Pascamenguat 3 Hari Beruntun, IHSG Akhirnya Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 December 2019 16:27
Saham-saham Konsumer Diterpa Aksi Ambil Untung
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Saham-saham konsumer yang sempat berkontribusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG dalam dua hari perdagangan sebelumnya kini tak lagi bertaji. Pada perdagangan hari Jumat (6/12/2019), indeks sektor barang konsumsi menguat sebesar 0,96%, diikuti apresiasi sebesar 0,3% pada perdagangan kemarin, Senin (9/12/2019).

Per akhir sesi dua perdagangan hari ini, indeks sektor barang konsumsi tercatat melemah sebesar 0,68%.

Saham-saham konsumer diburu pelaku pasar pada hari Jumat dan Senin seiring dengan kehadiran sentimen positif yakni rilis angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).

Pada hari Kamis (5/12/2019), Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa IKK periode November 2019 berada di level 124,2, jauh meningkat dibandingkan IKK periode Oktober 2019 yang sebesar 118,4. IKK pada bulan lalu merupakan yang tertinggi dalam empat bulan.

Melejitnya optimisme konsumen pada bulan November disebabkan oleh kenaikan kedua komponen pembentuknya, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK).

IKE pada bulan November tercatat sebesar 109,3, naik dari posisi bulan sebelumnya yang sebesar 104,8. Sementara itu, IEK pada bulan November tercatat sebesar 139,1, naik dari posisi bulan sebelumnya yang sebesar 132.

Naiknya IKK secara signifikan memberi sinyal bahwa masyarakat Indonesia akan secara signifikan meningkatkan konsumsinya menjelang libur hari raya Natal dan Tahun Baru.

Untuk diketahui, sebelumnya terdapat kekhawatiran yang besar bahwa tingkat konsumsi masyarakat Indonesia sedang berada di level yang sangat rendah. Hal ini tercermin dari rendahnya angka inflasi.

Pada awal bulan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa sepanjang bulan November terjadi inflasi sebesar 0,14% secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan (year-on-year/YoY) tercatat di level 3%.

Inflasi pada bulan November berada di bawah konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia. Median dari 12 ekonom yang ikut berpartisipasi dalam pembentukan konsensus memproyeksikan tingkat inflasi secara bulanan di level 0,2%, sementara inflasi secara tahunan diperkirakan berada di angka 3,065%.

Lantas, lagi-lagi inflasi Indonesia berada di bawah ekspektasi. Sebelumnya pada bulan Oktober, BPS mencatat bahwa terjadi inflasi sebesar 0,02% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,13%.

Inflasi pada bulan Oktober berada di posisi yang lebih rendah ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,12% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan diperkirakan sebesar 3,23%.

Lebih lanjut, indikasi bahwa konsumsi masyarakat Indonesia sedang berada di bawah tekanan juga ditunjukkan oleh publikasi data penjualan ritel oleh BI. Sepanjang September 2019, penjualan barang-barang ritel tercatat hanya tumbuh tipis sebesar 0,7% secara tahunan.

Capaian tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya (September 2018) kala penjualan barang-barang ritel mampu tumbuh hingga 4,8% secara tahunan.

Sebagai catatan, sudah sedari bulan Mei pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3% YoY.

Sayang, kini pelaku pasar tampak memilih untuk merealisasikan keuntungan yang sudah mereka raup dari saham-saham konsumer. Apalagi, sentimen eksternal terkait perang dagang AS-China juga tak mendukung bagi pelaku pasar saham tanah air untuk melakukan aksi beli. Alhasil, langkah IHSG menjadi terbebani.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular