
Kabar Bagus dari Jerman Kian Mantapkan Penguatan Euro
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 December 2019 21:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (10/12/2019) melanjutkan penguatan Senin kemarin. Pada pukul 20:40 WIB, euro diperdagangkan di level US$ 1,1077, menguat 0,14% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Kabar bagus dari Jerman menopang penguatan mata uang 19 negara hari ini. Investor dan analis di Jerman kini optimistis menatap perekonomian Negeri Panser dalam enam bulan ke depan.
Data indeks sentimen ekonomi Jerman yang dirilis oleh ZEW menunjukkan angka 10,7 di bulan ini, mengalami kenaikan signifikan dibandingkan bulan lalu sebesar -2,1, serta jauh lebih tinggi dari prediksi ekonom yang disurvei Reuters sebesar 0.
Indeks ini menggunakan angka nol sebagai ambang batas, di atas nol atau positif berarti optimistis, sementara di bawah nol atau negatif berarti pesimistis. Optimisme ini merupakan yang pertama kali dalam delapan bulan terakhir. Bahkan jika tidak melihat data bulan April, kali terakhir angka indeks positif 3,1, sikap pesimisme sudah muncul sejak April 2018.
Presiden ZEW Achim Wambach mengatakan sentimen ekonomi membaik berkat harapan ekspor dan belanja swasta akan tumbuh dari prediksi sebelumnya. Data ini disambut pelaku pasar, apalagi Kamis (12/10/2019) akan ada pengumuman kebijakan moneter dari European Central Bank (ECB) di bawah nahkoda baru Christine Lagarde.
Dalam testimoninya di hadapan Parlemen Eropa awal Desember lalu, Lagarde mengatakan akan mengkaji ulang kebijakan ECB dalam waktu dekat. Mantan Direktur Pelaksana Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) menyatakan keputusan ECB pada September lalu menunjukkan potensi adanya efek samping kebijakan moneter.
Pada September, ECB yang masih dipimpin Mario Draghi memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.
Selain memangkas suku bunga, ECB juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing yang sebelumnya dihentikan akhir 2018.
Program pembelian aset kali ini dimulai pada 1 November lalu dengan nilai 20 miliar euro per bulan. Quantitative easing kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.
Pelaku pasar tentunya akan mencerna betul bagaimana arah kebijakan moneter ECB di bawah kepemimpinan Lagarde.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Kabar bagus dari Jerman menopang penguatan mata uang 19 negara hari ini. Investor dan analis di Jerman kini optimistis menatap perekonomian Negeri Panser dalam enam bulan ke depan.
Indeks ini menggunakan angka nol sebagai ambang batas, di atas nol atau positif berarti optimistis, sementara di bawah nol atau negatif berarti pesimistis. Optimisme ini merupakan yang pertama kali dalam delapan bulan terakhir. Bahkan jika tidak melihat data bulan April, kali terakhir angka indeks positif 3,1, sikap pesimisme sudah muncul sejak April 2018.
Presiden ZEW Achim Wambach mengatakan sentimen ekonomi membaik berkat harapan ekspor dan belanja swasta akan tumbuh dari prediksi sebelumnya. Data ini disambut pelaku pasar, apalagi Kamis (12/10/2019) akan ada pengumuman kebijakan moneter dari European Central Bank (ECB) di bawah nahkoda baru Christine Lagarde.
Dalam testimoninya di hadapan Parlemen Eropa awal Desember lalu, Lagarde mengatakan akan mengkaji ulang kebijakan ECB dalam waktu dekat. Mantan Direktur Pelaksana Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) menyatakan keputusan ECB pada September lalu menunjukkan potensi adanya efek samping kebijakan moneter.
Pada September, ECB yang masih dipimpin Mario Draghi memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.
Selain memangkas suku bunga, ECB juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing yang sebelumnya dihentikan akhir 2018.
Program pembelian aset kali ini dimulai pada 1 November lalu dengan nilai 20 miliar euro per bulan. Quantitative easing kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.
Pelaku pasar tentunya akan mencerna betul bagaimana arah kebijakan moneter ECB di bawah kepemimpinan Lagarde.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Most Popular