
Langsung Tancap Gas di Awal Desember, IHSG Akan Tembus 6.300?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 December 2019 09:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini merupakan pekan yang sangat menggembirakan bagi pelaku pasar saham tanah air.
Di sepanjang pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selaku indeks saham acuan di Indonesia menguat hingga 2,91%. Sejatinya, mayoritas indeks saham di kawasan Asia lainnya juga membukukan apresiasi. Namun, apresiasi IHSG yang mencapai nyaris 3% tersebut merupakan yang tertinggi.
Lantas, fenomena desember effect bisa dikatakan langsung terasa. Ya, jika berkaca kepada sejarah, bulan Desember memang merupakan bulan yang bersahabat bagi pelaku pasar saham tanah air. Bahkan, bulan Desember bisa dikatakan sebagai bulan yang paling bersahabat jika dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.
Bayangkan, dalam 18 tahun terakhir (2001-2018) tak sekalipun IHSG membukukan imbal hasil negatif secara bulanan pada bulan Desember. Capaian sebaik ini tak bisa didapati pada bulan-bulan lainnya.
Apresiasi terbaik IHSG pada bulan Desember terjadi pada tahun 2003. Per akhir Desember 2003, IHSG melejit hingga 12,12% jika dibandingkan dengan posisi per akhir November 2003.
Jika dirata-rata, IHSG membukukan imbal hasil sebesar 4,42% secara bulanan pada bulan Desember.
Salah satu fenomena yang berperan besar dibalik performa IHSG yang baik di bulan Desember adalah Santa Claus rally. Melansir Investopedia, Santa Claus rally merupakan sebuah reli di pasar saham AS yang terjadi pada minggu terakhir bulan Desember hingga 2 hari perdagangan pertama di bulan Januari.
Ada beberapa penjelasan di balik fenomena ini seperti optimisme pelaku pasar dan investasi dari bonus musim liburan. Selain itu, ada juga teori yang mengatakan beberapa investor institusi besar yang cenderung lebih pesimis terhadap pasar saham sedang berlibur pada periode ini, sehingga pasar didominasi oleh investor ritel yang cenderung lebih optimistis.
Mengingat pasar saham AS merupakan kiblat dari pasar saham, bahkan pasar keuangan dunia, tentulah kinerja Wall Street yang positif di bulan Desember akan mendongkrak kinerja bursa saham tanah air.
Dalam 18 tahun terakhir, indeks S&P 500 yang merupakan indeks saham terbaik guna merepresentasikan pergerakan pasar saham AS hanya membukukan imbal hasil negatif secara bulanan di bulan Desember sebanyak enam kali.
Fenomena kedua yang juga berperan besar di balik performa IHSG yang baik di bulan Desember adalah window dressing. Melansir Investopedia, window dressing merupakan teknik yang dilakukan oleh para manajer investasi menjelang akhir kuartal dalam mempercantik performa produk investasi yang menjadi kelolaannya.
Di pasar saham, window dressing dilakukan dengan menjual saham-saham yang membebani kinerja produk investasi dan kemudian membeli saham-saham yang telah melesat sebelumnya. Saham-saham yang dibeli tersebut otomatis akan masuk ke dalam komposisi portofolio untuk kemudian dilaporkan kepada investor. Seperti yang sudah disebutkan di halaman sebelumnya, jika dirata-rata IHSG membukukan imbal hasil sebesar 4,42% secara bulanan pada bulan Desember.
Per akhir November 2019, IHSG berada di level 6.011,83. Dengan asumsi bahwa IHSG akan mencetak apresiasi sebesar 4,42% pada bulan ini (sesuai dengan rata-rata dalam 18 tahun terakhir), maka posisi IHSG di akhir tahun akan berada di level 6.277,55.
Memang, Wall Street mengawali bulan Desember dengan kurang meyakinkan. Pada pekan ini, indeks S&P 500 hanya menguat tipis sebesar 0,16%.
Namun, pada tahun lalu IHSG bahkan sudah terbukti mampu ‘melawan’ koreksi yang begitu dalam yang terjadi di bursa saham AS. Pada Desember 2018, indeks S&P 500 tercatat ambruk sebesar 9,18% secara bulanan seiring dengan eskalasi perang dagang AS-China. Menariknya, pada periode yang sama IHSG justru menguat sebesar 2,28%.
Terbukti sudah bahwa Desember merupakan bulan yang sangat baik bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi beli di pasar saham. Jika melihat posisi IHSG per akhir pekan ini di level 6.186,87, rasanya level psikologis 6.200 sudah hampir pasti akan ditembus.
Bahkan, mengingat perdagangan di bulan Desember masih cukup panjang, rasanya level psikologis 6.300 juga sangat mungkin untuk ditembus oleh IHSG. Hal ini menjadi mungkin mengingat ada sentimen positif tambahan yang datang dari rilis angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Pada pekan kemarin, Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa IKK periode November 2019 berada di level 124,2, jauh meningkat dibandingkan IKK periode Oktober 2019 yang sebesar 118,4. IKK pada bulan lalu merupakan yang tertinggi dalam empat bulan.
Melejitnya optimisme konsumen pada bulan November disebabkan oleh kenaikan kedua komponen pembentuknya, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK).
IKE pada bulan November tercatat sebesar 109,3, naik dari posisi bulan sebelumnya yang sebesar 104,8. Sementara itu, IEK pada bulan November tercatat sebesar 139,1, naik dari posisi bulan sebelumnya yang sebesar 132.
Naiknya IKK secara signifikan memberi sinyal bahwa masyarakat Indonesia akan secara signifikan meningkatkan konsumsinya menjelang libur hari raya Natal dan Tahun Baru.
Dengan demikian, saham-saham konsumer dengan kapitalisasi pasar besar yang sudah babak belur sepanjang tahun ini bisa menjadi incaran investor, sekaligus mendongkrak IHSG untuk menembus level psikologis 6.300.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Ternyata, Sudah 18 Tahun IHSG Selalu Hijau di Bulan Desember
Di sepanjang pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selaku indeks saham acuan di Indonesia menguat hingga 2,91%. Sejatinya, mayoritas indeks saham di kawasan Asia lainnya juga membukukan apresiasi. Namun, apresiasi IHSG yang mencapai nyaris 3% tersebut merupakan yang tertinggi.
Bayangkan, dalam 18 tahun terakhir (2001-2018) tak sekalipun IHSG membukukan imbal hasil negatif secara bulanan pada bulan Desember. Capaian sebaik ini tak bisa didapati pada bulan-bulan lainnya.
Apresiasi terbaik IHSG pada bulan Desember terjadi pada tahun 2003. Per akhir Desember 2003, IHSG melejit hingga 12,12% jika dibandingkan dengan posisi per akhir November 2003.
Jika dirata-rata, IHSG membukukan imbal hasil sebesar 4,42% secara bulanan pada bulan Desember.
Salah satu fenomena yang berperan besar dibalik performa IHSG yang baik di bulan Desember adalah Santa Claus rally. Melansir Investopedia, Santa Claus rally merupakan sebuah reli di pasar saham AS yang terjadi pada minggu terakhir bulan Desember hingga 2 hari perdagangan pertama di bulan Januari.
Ada beberapa penjelasan di balik fenomena ini seperti optimisme pelaku pasar dan investasi dari bonus musim liburan. Selain itu, ada juga teori yang mengatakan beberapa investor institusi besar yang cenderung lebih pesimis terhadap pasar saham sedang berlibur pada periode ini, sehingga pasar didominasi oleh investor ritel yang cenderung lebih optimistis.
Mengingat pasar saham AS merupakan kiblat dari pasar saham, bahkan pasar keuangan dunia, tentulah kinerja Wall Street yang positif di bulan Desember akan mendongkrak kinerja bursa saham tanah air.
Dalam 18 tahun terakhir, indeks S&P 500 yang merupakan indeks saham terbaik guna merepresentasikan pergerakan pasar saham AS hanya membukukan imbal hasil negatif secara bulanan di bulan Desember sebanyak enam kali.
Fenomena kedua yang juga berperan besar di balik performa IHSG yang baik di bulan Desember adalah window dressing. Melansir Investopedia, window dressing merupakan teknik yang dilakukan oleh para manajer investasi menjelang akhir kuartal dalam mempercantik performa produk investasi yang menjadi kelolaannya.
Di pasar saham, window dressing dilakukan dengan menjual saham-saham yang membebani kinerja produk investasi dan kemudian membeli saham-saham yang telah melesat sebelumnya. Saham-saham yang dibeli tersebut otomatis akan masuk ke dalam komposisi portofolio untuk kemudian dilaporkan kepada investor. Seperti yang sudah disebutkan di halaman sebelumnya, jika dirata-rata IHSG membukukan imbal hasil sebesar 4,42% secara bulanan pada bulan Desember.
Per akhir November 2019, IHSG berada di level 6.011,83. Dengan asumsi bahwa IHSG akan mencetak apresiasi sebesar 4,42% pada bulan ini (sesuai dengan rata-rata dalam 18 tahun terakhir), maka posisi IHSG di akhir tahun akan berada di level 6.277,55.
Memang, Wall Street mengawali bulan Desember dengan kurang meyakinkan. Pada pekan ini, indeks S&P 500 hanya menguat tipis sebesar 0,16%.
Namun, pada tahun lalu IHSG bahkan sudah terbukti mampu ‘melawan’ koreksi yang begitu dalam yang terjadi di bursa saham AS. Pada Desember 2018, indeks S&P 500 tercatat ambruk sebesar 9,18% secara bulanan seiring dengan eskalasi perang dagang AS-China. Menariknya, pada periode yang sama IHSG justru menguat sebesar 2,28%.
Terbukti sudah bahwa Desember merupakan bulan yang sangat baik bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi beli di pasar saham. Jika melihat posisi IHSG per akhir pekan ini di level 6.186,87, rasanya level psikologis 6.200 sudah hampir pasti akan ditembus.
Bahkan, mengingat perdagangan di bulan Desember masih cukup panjang, rasanya level psikologis 6.300 juga sangat mungkin untuk ditembus oleh IHSG. Hal ini menjadi mungkin mengingat ada sentimen positif tambahan yang datang dari rilis angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Pada pekan kemarin, Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa IKK periode November 2019 berada di level 124,2, jauh meningkat dibandingkan IKK periode Oktober 2019 yang sebesar 118,4. IKK pada bulan lalu merupakan yang tertinggi dalam empat bulan.
Melejitnya optimisme konsumen pada bulan November disebabkan oleh kenaikan kedua komponen pembentuknya, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK).
IKE pada bulan November tercatat sebesar 109,3, naik dari posisi bulan sebelumnya yang sebesar 104,8. Sementara itu, IEK pada bulan November tercatat sebesar 139,1, naik dari posisi bulan sebelumnya yang sebesar 132.
Naiknya IKK secara signifikan memberi sinyal bahwa masyarakat Indonesia akan secara signifikan meningkatkan konsumsinya menjelang libur hari raya Natal dan Tahun Baru.
Dengan demikian, saham-saham konsumer dengan kapitalisasi pasar besar yang sudah babak belur sepanjang tahun ini bisa menjadi incaran investor, sekaligus mendongkrak IHSG untuk menembus level psikologis 6.300.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Ternyata, Sudah 18 Tahun IHSG Selalu Hijau di Bulan Desember
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular