Reksa Dana Ambruk, Kapan MI Wajib Deklarasikan 5 Underlying?

Irvin Avriano Arief & Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
12 December 2019 07:09
Reksa Dana Ambruk, Kapan MI Wajib Deklarasikan 5 Underlying?
Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia (APRDI) mengusulkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar setiap perusahaan manajer investasi (MI) wajib mendeklarasikan sedikitnya lima underlying aset saham terbesar yang diinvestasikan dalam produk reksa dananya.

Kewajiban pencantuman portofolio terbesar di dalam lembar fakta reksa dana (
fund fact sheet) itu diharapkan bisa masuk ke dalam aturan baru OJK.

"Informasi yang salah bisa menimbulkan kerugian investor, terutama karena portofolio. Karena itu kami mengusulkan agar pemaparan portofolio masuk ke peraturan baru yang sedang digagas OJK. [Prosesnya] kalau tidak salah sedang finalisasi," ujar Ketua Presidium Dewan APRDI Prihatmo Hari Mulyanto di Jakarta, Rabu kemarin (11/12/19).


Mutual fund fact sheet 
atau lebih umum disebut fund fact sheet (FFS) adalah lembar fakta bulanan yang disampaikan perusahaan manajer investasi (fund manager) kepada nasabah dan publik terkait pertumbuhan, hitungan, serta portofolio produk reksa dana yang mereka kelola.

Saat ini, berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.39/POJK.04/2014 tentang Agen Penjual Reksa Dana (Aperd), ditunjukkan bahwa Aperd wajib memiliki sarana dan prasarana yang memadai guna mendukung terlaksananya proses penjualan dan pembelian reksa dana.

Berdasarkan penjelasan aturan itu, ditunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang dimaksud juga harus sesuai dengan ketentuan terkait, yang disampaikan dalam bentuk penyediaan prospektus dan pelayanan lainnya, termasuk
fund fact sheet.

Dalam
fund fact sheet, informasi dasar yang disediakan adalah profil produk (peluncuran, bank kustodian), biaya (fee) yang dibebankan, segmen risiko dari produknya, kondisi pasar terkini, kebijakan investasi, dan posisi dana kelolaan serta nilai aktiva bersih/unit (NAB/unit).

Informasi lain adalah alokasi portofolio terbesar, porsi efek terbesar, negara asal efek terbesar (jika ada), dan kinerja produk berkala (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, 3 tahun, sejak awal tahun, dan sejak penerbitan).

Meskipun sudah mulai dilakukan oleh sebagian besar manajer investasi bagi nasabah reksa dana yang mereka kelola, belum ada aturan khusus di pasar modal domestik yang mengatur detail dan isi dari
fund fact sheet tersebut. Selama ini pembuatan dan publikasi lembaran fakta hanya didasari praktik terbaik internasional (international best practise).

Beberapa isi
fund fact sheet berdasarkan international best practise yang paling berbeda dengan praktik umum di dalam negeri adalah kuantitas informasi yang lebih banyak untuk disampaikan kepada publik.

Isi fund fact sheetyang tidak ada di dalam negeri adalah petunjuk pembelian, peringkat reksa dana (jika ada), pembanding produk yang lebih banyak, strategi investasi yang detil, dan valuasi produk (rasio sharpe, rasio sortino, beta, standard deviasi).

Beberapa fact sheet yang dijadikan pembanding adalah reksa dana yang dikelola Schroder Investment, BlackRock, Fidelity Investments, Bualuang Fund, Nippon India Mutual Fund (ex-Reliance), dan Amundi Asset Management.

Karena banyaknya informasi, maka jumlah lembaran dalam fund fact sheet yang bisa diunduh nasabah dan calon nasabah reksa dana di luar negeri minimal dua lembar atau tiga lembar ditambah lembaran pernyataan hukum (disclaimer).

Bahkan ada reksa dana di luar negeri yang lembar fund fact sheet-nya mencapai 10 lembar dengan tambahan gimmickedukasi dan pemasaran.


Salah satu yang paling berbeda dari fund fact sheet Indonesia adalah pemaparan jumlah portofolio yang lebih sedikit. Di luar negeri jumlahnya mencapai 10 efek, sedangkan di dalam negeri umumnya hanya lima efek.

Hari menambahkan, saat ini APRDI sudah memberikan usulan terkait dengan rencana pengaturan fund fact sheet. Salah satu poin yang diusulkan asosiasi tersebut adalah jumlah portofolio yang perlu diumumkan di dalam fund fact sheet reksa dana, yaitu lima portofolio efek terbesar.

"Sudah diusulkan, lima portofolio terbesar. Itu dulu [tidak 10 portofolio]. [Informasi] itu penting karena selama ini tidak ada aturan yang mengharuskan manajer investasi menuliskan portofolio terbesarnya di dalam
fund fact sheet, dan investor awam menganggap semua manajer investasi sudah pasti sama dan sudah benar fund fact sheet-nya."

Dengan adanya aturan itu, lanjutnya, maka otoritas pasar modal dapat menjadi lebih tegas dan dapat menjatuhkan sanksi jika menemui informasi yang tidak benar dalam sebuah fund fact sheet reksa dana.

[Gambas:Video CNBC]



Lebi lanjut, APRDI juga menilai ada yang salah dari pengelolaan reksa dana saham oleh sejumlah MI yang imbal hasilnya (return) jatuh cukup tajam hingga di atas 50% dalam 9 bulan pertama tahun ini.

Kejatuhan return reksa dana saham itu jauh di atas koreksi imbal hasil Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya 2,95% pada periode yang sama.

Mengacu data Infovesta Utama, sebanyak 32 reksa dana saham tercatat terkoreksi di atas 50%. Beberapa nama tersebut di antaranya Oso Flores Equity Fund dengan koreksi 51,31%, Narada Saham Indonesia II terkoreksi 51,95%, Maybank Dana Ekuitas Syariah Saham terkoreksi 54,72%. Bahkan ada juga produk reksa dana saham yang amblas 79,55%, yaitu Millenium MCM Equity Sektoral.


Wakil Ketua I Asosiasi Manajer Investasi Indonesia (AMII) Hanif Mantiq memaparkan, secara umum, perusahaan manajer investasi yang mengelola reksa dana yang menjadikan aset dasar saham cukup bervariasi. Ada yang mengacu pada IHSG atau pada 45 saham yang paling likuid di BEI alias Indeks LQ45.

Tapi ia menilai, bila deviasi yang terlampau jauh hingga mencapai 60%, maka itu artinya ada sesuatu yang salah. Dia mendorong agar regulator turun tangan melakukan pemeriksaan apa yang menjadi penyebab penurunan yang cukup tajam tersebut.

"OJK harus melakukan pemeriksaan, kalau sampai terkoreksi 60 persen ada sesuatu yang salah," kata Hanif Mantiq.

Berikut data 32 reksa dana saham yang ambles parah di atas 50%, padahal IHSG hanya terkoreksi 2,95% pada periode year to date hingga akhir November 2019:

NoNama Reksa Dana SahamKinerja Ytd 29 November 2019
(31 Desember 2018 - 29 November 2019) (%)
1OSO Flores Equity Fund-51,31
2Emco Saham Barokah Syariah-51,76
3Narada Saham Indonesia II-51,95
4OSO Moluccas Equity Fund-52,67
5Sentra Ekuitas Berkembang-53,50
6Asia Raya Saham Berkembang-53,72
7Maybank Dana Ekuitas Syariah Saham-54,72
8Reksa Dana Treasure Saham Mantap-56,00
9VMI Dana Saham-56,29
10Corfina Grow-2-Prosper Rotasi Strategis-57,01
11Simas Saham Ultima-57,68
12Narada Saham Indonesia-59,03
13Asia Raya Syariah Saham Barokah-59,12
14Aurora SMC Equity-59,59
15Aurora Equity-60,39
16Jasa Capital Saham Progresif-60,70
17Asia Raya Saham Unggulan Syariah-60,96
18Prospera Syariah Saham-62,29
19Corfina Investa Saham Syariah-63,48
20Treasure Fund Super Maxxi-64,20
21Pinnacle Dana Prima-64,52
22Aurora Dana Ekuitas-67,00
23Pan Arcadia Dana Saham Bertumbuh-67,87
24MNC Dana Syariah Ekuitas II-68,07
25Pan Arcadia Dana Saham Syariah-68,28
26Corfina Equity Syariah-69,86
27Pool Advista Kapital Optimal-71,98
28Aurora Sharia Equity-76,35
29Pool Advista Kapital Syariah-77,15
30Millenium Equity Prima Plus-77,81
31Treasure Saham Berkah Syariah-79,44
32Millenium MCM Equity Sektoral-79,55
Sumber: Infovesta


Simak strategi pilih reksa dana

[Gambas:Video CNBC]

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular