
Damai Dagang Hanya Angan-angan, Kurs Dolar Australia KO
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 December 2019 13:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Rabu (4/12/2019) setelah mencetak penguatan tiga hari beruntun, dan mencapai level tertinggi satu bulan. Harapan akan adanya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang semakin meredup membuat dolar Australia tertekan.
Pada pukul 12:37 WIB, AU$ 1 setara Rp 9.632,66, dolar Australia melemah 0,21% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Pelemahan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 12:50 WIB.
Sebelum melemah hari ini, dalam tiga perdagangan sebelumnya Mata Uang Kanguru sebenarnya mencatat penguatan impresif, sebesar 1,26%.
Salah satu pemicu penguatan tersebut adalah bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang mempertahankan suku bunga acuannya.
Dalam pengumuman kebijakan moneter Selasa kemarin, RBA mempertahankan suku bunga 0,75% yang merupakan rekor terendah sepanjang masa. Sepanjang tahun ini, bank sentral pimpinan Philip Lowe ini sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali masing-masing sebesar 25 basis poin (bps).
Sebelumnya data ekonomi yang buruk dari Australia, diantaranya tingkat pengangguran yang naik menjadi 5,3% di bulan Oktober, dari bulan sebelumnya 5,2%, membuat sebagian analis memprediksi RBA akan memangkas suku bunganya lagi.
Namun, penguatan beruntun dolar Australia bisa berakhir pada hari ini melihat harapan kesepatan dagang AS-China yang semakin meredup. Selasa kemarin, Presiden Trump dalam sebuah wawancara saat menghadiri pertemuan NATO di London menyatakan sebaiknya kesepakatan dagang dengan China dilakukan setelah Pemilihan Umum (Pemilu) AS 2020.
"Dalam beberapa hal, saya menyukai gagasan menunda kesepakatan dengan China sampai Pemilu selesai, tapi mereka ingin membuat kesepakatan sekarang dan kita akan melihat apakah kesepakatan itu akan benar terjadi," kata Trump, sebagaimana dilansir CNBC International.
Pemilu AS baru akan dilakukan pada November 2020, ini artinya kesepakatan dagang dapat ditunda hingga satu tahun ke depan.
China merupakan mitra dagang utama Australia, jika kesepakatan dagang ditunda hingga tahun depan, perekonomian Negeri Tiongkok terancam akan semakin melambat, dan dapat menyeret perekonomian Negeri Kanguru.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Pada pukul 12:37 WIB, AU$ 1 setara Rp 9.632,66, dolar Australia melemah 0,21% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Pelemahan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 12:50 WIB.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
Bank BNI | 9.599,00 | 9.669,00 |
Bank BRI | 9.573,52 | 9.748,07 |
Bank Mandiri | 9.620,00 | 9.685,00 |
Bank BTN | 9.535,00 | 9.744,00 |
Bank BCA | 9.622,00 | 9.652,60 |
CIMB Niaga | 9641,00 | 9.654,00 |
Sebelum melemah hari ini, dalam tiga perdagangan sebelumnya Mata Uang Kanguru sebenarnya mencatat penguatan impresif, sebesar 1,26%.
Salah satu pemicu penguatan tersebut adalah bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang mempertahankan suku bunga acuannya.
Dalam pengumuman kebijakan moneter Selasa kemarin, RBA mempertahankan suku bunga 0,75% yang merupakan rekor terendah sepanjang masa. Sepanjang tahun ini, bank sentral pimpinan Philip Lowe ini sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali masing-masing sebesar 25 basis poin (bps).
Sebelumnya data ekonomi yang buruk dari Australia, diantaranya tingkat pengangguran yang naik menjadi 5,3% di bulan Oktober, dari bulan sebelumnya 5,2%, membuat sebagian analis memprediksi RBA akan memangkas suku bunganya lagi.
Namun, penguatan beruntun dolar Australia bisa berakhir pada hari ini melihat harapan kesepatan dagang AS-China yang semakin meredup. Selasa kemarin, Presiden Trump dalam sebuah wawancara saat menghadiri pertemuan NATO di London menyatakan sebaiknya kesepakatan dagang dengan China dilakukan setelah Pemilihan Umum (Pemilu) AS 2020.
"Dalam beberapa hal, saya menyukai gagasan menunda kesepakatan dengan China sampai Pemilu selesai, tapi mereka ingin membuat kesepakatan sekarang dan kita akan melihat apakah kesepakatan itu akan benar terjadi," kata Trump, sebagaimana dilansir CNBC International.
Pemilu AS baru akan dilakukan pada November 2020, ini artinya kesepakatan dagang dapat ditunda hingga satu tahun ke depan.
China merupakan mitra dagang utama Australia, jika kesepakatan dagang ditunda hingga tahun depan, perekonomian Negeri Tiongkok terancam akan semakin melambat, dan dapat menyeret perekonomian Negeri Kanguru.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular