Kurs Dolar Singapura Turun Lagi, 4 Hari Beruntun!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 December 2019 11:32
Rupiah mendapat momentum penguatan sejak pekan lalu usai rilis data dari dalam negeri yang cukup bagus.
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura kembali melemah melawan rupiah pada perdagangan Selasa (10/12/2019). Ini berarti sudah 4 hari berturut-turut mata uang Negeri Merlion takluk di hadapan mata uang Garuda.

Pada pukul 10:27 WIB, SG$ 1 setara dengan Rp 10.293,36, dolar Singapura melemah 0,09% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di awal perdagangan, dolar Singapura sempat melemah 0,21% ke Rp 10.281,47, menjadi level terlemah sejak 6 November lalu.

Pelemahan di pasar spot juga berdampak pada kurs dolar Singapura di dalam negeri. Berikut kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 10:45 WIB.

BankKurs BeliKurs Jual
Bank BNI10.272,0010.329,00
Bank BRI10.221,6910.369,15
Bank Mandiri10.270,0010.325,00
Bank BTN10.128,0010.439,00
Bank BCA10.291,2910.311,78
CIMB Niaga10.052,9410.569,50


Rupiah mendapat momentum penguatan sejak pekan lalu usai rilis data dari dalam negeri yang cukup bagus. Bank Indonesia (BI) merilis indeks keyakinan konsumen (IKK) bulan November yang mengalami kenaikan menjadi 124,2 dari bulan sebelumnya 118,4. Angka indeks di bulan November juga menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir.


Kenaikan IKK tersebut mengindikasikan adanya peningkatan optimisme terhadap kondisi ekonomi saat ini serta di masa yang akan datang. Ketika konsumen semakin optimistis, maka tingkat belanja bisa meningkat dan tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.



BI juga melaporkan cadangan devisa per akhir November sebesar US$ 126,6 miliar. Turun tipis dari posisi Oktober yaitu US$ 126,7 miliar. Penurunan tersebut masih lebih baik dari prediksi Trading Economics sebesar US$ 126,3 miliar.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI yang diterbitkan Jumat (6/12/2019).

Terbaru pada hari ini BI melaporkan penjualan ritel di bulan Oktober yang tumbuh 3,6% year-on-year (YoY), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan Oktober 0,7%.



Selain itu, perkembangan perundingan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China masih menjadi perhatian utama, mengingat tenggat waktu yang semakin menipis.

AS sampai saat ini masih berencana menaikkan lagi bea masuk importasi produk dari China pada 15 Desember nanti jika kedua negara belum menandatangani kesepakatan dagang.

Penasehat Ekonomi Presiden Trump, Larry Kudlow, mengkonfirmasi jika rencana kenaikan bea impor tersebut masih berlaku. Selain itu Kudlow juga mengatakan jika kedua belah pihak "sudah dekat" dengan kesepakatan, tetapi juga menyatakan Presiden Trump siap "pergi menjauh" jika beberapa kondisi tertentu tak terpenuhi.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(pap/tas) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular