
Luhut Bermimpi Dolar AS di Bawah Rp 10.000, Penting Gak Sih?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 December 2019 21:10

Selain berupaya mendorong perekonomian tumbuh tinggi, pemerintah harus memperhatikan proporsionalitas dari perekonomian itu sendiri. Pasalnya, dari tahun ke tahun, ekonomi Indonesia semakin tak proporsional.
Perlu diketahui bahwa perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor tradable dan sektor non-tradable.
Sektor tradable berisikan industri-industri yang output-nya diperdagangkan secara internasional serta melibatkan proses produksi yang konvensional. Agrikultur, pertambangan, dan manufaktur termasuk ke dalam sektor ini. Pada umumnya, sektor tradable memerlukan banyak tenaga kerja berpendidikan rendah, buruh pabrik misalnya.
Terhitung sejak Jokowi mengambil alih posisi RI-1 dari tangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2014 silam, perekonomian Indonesia sudah dikuasai oleh sektor non-tradable. Berdasarkan perhitungan Tim Riset CNBC Indonesia, sektor non-tradable menguasai sebesar 54,8% dari perekonomian Indonesia, sementara porsi dari sektor tradable adalah sebesar 45,2%.
Namun, tahun demi tahun terlewati, sektor non-tradable kian menguasai perekonomian tanah air. Pada tahun 2018, sektor non-tradable menguasai sebesar 57% dari perekonomian Indonesia, sementara porsi dari sektor tradable adalah sebesar 43%. Per sembilan bulan pertama tahun 2019, porsi dari sektor non-tradable terhadap perekonomian Indonesia kembali naik menjadi 57,2%, sementara porsi dari sektor tradable menciut menjadi 42,8%.
Kenaikan porsi sektor non-tradable tidak lain didorong oleh pesatnya pertumbuhan di sektor tersebut, mengalahkan sektor tradable.
Sekilas, tentu menjadi hal yang menggembirakan ketika sektor terbesar dalam ekonomi Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang tinggi. Namun di sisi lain, lemahnya pertumbuhan sektor tradable membuat penciptaan lapangan kerja di sektor ini menjadi lambat.
Padahal, lapangan kerja di sektor tradable adalah yang relatif mudah diakses oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas berpendidikan rendah.
Tak heran, seperti yang sudah disebutkan di halaman dua, tingkat pengangguran di Indonesia relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
Jadi, itulah yang seharusnya menjadi fokus pemerintah. Pertumbuhan ekonomi harus didorong setinggi mungkin sembari memperhatikan proporsionalitas dari perekonomian itu sendiri.
Lebih baik lupakan dulu angan-angan untuk membawa rupiah merangsek ke bawah level Rp 10.000/dolar AS karena jelas-jelas ada hal yang jauh lebih krusial yang perlu segera dicari solusinya, yakni mendorong supaya perekonomian tak lagi loyo.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular