereta Api Indonesia Edy Kuswoyo mengatakan kedua anak usaha ini masing-masing memiliki satu hotel, yang berada di lokasi berbeda yakni Jakarta dan Bandung.
"Hotel Rail Transit Suite Gambir dikelola oleh anak usaha KAI yaitu PT KA Pariwisata yang juga mengelola kereta wisata, museum Ambarawa, museum Lawang Sewu dan MICE," jelas dia.
Sementara hotel kedua yang dikelola oleh KA Properti Manajemen baru saja dimulai pembangunannya di tahun ini dan berlokasi di Badung.
KAI lebih rinci menjelaskan, mengelola Hotel Rail Transit Suite Gambir yang berada di Stasiun Gambir. Hotel ini diresmikan pada 2 Juli 2015 yang terletak di sebelah selatan Stasiun Gambir.
Keberadaan Hotel tersebut untuk menunjang penumpang yang akan berangkat naik kereta atau baru saja tiba di Stasiun Gambir dan ingin beristirahat terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan.
Hotel Rail Transit Suite Gambir menyediakan 23 Kamar, 20 bed pod room (Kamar Kapsul). Hotel tersebut juga menyediakan layanan Shower dan Locker bagi para penumpang yang hanya ingin menyegarkan badan atau menyimpan barang di stasiun.
Hotel Rail Transit Suite Gambir dikelola oleh anak usaha KAI yaitu PT KA Pariwisata yang juga mengelola kereta wisata, museum Ambarawa, museum Lawang Sewu, dan MICE.
Hotel kedua ialah KAI Boutique Hotel di Cihampelas, Bandung yang groundbreakingnya baru dilakukan pada 27 September 2019. Pengembangan hotel ini dilakukan oleh anak usaha KAI PT KA Properti Manajemen pada aset KAI di Cihampelas.
Hotel yang ditargetkan selesai dalam waktu 18 bulan ini rencananya akan menjadi hotel bintang 4 dan akan memiliki 100 kamar. Target pengunjungnya adalah para wisatawan dan pebisnis yang berkunjung ke kota Bandung.
Keberadaan Hotel-hotel tersebut untuk memaksimalkan pendapatan KAI dari pengusahaan aset, serta peningkatan pelayanan kepada pengguna jasa kereta api khususnya di wilayah Jakarta dan Bandung, dimana hingga saat ini perjalanan kereta api dari Jakarta menuju Bandung mencapai 38 perjalanan (pp) perhari dari sebelumnya hanya 16 perjalanan (pp).
Beberapa waktu lalu Menteri BUMN Erick Thohir baru mengetahui bahwa banyak perusahaan pelat merah ternyata mengelola bisnis hotel, padahal tidak sejalan dengan core business perusahaan. Ia mengambil contoh PANN di lini bisnis pembiayaan pengadaan kapal, tapi malah memiliki dua hotel.
"Gimana perusahaan leasing kapal ini bisa hidup kalau sejarahnya ada leasing pesawat terbang, apalagi mohon maaf tiba-tiba ada bisnis hotel. Tentu di dalam BUMN-nya kita akan juga bikin yang namanya kembali ke core business. Saya rasa berat sekali. Saya tidak salahkan direksi PT PANN ketika beliau (direksi) masuk awal memang sudah ada core business yang sangat tidak fokus," ujar Erick pada Senin (2/12/2019).
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, sejatinya BUMN yang memiliki bisnis inti di bidang perhotelan hanyalah PT Hotel Indonesia Natour yang mengoperasikan beberapa hotel di bawah merek Inna Group Hotel.
"Tapi tahu enggak, ada 85 hotel dimiliki BUMN? Pertamina dan lain-lain. Lalu PT PANN Multifinance (Persero) punya hotel di Bandung besar. Apakah menguntungkan? 'Iya pak itu bantu kami bayar gaji-gaji'," ujar Arya di Jakarta, Selasa kemarin (10/12/2019).
"Ini tantangan kita. Kami baru temukan juga," lanjut eks juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf tersebut.
Selain bisnis hotel, banyak BUMN yang punya bisnis logistik. Padahal hanya satu BUMN yang punya bisnis inti di logistik, yaitu PT Pos Indonesia (Persero).
"Perkebunan ada, Pelindo, Garuda. Semua ada logistik. Ada 30-an punya logistik," kata Arya.
(hps/hps) Next Article Erick Thohir Rombak Kepemilikan 85 Hotel Milik BUMN
Most Popular