Sempat Nyaman di Zona Hijau, IHSG Sesi I Finis di Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 December 2019 12:42
Sempat Nyaman di Zona Hijau, IHSG Sesi I Finis di Zona Merah
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan ketiga di pekan ini, Rabu (11/12/2019), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,11% ke level 6.190,58. IHSG kemudian bertahan di zona hijau untuk waktu yang lama.

Sayang, menjelang penutupan perdagangan sesi satu, IHSG tergelincir ke zona merah. Per akhir sesi satu, IHSG terkoreksi 0,08% ke level 6.178,85.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam menekan kinerja IHSG di antaranya: PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (-2,11%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-0,97%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-0,68%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-0,5%), dan PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (-2,43%).

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru sedang ditransaksikan di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Shanghai naik 0,12%, indeks Hang Seng menguat 0,33%, indeks Straits Times bertambah 0,29%, dan indeks Kospi terapresiasi 0,38%.

Perkembangan terkait perang dagang AS-China yang menggembirakan menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning.

Wall Street Journal melaporkan bahwa AS berencana untuk menunda pengenaan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China yang dijadwalkan akan mulai berlaku pada 15 Desember mendatang, seperti dilansir CNBC International. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini mencapai US$ 160 miliar.

Ditundanya pengenaan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China tersebut dilakukan oleh AS seiring dengan upaya yang tengah dilakukan kedua belah pihak untuk memfinalisasi kesepakatan dagang tahap satu.

Pejabat AS dikabarkan telah meminta China untuk terlebih dulu membeli produk-produk agrikultur asal AS sebelum kemudian meneken kesepakatan dagang tahap satu dengan pihaknya. Di sisi lain, pihak China meminta supaya pembelian produk agrikultur asal AS yang akan mereka lakukan memiliki nilai yang proporsional dengan besaran penghapusan bea masuk tambahan yang dilakukan oleh Washington.

Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk tambahan bagi senilai lebih dari US$ 500 miliar produk impor asal China, sementara Beijing membalas dengan mengenakan bea masuk tambahan bagi produk impor asal AS senilai kurang lebih US$ 110 miliar.

Perkembangan tersebut lantas membawa kelegaan bagi pelaku pasar. Pasalnya, sebelumnya ada perkembangan yang membuat mereka pesimitis bahwa kesepakatan dagang tahap satu akan segera bisa diteken.

Financial Times melaporkan bahwa Partai Komunis China telah memerintahkan seluruh kantor pemerintahan untuk secara total menghilangkan ketergantungan terhadap perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) buatan negara lain dalam jangka waktu tiga tahun, seperti dilansir dari CNBC International.

Layaknya formasi di permainan sepak bola, kebijakan ini disebut dengan istilah "3-5-2". Hal ini lantaran penggantian hardware dan software buatan negara lain tersebut akan dilakukan secara bertahap, tepatnya 30% pada tahun 2020, 50% pada tahun 2021, dan 20% pada tahun 2022, tulis Financial Times dalam pemberitaannya.

Pemberitaan dari Financial Times tersebut mengutip sebuah publikasi dari sekuritas asal China yang bernama China Securities. Analis di China Securities memproyeksikan bahwa sebanyak 20 hingga 30 juta hardware di China perlu untuk diganti guna memenuhi kebijakan tersebut.

Menurut China Securities, perintah untuk secara total menghilangkan ketergantungan terhadap hardware dan software buatan negara lain datang pada awal tahun ini. Walaupun tak ada pengumuman yang disampaikan terkait dengan kebijakan ini kepada publik, dua perusahaan keamanan siber (cybersecurity) menginformasikan kepada Financial Times bahwa klien-klien mereka yang merupakan bagian dari pemerintah China telah menjelaskan kebijakan tersebut kepada mereka.

Untuk diketahui, walaupun kantor pemerintahan China kebanyakan menggunakan Personal Computer (PC) produksi dalam negeri seperti Lenovo, software yang digunakan tetaplah Microsoft.

Kantor pemerintahan China juga diketahui menggunakan hardware buatan Dell dan Hewlett Packard (HP) yang berasal dari Negeri Paman Sam. Sementara itu, PC rakitan Lenovo juga menggunakan prosesor Intel yang lagi-lagi berasal dari AS.

Depresiasi rupiah yang lumayan dalam menjadi faktor yang memantik aksi jual di pasar saham tanah air. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,22% di pasar spot ke level Rp 14.046/dolar AS.

Dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang perkasa, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang menguat sebesar 0,11%.

Dolar AS mendapatkan suntikan energi dari gelaran rapat The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS. Kemarin waktu setempat (10/12/2019), The Fed memulai pertemuan yang akan berlangsung selama dua hari. Hasil dari pertemuan tersebut akan diumumkan besok dini hari waktu Indonesia (12/12/2019).

Di sepanjang tahun 2019, The Fed telah memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak tiga kali, masing-masing sebesar 25 bps, yakni pada bulan Juli, September, dan Oktober. Jika ditotal, federal funds rate sudah dipangkas sebesar 75 bps oleh Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan koleganya di bank sentral.

Perang dagang AS-China, perlambatan ekonomi global, dan inflasi yang rendah menjadi faktor yang membuat The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps tersebut.

Kini, pelaku pasar meyakini bahwa The Fed akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 10 Desember 2019, probabilitas The Fed akan menahan federal fund rate di posisi saat ini (1,5%-1,75%) berada di level 97,8%.

Kala sebuah bank sentral mempertahankan atau menaikkan tingkat suku bunga acuan, mata uangnya memang biasanya akan mendapatkan suntikan energi untuk menguat.

Merespons pelemahan rupiah, investor asing melakukan aksi jual di pasar saham tanah air. Per akhir sesi satu, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 71,2 miliar di pasar reguler.

Saham-saham yang banyak dilepas investor asing per akhir sesi satu di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 43 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 19,5 miliar), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 9,9 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 8,4 miliar), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (Rp 8 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular