Dalam 3 Hari, Kurs Dolar Australia Anjlok Lebih dari 1%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 December 2019 12:29
Pagi ini, dolar Australia menyentuh level Rp 9.557,80/AU$ melemah 0,41% di pasar spot melansir data Refinitiv
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia kembali melemah melawan rupiah pada perdagangan Senin (9/12/2019), setelah sebelumnya mencatat penurunan dua hari beruntun.

Pagi ini, dolar Australia menyentuh level Rp 9.557,80/AU$ melemah 0,41% di pasar spot melansir data Refinitiv. Jika ditotal dalam tiga hari terakhir Mata Uang Kanguru sudah anjlok 1,03%, Sementara sepanjang tahun ini merosot 5,68%.



Menjelang tengah hari, kinerja dolar Australia membaik, mampu memangkas pelemahan hingga tersisa 0,26% di level Rp 9.572,25 pada pukul 11:15 WIB. Pelemahan di pasar spot juga berdampak pada kurs dolar Australia di dalam negeri. Berikut kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 11:50 WIB.

BankKurs BeliKurs Jual
Bank BNI9.541,009.612,00
Bank BRI9.482,749.656,72
Bank Mandiri9.560,009.605,00
Bank BTN9.460,009.664,00
Bank BCA9.560,699.590,69
CIMB Niaga9.325,839.843,86


Data ekonomi Australia yang buruk pada pekan lalu memberikan tekanan bagi mata uangnya.

Rabu (4/12/2019) lalu, Biro Statistik Australia melaporkan pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2019 tumbuh sebesar 0,4% quarter-on-quarter (QoQ) lebih rendah dari pertumbuhan kuartal sebelumnya 0,6%, dan lebih rendah dari konsensus Trading Economics 0,5%.

Sehari setelahnya, data menunjukkan penjualan ritel Australia pada Oktober stagnan, sebesar 0% month-on-month (MoM) dari bulan September yang naik 0,2%. Stagnannya pertumbuhan penjualan ritel tersebut lebih rendah dari konsensus Trading Economics sebesar 0,3%.

Selain itu, pada periode yang sama tingkat ekspor dilaporkan turun 5% MoM sementara impor stagnan 0%. Dampaknya, surplus neraca perdagangan Australia terpangkas signifikan menjadi AU$ 4,5 miliar dari sebelumnya AU$ 6,85 miliar.



Serangkaian data tersebut memicu spekulasi bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) akan segera memangkas suku bunga lagi.

Sepanjang tahun ini, RBA sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali masing-masing 25 basis poin (bps) hingga ke level terendah sepanjang sejarah 0,75%.



Berbeda dengan Australia, data dari RI justru cukup bagus yang mendukung rupiah terus menguat.

Pada pekan lalu Bank Indonesia (BI) merilis indeks keyakinan konsumen (IKK) bulan November yang mengalami kenaikan menjadi 124,2 dari bulan sebelumnya 118,4. Angka indeks di bulan November juga menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir.

Kenaikan IKK tersebut mengindikasikan adanya peningkatan optimisme terhadap kondisi ekonomi saat ini serta di masa yang akan datang. Ketika konsumen semakin optimistis, maka tingkat belanja bisa meningkat dan tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

BI juga melaporkan cadangan devisa per akhir November sebesar US$ 126,6 miliar. Turun tipis dari posisi Oktober yaitu US$ 126,7 miliar. Penurunan tersebut masih lebih baik dari prediksi Trading Economics sebesar US$ 126,3 miliar.

Dampaknya, rupiah sukses terus menekan dolar Australia.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular