
Analisis
Rupiah Malu-Malu, Dolar AS Belum Bisa di Bawah Rp 14.000
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 December 2019 12:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (9/12/2019), dan menyentuh level terkuatnya dalam satu bulan terakhir.
Rupiah langsung menguat 0,25% ke level Rp 14.000/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka. Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 7 November lalu. Namun sayangnya setelah menyentuh Rp 14.000/US$, penguatan rupiah terus terpangkas hingga tersisa 0,12% di level Rp 14.018/US$ pada tengah hari.
Data ekonomi dari dalam negeri yang cukup bagus pada pekan lalu mendorong berlanjutnya penguatan rupiah hari ini. Bank Indonesia (BI) merilis indeks keyakinan konsumen (IKK) bulan November yang mengalami kenaikan menjadi 124,2 dari bulan sebelumnya 118,4. Angka indeks di bulan November juga menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Kenaikan IKK tersebut mengindikasikan adanya peningkatan optimisme terhadap kondisi ekonomi saat ini serta di masa yang akan datang. Ketika konsumen semakin optimistis, maka tingkat belanja bisa meningkat dan tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
BI juga melaporkan cadangan devisa per akhir November sebesar US$ 126,6 miliar. Turun tipis dari posisi Oktober yaitu US$ 126,7 miliar. Penurunan tersebut masih lebih baik dari prediksi Trading Economics sebesar US$ 126,3 miliar.
"Posisi cadangan devisa itu setara pembiayaan 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI pada Jumat (6/12/2019).
Sementara itu, perhatian utama pelaku pasar masih tertuju pada perundingan dagang AS dengan China. Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa sesuatu bisa terjadi terkait dengan bea masuk tambahan yang dibebankan Washington terhadap produk impor asal China.
Pernyataan tersebut menjadi indikasi bea masuk tambahan importasi produk China yang mulai berlaku pada 15 Desember akan batal diterapkan. Penghapusan bea masuk tambahan merupakan syarat dari China jika AS ingin meneken kesepakatan dagang tahap satu.
Namun China juga meminta menghapus bea masuk produknya senilai US$ 375 miliar dari US$ 550 miliar yang selama ini sudah dikenakan. Negeri Panda ini juga memberikan kabar bagus dengan keputusan pelonggaran bea masuk atas sejumlah impor produk pangan asal AS seperti kedelai dan daging babi.
Kabar tersebut menunjukkan perundingan dagang berada pada jalur yang tepat, dan kesepakatan dagang kemungkinan akan diteken dalam waktu dekat. Meski demikian pelaku pasar tetap berhati-hati mengingat tenggat waktu yang semakin sempit.
AS sampai saat ini masih berencana menaikkan lagi bea masuk importasi produk dari China pada 15 Desember jika kedua negara belum menandatangani kesepakatan dagang.
Kurang dari sepekan ke depan merupakan penentuan kesepakatan dagang kedua negara, sehingga pelaku pasar cenderung wait and see. Rupiah pun masih malu-malu untuk bisa menguat ke bawah level Rp 14.000/US$.
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan di MA20/rerata pergerakan 20 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak turun,dengan histogram yang masuk ke wilayah negatif. Indikator-indikator grafik harian ini mengindikasikan rupiah mulai mengumpulkan momentum penguatan.
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di bawah MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru), dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator stochastic bergerak mendatar tapi berada di wilayah jenuh jual (oversold).
Rupiah kini bergerak di dekat Rp 14.000/US$ yang menjadi support (tahanan bawah) terdekat. Melihat indikator stochastic yang oversold, selama tertahan di atas level tersebut, penguatan rupiah berpeluang terus terpangkas menuju resisten (tahanan atas) terdekat RP 14.035/US$.
Tanpa momentum yang kuat, rupiah masih belum akan menguat hingga ke bawah Rp 14.000/US$, sehingga rentang potensial pergerakan rupiah hari ini di antara Rp 14.000 - 14.035/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Rupiah langsung menguat 0,25% ke level Rp 14.000/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka. Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 7 November lalu. Namun sayangnya setelah menyentuh Rp 14.000/US$, penguatan rupiah terus terpangkas hingga tersisa 0,12% di level Rp 14.018/US$ pada tengah hari.
Data ekonomi dari dalam negeri yang cukup bagus pada pekan lalu mendorong berlanjutnya penguatan rupiah hari ini. Bank Indonesia (BI) merilis indeks keyakinan konsumen (IKK) bulan November yang mengalami kenaikan menjadi 124,2 dari bulan sebelumnya 118,4. Angka indeks di bulan November juga menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Kenaikan IKK tersebut mengindikasikan adanya peningkatan optimisme terhadap kondisi ekonomi saat ini serta di masa yang akan datang. Ketika konsumen semakin optimistis, maka tingkat belanja bisa meningkat dan tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
BI juga melaporkan cadangan devisa per akhir November sebesar US$ 126,6 miliar. Turun tipis dari posisi Oktober yaitu US$ 126,7 miliar. Penurunan tersebut masih lebih baik dari prediksi Trading Economics sebesar US$ 126,3 miliar.
"Posisi cadangan devisa itu setara pembiayaan 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI pada Jumat (6/12/2019).
Sementara itu, perhatian utama pelaku pasar masih tertuju pada perundingan dagang AS dengan China. Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa sesuatu bisa terjadi terkait dengan bea masuk tambahan yang dibebankan Washington terhadap produk impor asal China.
Pernyataan tersebut menjadi indikasi bea masuk tambahan importasi produk China yang mulai berlaku pada 15 Desember akan batal diterapkan. Penghapusan bea masuk tambahan merupakan syarat dari China jika AS ingin meneken kesepakatan dagang tahap satu.
Namun China juga meminta menghapus bea masuk produknya senilai US$ 375 miliar dari US$ 550 miliar yang selama ini sudah dikenakan. Negeri Panda ini juga memberikan kabar bagus dengan keputusan pelonggaran bea masuk atas sejumlah impor produk pangan asal AS seperti kedelai dan daging babi.
Kabar tersebut menunjukkan perundingan dagang berada pada jalur yang tepat, dan kesepakatan dagang kemungkinan akan diteken dalam waktu dekat. Meski demikian pelaku pasar tetap berhati-hati mengingat tenggat waktu yang semakin sempit.
AS sampai saat ini masih berencana menaikkan lagi bea masuk importasi produk dari China pada 15 Desember jika kedua negara belum menandatangani kesepakatan dagang.
Kurang dari sepekan ke depan merupakan penentuan kesepakatan dagang kedua negara, sehingga pelaku pasar cenderung wait and see. Rupiah pun masih malu-malu untuk bisa menguat ke bawah level Rp 14.000/US$.
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan di MA20/rerata pergerakan 20 hari (garis merah).
![]() Sumber: investing.com |
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak turun,dengan histogram yang masuk ke wilayah negatif. Indikator-indikator grafik harian ini mengindikasikan rupiah mulai mengumpulkan momentum penguatan.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di bawah MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru), dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator stochastic bergerak mendatar tapi berada di wilayah jenuh jual (oversold).
Rupiah kini bergerak di dekat Rp 14.000/US$ yang menjadi support (tahanan bawah) terdekat. Melihat indikator stochastic yang oversold, selama tertahan di atas level tersebut, penguatan rupiah berpeluang terus terpangkas menuju resisten (tahanan atas) terdekat RP 14.035/US$.
Tanpa momentum yang kuat, rupiah masih belum akan menguat hingga ke bawah Rp 14.000/US$, sehingga rentang potensial pergerakan rupiah hari ini di antara Rp 14.000 - 14.035/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular