Rupiah Jaya di Kurs Tengah BI dan Spot, Tapi Tetap Waspada Ya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 December 2019 10:04
OPEC+ Pangkas Produksi, Harga Minyak Bisa Meroket
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Kedua, ada risiko harga minyak bakal naik. Dalam seminggu terakhir, harga minyak jenis brent melesat 4,61% sementara light sweet terangkat 5,34%.



Lesatan harga si emas hitam disebabkan oleh kesepakatan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menurunkan produksi lebih dalam. Pada pertemuan di Wina (Austria), OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi 1,7 juta barel per hari pada kuartal I-2020. Lebih dalam ketimbang pemangkasan tahun ini yaitu 1,2 juta barel/hari.


"Kita berada dalam risiko kelebihan pasokan (oversupply) pada kuartal I karena faktor musiman rendahnya permintaan," kata Alexander Novak, Menteri Energi Rusia, seperti dikutip dari Reuters.

Pengurangan produksi berpotensi membuat harga naik. Dalam hal minyak, kenaikan harga lebih banyak mudarat ketimbang manfaat bagi Indonesia.

Sebab, Indonesia adalah negara net importir migas. Pada kuartal III-2019, neraca migas Indonesia defisit US$ 2,17 miliar dan menjadi salah satu kontributor bagi defisit transaksi berjalan (current account) yang sebesar US$ 7,66 miliar.


Kalau harga minyak sampai naik gara-gara keputusan OPEC+, maka biaya impor komoditas ini bakal membengkak. Akibatnya, transaksi berjalan bisa tertekan dan ujungnya adalah stabilitas nilai tukar rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular