AS-China Memburuk, Harga SUN Turun Tipis

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
10 December 2019 13:36
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi tipis dan relatif flat (sideways) di tengah sentimen negatif hari ini dari perkembangan hubungan dagang Amerika Seriakat (AS)-China yang memburuk menjelang tenggat waktu 15 Desember.

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasil (yield) mayoritas seri acuan.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 0,5 basis poin (bps) menjadi 7,56%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Yield Obligasi Negara Acuan 10 Dec'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 9 Dec'19 (%)

Yield 10 Dec'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 9 Dec'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.54

6.533

-0.70

6.5337

FR0078

10 tahun

7.112

7.114

0.20

7.1074

FR0068

15 tahun

7.557

7.562

0.50

7.5302

FR0079

20 tahun

7.7

7.704

0.40

7.6798

Sumber: Refinitiv


Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.067,48 triliun SBN, atau 38,58% dari total beredar Rp 2.767 triliun berdasarkan data per 5 Desember.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 173,02 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu dan sekaligus awal bulan ini, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 1,53 triliun.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, mayoritas masih mengalami kenaikan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 9 Dec'19 (%)

Yield 10 Dec'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

6.785

6.78

-0.50

China (A+)

3.208

3.205

-0.30

Jerman (AAA)

-0.307

-0.302

0.50

Prancis (AA)

0.014

0.011

-0.30

Inggris Raya (AA)

0.765

0.766

0.10

India (BBB-)

6.659

6.646

-1.30

Jepang (A)

-0.006

0.007

1.30

Malaysia (A-)

3.428

3.446

1.80

Filipina (BBB)

4.616

4.628

1.20

Rusia (BBB)

6.39

6.38

-1.00

Singapura (AAA)

1.759

1.744

-1.50

Thailand (BBB+)

1.595

1.605

1.00

Amerika Serikat (AAA)

1.831

1.828

-0.30

Afrika Selatan (BB+)

8.36

8.37

1.00

Sumber: Refinitiv


TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular