
Internasional
Krisis Babi, China 'Menyerah' ke AS?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 December 2019 14:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Sikap China dikabarkan melunak ke Amerika Serikat (AS). Bahkan, Beijing memberikan keringanan tarif untuk barang impor dari asal negeri Paman Sam, seperti kedela dan babi.
"Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara tengah melakukan pengecualian pada beberapa komoditas, seperti kedelai, daging babi, dan lainnya," kata Kementerian Keuangan China sebagaimana dilaporkan AFP, Jumat (6/12/2019).
Jika benar ini dilakukan, artinya ada secercah harapan perdamaian dagang bisa terjadi. Sebelumnya dalam pertemuan Oktober, AS memang menginginkan China membeli lebih banyak produk pertanian negara itu.
Perang dagang sudah terjadi selama 18 bulan ini. Namun hingga saat ini, perjanjian perdamaian Fase I, yang dijanjikan sejak sejak dua bulan lalu, tak kunjung terealisasi.
Padahal AS akan segera memberlakukan taarif baru lagi pada barang China 15 Desember nanti. Khususnya untuk alat elektronik, seperti laptop dan telepon seluler.
Krisis Babi
Sementara itu, bukan rahasia lagi kalau China memang dilanda krisis babi. Demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) membuat babi di negara itu langka.
Padahal babi merupakan menu utama di China. Dari data Organisation for Economic Cooperation and Development (EOCD) permintaan babi secara historis di negara ini sangat tinggi, hingga 46% dari total konsumsi babi dunia.
Karena kelangkaan ini, harga babi di China naik hingga 94%. Bahkan harganya mencapai 33-36 yuan.
Dari data Biro Statistik Nasional (NBS) China, Inflasi Oktober China sempat menyentuh level tertinggi sejak 2012. Bahkan mencapai 3,8%, naik dari bulan September yang 3%. dan di atas ekspektasi pasar yang 3,3%.
Krisis babi membuat banyak peternak di China beramai-ramai menggemukan babi. Alhasil permintaan kedelai yang menjadi pakan utama makanan babi menjadi tinggi.
(sef/sef) Next Article Daging Babi China Meroket 46%, Lebih Ngeri dari Perang Dagang
"Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara tengah melakukan pengecualian pada beberapa komoditas, seperti kedelai, daging babi, dan lainnya," kata Kementerian Keuangan China sebagaimana dilaporkan AFP, Jumat (6/12/2019).
Jika benar ini dilakukan, artinya ada secercah harapan perdamaian dagang bisa terjadi. Sebelumnya dalam pertemuan Oktober, AS memang menginginkan China membeli lebih banyak produk pertanian negara itu.
Padahal AS akan segera memberlakukan taarif baru lagi pada barang China 15 Desember nanti. Khususnya untuk alat elektronik, seperti laptop dan telepon seluler.
Krisis Babi
Sementara itu, bukan rahasia lagi kalau China memang dilanda krisis babi. Demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) membuat babi di negara itu langka.
Padahal babi merupakan menu utama di China. Dari data Organisation for Economic Cooperation and Development (EOCD) permintaan babi secara historis di negara ini sangat tinggi, hingga 46% dari total konsumsi babi dunia.
Karena kelangkaan ini, harga babi di China naik hingga 94%. Bahkan harganya mencapai 33-36 yuan.
Dari data Biro Statistik Nasional (NBS) China, Inflasi Oktober China sempat menyentuh level tertinggi sejak 2012. Bahkan mencapai 3,8%, naik dari bulan September yang 3%. dan di atas ekspektasi pasar yang 3,3%.
Krisis babi membuat banyak peternak di China beramai-ramai menggemukan babi. Alhasil permintaan kedelai yang menjadi pakan utama makanan babi menjadi tinggi.
(sef/sef) Next Article Daging Babi China Meroket 46%, Lebih Ngeri dari Perang Dagang
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular