
Luhut Bermimpi Dolar AS di Bawah Rp 10.000, Penting Gak Sih?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 December 2019 21:10

Banyak pihak mengatakan: “Ah, perekonomian global kan sedang melambat, wajar dong kalau Jokowi kesulitan merealisasikan janjinya.”
Alasan ini juga kerap kali diungkapkan sendiri oleh Jokowi dan deretan menterinya. Pada bulan Agustus, CNBC Indonesia berkesempatan untuk bertemu dan berbincang dengan Jokowi di Istana Bogor.
Jokowi menyebutkan bahwa kondisi perekonomian dunia saat ini tengah dipenuhi ketidakpastian. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi salah satu penyebab utamanya. Ekonomi Indonesia yang masih tumbuh di atas 5%, menurut Jokowi, haruslah disyukuri.
Memang benar perekonomian global cenderung melambat di era kepemimpinan Jokowi. Pada tahun 2014 kala Jokowi dilantik sebagai presiden dan resmi menjalani periode satunya, International Monetary Fund (IMF) mencatat bahwa perekonomian global tumbuh sebesar 3,587%. Di tahun yang sama, BPS mencatat perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,01%.
Di tahun 2015 atau tahun pertama di mana Jokowi menjabat secara penuh sebagai presiden, perekonomian global tumbuh melambat ke level 3,455%. Di saat yang sama, pertumbuhan ekonomi Indonesia ambruk ke level 4,79%.
Tapi, ternyata tak seluruh negara-negara tetangga mengalami nasib seperti Indonesia. Dari deretan negara-negara yang masuk ke dalam kelompok ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam), ada dua negara yang mampu mencatatkan lonjakan pertumbuhan ekonomi, yakni Thailand dan Vietnam.
IMF mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Thailand melonjak ke level 3,134% pada tahun 2015, dari yang sebelumnya 0,984% pada tahun 2014. Sementara untuk Vietnam, pertumbuhan ekonomi tahun 2015 melonjak menjadi 6,679%, dari yang sebelumnya 5,984% pada tahun 2014.
Kalau dibandingkan dengan yang pertumbuhannya sama-sama melambat pun, kondisi Indonesia tak bisa dibilang baik. Pada tahun 2015 kala pertumbuhan ekonomi global terkontraksi sebesar 0,13 persentase poin jika dibandingkan dengan capaian tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam periode yang sama terkontraksi hingga 0,22 persentase poin. Padahal, Filipina bisa menjaga kontaksinya menjadi hanya sebesar 0,08 persentase poin.
Lebih lanjut, walaupun cenderung melambat di era kepemimpinan Jokowi, ada kalanya perekonomian global bisa membukukan pertumbuhan yang lebih tinggi, tepatnya pada tahun 2017.
Pada tahun 2017, IMF mencatat pertumbuhan ekonomi global melonjak menjadi 3,811%, dari yang sebelumnya 3,39% pada tahun 2016, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2011.
Jika dihitung, pertumbuhan ekonomi global dari tahun 2016 ke tahun 2017 mengalami lonjakan sebesar 0,42 persentase poin. Di sisi lain, tambahan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam periode yang sama (2016 ke 2017) hanya sebesar 0,05 persentase poin.
Padahal, tambahan pertumbuhan ekonomi Thailand kala itu mencapai 0,67 persentase poin, sementara tambahan pertumbuhan ekonomi Vietnam adalah sebesar 0,6 persentase poin. Bahkan, lonjakan pertumbuhan ekonomi Malaysia kala itu mencapai 1,29 persentase poin. Terlihat jelas bahwa perekonomian Indonesia tak bisa memanfaatkan momentum yang ada.
Beralih ke tahun 2018, pertumbuhan ekonomi global berkurang 0,21 persentase poin jika dibandingkan dengan capaian tahun 2017. Pada saat yang sama, perekonomian Indonesia secara sekilas terlihat cukup oke. Pertumbuhan ekonomi Indonesia bertambah 0,1 persentase poin jika dibandingkan dengan capaian tahun 2017.
Namun, capaian ini lagi-lagi kalah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Pada tahun 2018, tambahan pertumbuhan ekonomi Thailand mencapai 0,11 persentase poin, sementara tambahan pertumbuhan ekonomi Vietnam mencapai 0,26 persentase poin.
“Kenapa sih pertumbuhan ekonomi Indonesia harus tinggi?”
Jawabannya: kesejahteraan masyarakat. Kala perekonomian tumbuh dengan pesat, penciptaan lapangan pekerjaan akan tumbuh dengan pesat pula sehingga pengangguran menjadi lebih mudah diberantas. Selain itu, upaya pengentasan kemiskinan juga akan lebih mudah dilakukan.
Berbicara mengenai pengangguran, belum lama ini BPS merilis data pengangguran terbaru. Per Agustus 2019, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia berada di level 5,28%. Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia terlihat begitu sulit untuk ditekan ke bawah 5%.
Tingkat pengangguran di Indonesia bahkan merupakan salah satu yang tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Dari beberapa negara di kawasan Asia yang kami kumpulkan datanya, tingkat pengangguran di Indonesia merupakan yang tertinggi ketiga.
Ekonomi Thailand boleh cuma tumbuh 2,3%, tapi tingkat penganggurannya ternyata bahkan tak sampai 1%. Kacaunya, Vietnam yang tingkat penganggurannya hanya 2,17%, perekonomiannya masih tumbuh dengan fantastis, melebihi level 7%. Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, tentu performa perekonomian Indonesia tak bisa dibilang menggembirakan.
(ank/ank)
Next Page
Kalah Seksi, Tak Heran Perekonomian Loyo
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular