
Sayang Sekali, Rupiah Belum Bisa Ikut 'Pesta' Mata Uang Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 December 2019 10:07

Sikap Powell yang optimistis itu tentu bukan tanpa dasar. Risiko resesi di AS sepertinya sudah menjauh, bahkan Negeri Adidaya mampu membukukan pertumbuhan ekonomi 2,1% pada kuartal III-2019, membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 2%.
Untuk kuartal IV-2019, The Fed Atlanta memperkirakan ekonomi AS tumbuh 2%. Lebih baik dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 1,5%.
Kemudian di sisi tenaga kerja, US Bureau of Labor Statistics melaporkan perekonomian AS menciptakan 266.000 lapangan kerja non-pertanian selama November 2019. Ini adalah penciptaan lapangan kerja tertinggi sejak Januari.
Ini adalah tanda-tanda ekonomi AS sudah 'sembuh'. Ditambah lagi asa damai dagang dengan China jangan dulu dicoret dari daftar, masih ada peluang besar untuk menuju ke sana. Jadi kalau ekonomi AS masih akan ekspansif, untuk apa stimulus moneter dalam 'dosis' yang lebih kuat?
AS adalah perekonomian terbesar di dunia. Ketika sang lokomotif sudah kuat dan melaju kencang, maka gerbong-gerbong di belakangnya akan ikut berlari (meski ada jeda).
Jadi, apakah nestapa perekonomian global sudah menyentuh titik dasarnya dan siap untuk bangkit (bottoming out)? Kalau melihat optimisme Powell, sepertinya memang demikian.
Kepercayaan diri pelaku pasar pun meningkat, dan mulai berani bermain agresif. Saat arus modal mengalir deras ke aset-aset berisiko di negara berkembang, kala itu lah mata uang Asia akan menguat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Untuk kuartal IV-2019, The Fed Atlanta memperkirakan ekonomi AS tumbuh 2%. Lebih baik dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 1,5%.
Kemudian di sisi tenaga kerja, US Bureau of Labor Statistics melaporkan perekonomian AS menciptakan 266.000 lapangan kerja non-pertanian selama November 2019. Ini adalah penciptaan lapangan kerja tertinggi sejak Januari.
AS adalah perekonomian terbesar di dunia. Ketika sang lokomotif sudah kuat dan melaju kencang, maka gerbong-gerbong di belakangnya akan ikut berlari (meski ada jeda).
Jadi, apakah nestapa perekonomian global sudah menyentuh titik dasarnya dan siap untuk bangkit (bottoming out)? Kalau melihat optimisme Powell, sepertinya memang demikian.
Kepercayaan diri pelaku pasar pun meningkat, dan mulai berani bermain agresif. Saat arus modal mengalir deras ke aset-aset berisiko di negara berkembang, kala itu lah mata uang Asia akan menguat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular