
Pagi-pagi Sudah Happy! Rupiah Terbaik di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 December 2019 08:07

Dinamika hubungan AS-China masih menjadi faktor utama penggerak pasar keuangan Asia. Spekulasi soal kapan Washington-Beijing akan meneken kesepakatan damai dagang Fase I tetap menjadi fokus investor.
Kali ini datang berita baik. Akhir pekan lalu, China memutuskan untuk memberi kelonggaran bea masuk atas sejumlah impor produk pangan asal AS seperti kedelai dan daging babi.
Gedung Putih menyambut positif langkah tersebut. "(Kelonggaran bea masuk) itu seperti musik yang enak untuk proses negosiasi," ujar Lawrence 'Larry Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.
Kudlow menambahkan, Presiden AS Donald Trump yang akan menentukan apakah kesepakatan dagang dengan China jadi atau tidak. Namun Kudlow mengungkapkan sejauh ini Trump senang dengan arah perkembangan negosiasi.
Momen berikutnya yang akan menentukan adalah 15 Desember, tanggal di mana bea masuk terhadap importasi produk China senilai US$ 156 miliar akan diterapkan. Sejumlah produk yang bakal kena bea masuk di antaranya telepon seluler, laptop, mainan anak, dan pakaian.
"Tidak ada tenggat waktu, tetapi memang 15 Desember adalah momen yang sangat penting. Semuanya kami serahkan kepada Bapak Presiden," kata Kudlow.
Sebelumnya, China meminta AS untuk menghapus bea masuk kepada impor produk Negeri Tirai Bambu senilai US$ 375 miliar dari total US$ 550 miliar yang dikenakan selama masa perang dagang. Plus pembatalan bea masuk yang akan diterapkan 15 Desember.
"Belum ada keputusan apa-apa. Jadi, mari kita capai kesepakatan terlebih dulu dan kita lihat bagaimana, kapan, dan di mana perjanjian akan ditandatangani," tutur Kudlow.
Well, sejauh ini memang belum ada kepastian apakah AS-China jadi berdamai atau tidak. Namun dengan pernyataan Kudlow bahwa Trump senang dengan arah negosiasi, sepertinya harapan damai dagang masih ada.
Harapan ini yang membawa aliran modal asing berani masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang. Akibatnya, rupiah dan mata uang Asia lainnya masih punya tenaga untuk menguat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Kali ini datang berita baik. Akhir pekan lalu, China memutuskan untuk memberi kelonggaran bea masuk atas sejumlah impor produk pangan asal AS seperti kedelai dan daging babi.
Gedung Putih menyambut positif langkah tersebut. "(Kelonggaran bea masuk) itu seperti musik yang enak untuk proses negosiasi," ujar Lawrence 'Larry Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.
Kudlow menambahkan, Presiden AS Donald Trump yang akan menentukan apakah kesepakatan dagang dengan China jadi atau tidak. Namun Kudlow mengungkapkan sejauh ini Trump senang dengan arah perkembangan negosiasi.
Momen berikutnya yang akan menentukan adalah 15 Desember, tanggal di mana bea masuk terhadap importasi produk China senilai US$ 156 miliar akan diterapkan. Sejumlah produk yang bakal kena bea masuk di antaranya telepon seluler, laptop, mainan anak, dan pakaian.
"Tidak ada tenggat waktu, tetapi memang 15 Desember adalah momen yang sangat penting. Semuanya kami serahkan kepada Bapak Presiden," kata Kudlow.
Sebelumnya, China meminta AS untuk menghapus bea masuk kepada impor produk Negeri Tirai Bambu senilai US$ 375 miliar dari total US$ 550 miliar yang dikenakan selama masa perang dagang. Plus pembatalan bea masuk yang akan diterapkan 15 Desember.
"Belum ada keputusan apa-apa. Jadi, mari kita capai kesepakatan terlebih dulu dan kita lihat bagaimana, kapan, dan di mana perjanjian akan ditandatangani," tutur Kudlow.
Well, sejauh ini memang belum ada kepastian apakah AS-China jadi berdamai atau tidak. Namun dengan pernyataan Kudlow bahwa Trump senang dengan arah negosiasi, sepertinya harapan damai dagang masih ada.
Harapan ini yang membawa aliran modal asing berani masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang. Akibatnya, rupiah dan mata uang Asia lainnya masih punya tenaga untuk menguat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular