
Heboh! MNC & SCTV Mau Kolaborasi, Mau Bikin Apa Nih?
Monica Wareza, CNBC Indonesia
11 December 2019 11:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua raksasa media nasional, Grup MNC dan Grup SCMA berencana akan melakukan kolaborasi merespons penurunan bisnis televisi free to air. Rencana kolaborasi dua grup tersebut terungkap setelah kedua perseroan melakukan pertemuan dengan para analis.
CNBC Indonesia mencoba mengkonfirmasi hal tersebut kepada Direktur Utama PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) David Fernando Audy dan tidak membantah soal rencana tersebut. Namun David masih belum mau menjelaskan secara rinci seperti apa rencana kerja sama kedua perusahan tersebut.
"Konferensi pers (akan dilaksankan) Kamis ini (12/12/2019)," kata David menjawab pesan singkat yang disampaikan CNBC Indonesia, Selasa (10/12/2019).
MNCN merupakan kelompok usaha media milik Hary Tanoesoedibyo, yang memiliki stasiun televisi seperti RCTI, MNC TV dan Global TV. Sementara SCMA merupakan grup usaha media milik Keluarga Sariatmadja, yang memiliki stasiun televisi seperti SCTV dan Indosiar.
Salah satu analis yang ikut dalam pertemuan tersebut, Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya mengatakan adanya kerja sama antara kedua konglomerasi ini karena kesadaran keduanya bahwa menurunnya bisnis TV Free-to-air (FTA). Sementara, pendapatan bisnis digital belum sepenuhnya mengimbangi penurunan pendapatan TV FTA.
"Kami berbicara dengan MNCN dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) mengenai perjanjian antara keduanya. Menurut MNCN, dua kelompok media terbesar akan bekerja dalam kolaborasi pada beberapa proyek dan perjanjian yang dalam pandangan kami akan memiliki dampak positif pada profitabilitas dan margin kedua perusahaan jika ingin diterapkan," kata Christine, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (11/12/2019).
Kesepakatan pertama yang akan dilakukan keduanya adalah kesepakatan mengenai harga dan maksimal potongan harga yang diberikan kepada pengiklan. Setelah sebelumnya kedua perusahaan ini melakukan perang harga untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan mendapatkan lebih banyak pengiklan.
Kedua, baik MNCN dan SCMA akan menetapkan jumlah hari pengumpulan pendapatan menjadi tiga bulan dari sebelumnya empat bulan. Menurut sekuritas ini, langkah tersebut akan meningkatkan arus kas mereka dan mengurangi modal kerja.
Selanjutnya, MNCN dan SCMA akan melakukan cross-selling inventaris yang tidak terjual selama waktu non-prime dengan membagikan komisi sebagai imbalannya.
Untuk kerja sama keempat, MNCN dan SCMA akan melakukan produksi konten bersama yang dapat ditonton di masing-masing streaming OTT atau platform online (MNCN untuk FTA+ dan SCMA untuk Vidio).
Terakhir, kedua perusahaan juga sepakat untuk melakukan pertukaran saham.
"Meskipun kami pikir ini positif untuk kedua perusahaan, kami cukup khawatir tentang apakah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), yang merupakan satu-satunya lembaga yang berurusan dengan undang-undang persaingan di Indonesia, akan menyetujui keputusan perusahaan media," imbuh Christine.
Merespons kabar ini, harga saham MNCN dan MNCN sama-sama membubung tinggi dalam waktu satu minggu terakhir. Saham MNCN hari ini menguat 2,39% ke Rp 1.500/saham dan menguat hingga 9,49% dalam sepekan. Sedang sejak awal tahun hingga hari ini (year to date/ytd) penguatannya sudah mencapai 117,39%.
Tak jauh berbeda dengan SCMA, meski hari ini sahamnya masih bergerak melemah dengan penurunan mencapai 0,34%, dalam sepekan terakhir penguatannya sudah mencapai 19,34%. Sayangnya sejak awal tahun belum mampu menguat, alias masih koreksi 22,46%.
Penguatan dalam satu minggu terakhir ini menyusul adanya berita bahwa kedua perusahaan bakal melakukan kerja sama untuk memperkuat bisnis keduanya.
(hps/hps) Next Article Hary Tanoe & Sariaatmadja Berkolaborasi, Begini Rencananya
CNBC Indonesia mencoba mengkonfirmasi hal tersebut kepada Direktur Utama PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) David Fernando Audy dan tidak membantah soal rencana tersebut. Namun David masih belum mau menjelaskan secara rinci seperti apa rencana kerja sama kedua perusahan tersebut.
"Konferensi pers (akan dilaksankan) Kamis ini (12/12/2019)," kata David menjawab pesan singkat yang disampaikan CNBC Indonesia, Selasa (10/12/2019).
"Kami berbicara dengan MNCN dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) mengenai perjanjian antara keduanya. Menurut MNCN, dua kelompok media terbesar akan bekerja dalam kolaborasi pada beberapa proyek dan perjanjian yang dalam pandangan kami akan memiliki dampak positif pada profitabilitas dan margin kedua perusahaan jika ingin diterapkan," kata Christine, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (11/12/2019).
Kesepakatan pertama yang akan dilakukan keduanya adalah kesepakatan mengenai harga dan maksimal potongan harga yang diberikan kepada pengiklan. Setelah sebelumnya kedua perusahaan ini melakukan perang harga untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan mendapatkan lebih banyak pengiklan.
Kedua, baik MNCN dan SCMA akan menetapkan jumlah hari pengumpulan pendapatan menjadi tiga bulan dari sebelumnya empat bulan. Menurut sekuritas ini, langkah tersebut akan meningkatkan arus kas mereka dan mengurangi modal kerja.
Selanjutnya, MNCN dan SCMA akan melakukan cross-selling inventaris yang tidak terjual selama waktu non-prime dengan membagikan komisi sebagai imbalannya.
Untuk kerja sama keempat, MNCN dan SCMA akan melakukan produksi konten bersama yang dapat ditonton di masing-masing streaming OTT atau platform online (MNCN untuk FTA+ dan SCMA untuk Vidio).
Terakhir, kedua perusahaan juga sepakat untuk melakukan pertukaran saham.
"Meskipun kami pikir ini positif untuk kedua perusahaan, kami cukup khawatir tentang apakah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), yang merupakan satu-satunya lembaga yang berurusan dengan undang-undang persaingan di Indonesia, akan menyetujui keputusan perusahaan media," imbuh Christine.
MNC Akuisisi Link Net
[Gambas:Video CNBC]
Merespons kabar ini, harga saham MNCN dan MNCN sama-sama membubung tinggi dalam waktu satu minggu terakhir. Saham MNCN hari ini menguat 2,39% ke Rp 1.500/saham dan menguat hingga 9,49% dalam sepekan. Sedang sejak awal tahun hingga hari ini (year to date/ytd) penguatannya sudah mencapai 117,39%.
Tak jauh berbeda dengan SCMA, meski hari ini sahamnya masih bergerak melemah dengan penurunan mencapai 0,34%, dalam sepekan terakhir penguatannya sudah mencapai 19,34%. Sayangnya sejak awal tahun belum mampu menguat, alias masih koreksi 22,46%.
Penguatan dalam satu minggu terakhir ini menyusul adanya berita bahwa kedua perusahaan bakal melakukan kerja sama untuk memperkuat bisnis keduanya.
(hps/hps) Next Article Hary Tanoe & Sariaatmadja Berkolaborasi, Begini Rencananya
Most Popular