AS-China Belum Jelas, Harga Minyak Mentah Terpeselet

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
10 December 2019 11:25
Harga minyak mentah cenderung flat, masih ada kekhawatiran perang dagang berlanjut
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak mentah dunia cenderung flat pada perdagangan pagi ini, Selasa (10/12/2019). Perang dagang yang masih mungkin berlanjut menjadi kekhawatiran utama permintaan minyak melambat di tengah upaya pemangkasan pasokan lebih dalam.

Harga minyak mentah kontrak berjangka Brent mengalami turun tipis 0,09% ke level US$ 64,19/barel. Senada dengan minyak Brent, minyak mentah jenis WTI mengalami koreksi 0,07% ke level US$ 58,98/barel.



"Euforia pemangkasan suplai minyak nyatanya hanya bertahan sementara, turunnya ekspor China kembali menjadi sorotan yang mengindikasikan dampak dari perang dagang" tulis ANZ Bank dalam sebuah catatan, melansir Reuters.


Ekspor China turun 1,1% pada bulan November kemarin. Penurunan ekspor terjadi secara tak terduga ketika konsensus yang berhasil dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia optimis ekspor bakal tumbuh 1%.

Penurunan ekspor dan naiknya impor menyebabkan surplus neraca dagang China berkurang. Surplus neraca dagang China bulan November tercatat US$ 38,73 miliar, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang mencapai US$ 43,02 miliar.

Pelemahan harga minyak terjadi seiring dengan semakin dekatnya deadline pengenaan tarif baru untuk produk China sebesar US$ 156 miliar yang akan efektif berlaku tanggal 15 Desember nanti.

"Dengan adanya tarif baru yang akan dimulai 15 Desember nanti, pelaku pasar mengawasi jalannya negosiasi dengan seksama" tulis ANZ Bank.

Pekan kemarin OPEC dan Rusia yang tergabung dalam OPEC+ memutuskan untuk memangkas lebih dalam produksi minyak dari sebelumnya 1,2 juta barel per hari (bpd) menjadi 1,7 juta bpd efektif per 1 Januari 2020.

Saat perang dagang terjadi dan membuat bumi jadi gonjang-ganjing dibuatnya, muncul kekhawatiran permintaan minyak melambat. Apa yang dilakukan OPEC adalah untuk mengurangi ketidakpastian yang ada di pasar dan upaya untuk menstabilkan pasar.

Beralih ke Paman Sam, studi yang dilakukan oleh Mirae Asset Sekuritas total produksi minyak minggu ini akan tetap flat di angka 12,9 juta bpd, sementara jumlah rig yang digunakan turun menjadi 799 pada 6 Desember 2019.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article AS-China Akur, Tapi Harga Minyak Kok Tak Gerak?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular