Ini Sederet Ramalan Suramnya Sektor Batu Bara & Faktanya

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 December 2019 14:06
Tantangan Batu Bara Ke Depannya
Foto: Wahyu Daniel
Penurunan konsumsi batu bara terjadi akibat peningkatan suplai energi tenaga air dan tenaga nuklir. India yang diguyur hujan lebat dan terlebat dalam 25 tahun terakhir menyebabkan pasokan air jadi melimpah.

Hasilnya pembangkit listrik tenaga air menghasilkan 96 terawatt-hours (TWh), 9,8% lebih tinggi dari ketetapan Central Electricity Authority (CEA) India. Output listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir juga naik 11,45% melebihi rencana CEA.

Di samping peningkatan output dari sumber energi alternatif. Kondisi perekonomian India yang melambat turut mempengaruhi konsumsi listrik. Sejak April-September 2019,daya listrik yang dihasilkan rencananya mencapai 680 TWh. Namun nyatanya jauh lebih rendah sekitar 659 TWh.

Penurunan produksi ini seharusnya dapat meningkatkan impor batu bara untuk memenuhi kebutuhan domestik. Namun nyatanya konsumsi listrik dan batu bara pun terus mengalami penurunan.

Saat ini total persediaan batu bara di pelabuhan utama China masih menumpuk. Total persediaan di pelabuhan Caofeidian, Qinhuangdao dan Jingtang di China bagian utara hingga periode 29 November mencapai 17,31 juta ton.

Jumlah tersebut lebih banyak dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 16,93 juta ton.Mengutip data Refinitiv.

Impor batu bara India pada November juga turun menjadi 16 juta ton dari periode yang sama sebelumnya yang mencapai 17 juta ton. Persediaan batu bara di seluruh wilayah India tercatat mencapai 26 juta ton untuk 15 hari penggunaan

Ke depan harga batu bara masih berpotensi tertekan mengingat konsumsi batu bara Amerika dan Eropa secara historis terus turun. Penurunan konsumsi batu bara di kedua wilayah tersebut diakibatkan oleh kebijakan dan agenda untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari bahan bakar fosil.

Berbagai negara di belahan dunia bagian barat mulai mendiversifikasi sumber energinya dan mulai beralih dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan. Prospek batu bara di tahun-tahun mendatang masih akan ditopang oleh pasar Asia terutama Asia Tenggara.

Tantangan lain yang juga dihadapi oleh industri batu bara adalah biaya energi terbarukan yang semakin murah. Walau masih relatif lebih mahal ketimbang batu bara, biaya untuk menghasilkan listrik dengan tenaga air dan dengan sumber lainnya akan semakin murah.



Tantangan ini harus segera disikapi oleh negara-negara produsen seperti Indonesia dan Australia. Belum lagi Rusia sekarang sudah mulai masuk ke pasar batu bara Asia Timur.


TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular