
Menguat Lagi! Rupiah 3 Besar Mata Uang Terbaik Asia
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 December 2019 17:21

Data ekonomi dari dalam negeri yang cukup bagus pada pekan lalu mendorong berlanjutnya penguatan rupiah. Bank Indonesia (BI) merilis indeks keyakinan konsumen (IKK) bulan November yang mengalami kenaikan menjadi 124,2 dari bulan sebelumnya 118,4. Angka indeks di bulan November juga menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Kenaikan IKK tersebut mengindikasikan adanya peningkatan optimisme terhadap kondisi ekonomi saat ini serta di masa yang akan datang. Ketika konsumen semakin optimistis, maka tingkat belanja bisa meningkat dan tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
BI juga melaporkan cadangan devisa per akhir November sebesar US$ 126,6 miliar. Turun tipis dari posisi Oktober yaitu US$ 126,7 miliar. Penurunan tersebut masih lebih baik dari prediksi Trading Economics sebesar US$ 126,3 miliar.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI yang diterbitkan Jumat (6/12/2019).
Sementara itu, perhatian utama pelaku pasar masih tertuju pada perundingan dagang AS dengan China.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa sesuatu bisa terjadi terkait dengan bea masuk tambahan yang dibebankan Washington terhadap produk impor asal China.
Pernyataan tersebut menjadi indikasi bea masuk tambahan importasi produk China yang mulai berlaku pada 15 Desember akan batal diterapkan.
Penghapusan bea masuk tambahan merupakan syarat dari China jika AS ingin meneken kesepakatan dagang tahap satu. Namun China juga meminta menghapus bea masuk produknya senilai US$ 375 miliar dari US$ 550 miliar yang selama ini sudah dikenakan.
Sementara itu China juga memberikan kabar bagus. China memutuskan untuk memberi kelonggaran bea masuk atas sejumlah impor produk pangan asal AS seperti kedelai dan daging babi.
Kabar tersebut menunjukkan perundingan dagang berada pada jalur yang tepat, dan kesepakatan dagang kemungkinan akan diteken dalam waktu dekat. Meski demikian pelaku pasar tetap berhati-hati mengingat tenggat waktu yang semakin sempit.
AS sampai saat ini masih berencana menaikkan lagi bea masuk importasi produk dari China pada 15 Desember nanti jika kedua negara belum menandatangani kesepakatan dagang.
Kurang dari sepekan ke depan merupakan penentuan kesepakatan dagang kedua negara, sehingga pelaku pasar cenderung wait and see, rupiah pun masih malu-malu untuk bisa menguat ke bawah level Rp 14.000/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Kenaikan IKK tersebut mengindikasikan adanya peningkatan optimisme terhadap kondisi ekonomi saat ini serta di masa yang akan datang. Ketika konsumen semakin optimistis, maka tingkat belanja bisa meningkat dan tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
BI juga melaporkan cadangan devisa per akhir November sebesar US$ 126,6 miliar. Turun tipis dari posisi Oktober yaitu US$ 126,7 miliar. Penurunan tersebut masih lebih baik dari prediksi Trading Economics sebesar US$ 126,3 miliar.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI yang diterbitkan Jumat (6/12/2019).
Sementara itu, perhatian utama pelaku pasar masih tertuju pada perundingan dagang AS dengan China.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa sesuatu bisa terjadi terkait dengan bea masuk tambahan yang dibebankan Washington terhadap produk impor asal China.
Pernyataan tersebut menjadi indikasi bea masuk tambahan importasi produk China yang mulai berlaku pada 15 Desember akan batal diterapkan.
Penghapusan bea masuk tambahan merupakan syarat dari China jika AS ingin meneken kesepakatan dagang tahap satu. Namun China juga meminta menghapus bea masuk produknya senilai US$ 375 miliar dari US$ 550 miliar yang selama ini sudah dikenakan.
Sementara itu China juga memberikan kabar bagus. China memutuskan untuk memberi kelonggaran bea masuk atas sejumlah impor produk pangan asal AS seperti kedelai dan daging babi.
Kabar tersebut menunjukkan perundingan dagang berada pada jalur yang tepat, dan kesepakatan dagang kemungkinan akan diteken dalam waktu dekat. Meski demikian pelaku pasar tetap berhati-hati mengingat tenggat waktu yang semakin sempit.
AS sampai saat ini masih berencana menaikkan lagi bea masuk importasi produk dari China pada 15 Desember nanti jika kedua negara belum menandatangani kesepakatan dagang.
Kurang dari sepekan ke depan merupakan penentuan kesepakatan dagang kedua negara, sehingga pelaku pasar cenderung wait and see, rupiah pun masih malu-malu untuk bisa menguat ke bawah level Rp 14.000/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular